" Tapi kau rela mengorbankan dirimu sendiri demi seorang wanita?" Apa kau benar-benar mencintainya?"
" Entahlah mom!" Michael menyibak gorden jendelanya. Ia memandangi jalanan di depan gedung perusahaannya.
" Jangan korbankan dirimu sendiri hanya karena kasihan! Tuhan pasti akan membantu Vania untuk lepas dari pengaruh jahat Tomy. Baik dengan atau tanpa kamu! Pertimbangkan baik-baik kata-kata momy...!" nyonya Emira pergi meninggalkan putra kesayangannya.
Sekarang perasaan Michael tiba-tiba menjadi bimbang. Dia takut kalau perasaannya pada Vania hanya sebuah rasa kasihan semata. Michael tahu penyakit yang diderita Vania pasti bukan tanpa sebab. Dan dia yakin betul ini pasti ada hubungannya dengan Tomy ataupun putranya.
Sore tiba, tanpa terasa waktu cepat sekali berlalu. Michael melirik ponselnya, ada beberapa pesan dari Vania. Namun ia merasa enggan untuk membalas pesan tersebut. Biasanya Michael yang sering mengirimi Vania pesan ataupun menelpon. Untuk kali ini ia bingung dengan perasaannya sendiri. Perkataan momy nya benar-benar terngiang di kepalanya.
Braaakk....!
" Baby.....!"
Michael menghembuskan nafasnya kasar.
" Baby aku kangen padamu!" Wanita itu langsung memeluk Michael. Tak lupa ia mencium kening Michael. Namun Michael benar-benar tidak bergeming. " Baby ayo kita jalan-jalan diluar! Aku bosan....!"
" Apa momy yang menyuruhmu kesini Elisa?"
" Ehmm.... begitulah!" Elisa bergelayut manja di samping Michael.
Michael berdiri dan mengenakan kembali jasnya. Elisa juga membatu Michael menggenakan jasnya. Michael hanya diam dan memasang wajah dinginnya. Sikapnya kembali seperti sebelum mengenal Vania. Elisa merasa bahagia, Michael tidak mengusirnya.
" Baby kita kemana?" Elisa masih dengan bergelayut manja di lengan Michael.
" Belanja....! Tapi kita makan dulu...!"
Michael tidak menjawab, namun ia memberi kode agar Andrew ikut serta bersamanya. Elisa sudah terbiasa dengan kehadiran Andrew. Ia tetap bermanja-manja dengan Michael.
Setelah tiba di lobi perusahaan, Andrew pergi mengambil mobil Michael. Dari kejauhan Elisa melihat Vania berjalan menghampiri Michael. Elisa langsung menarik kepala Michael agar lebih dekat dengannya. Elisa mencium bibir Michael, dan si empunya bibir tidak melakukan perlawanan sama sekali.
Vania begitu terkejut melihat adegan yang sama sekali tidak ia bayangkan. Tanpa terasa air mata nya menetes begitu saja. Dadanya begitu sesak, hatinya remuk berkeping-keping. Vania berdiri 10 meter dari Michael dan Elisa berdiri.
Setelah puas membuat Vania panas, Elisa melepas ciumannya bersama Michael. Ia melingkarkan tangannya ke lengan Michael. Elisa sengaja melakukan ciuman itu sebagai pengakuan bahwa Michael hanya miliknya.
Michael melihat Vania berdiri tidak jauh darinya. Ia memperhatikan gerak-gerik Vania, namun wanita itu hanya diam membisu. Tapi Michael melihat kilatan air mata jatuh di pipi Vania. Michael tidak bisa melakukan apapun. Tangan Michael langsung ditarik Elisa untuk segera masuk kedalam mobil. Michael menurut begitu saja.
Ditengah perjalanan Michael berfikir keras, ia merasakan sedikit nyeri di dadanya ketika melihat Vania menangis. Perasaan yang sama ketika melihat adiknya menangis. Namun ini berbeda,ia tidak bisa memastikan betul kenapa perasaannya ikut sedih. Padahal Vania hanya seorang sugar baby untuknya.
" Andrew, apa kau melihat Vania tadi?"
" Iya bos, tidak jauh dari bos berdiri!"
" Apa dia menangis?"
" Sepertinya begitu bos"
" Baby....! Come on, dia hanya selingan kamu sewaktu bosan saja kan? Biarkan saja, sudah seharusnya kau membuangnya!" Elisa melipat tangannya di dada kesal.
" Berhenti Andrew....!"
" Ada apa bos?"
" Berhenti ku bilang!" bentak Michael.
Andrew akhirnya mengerem mobilnya mendadak tepat ditengah jalan. Michael langsung keluar dari mobil. Elisa ingin keluar mengikuti Michael namun mobil dibelakang saling mengklakson mobil yang dikendarai Andrew. Akhirnya Andrew melajukan mobilnya kembali.
Michael mencari taxi untuk kembali ke kantornya. Ia berharap Vania masih disana. Michael mencoba menghubungi Vania, namun nomor ponselnya sendang tidak aktif. Michael semakin mencemaskan keadaan Vania. Baru kali ini ia mencemaskan seorang wanita selain ibu dan adiknya.
Setelah sampai didepan gedung perkantoran nya, ia turun dari taxi dan segera mencari dimana keberadaan Vania. Michael bahkan rela memutari area gedungnya hanya untuk mencari Vania, namun hasilnya nihil. Michael mengambil mobil sport nya dan mengendarai mobilnya menuju mansion Vania. Michael memperhatikan mansion Vania dari kejauhan. Disana nampak sepi, seperti nya para penghuninya belum ada yang pulang ke mansion.
Tiba-tiba seorang pelayan mansion Vania keluar dari pintu gerbang. Tidak lama kemudian melewati mobil Michael. Akhirnya Michael menurunkan kaca mobilnya memanggil pelayan itu.
" Heii bibi kemarilah...!"
" Ada apa tuan?"
" Apa nona mansion ini sudah pulang?"
" Anda apanya nona tuan?"
" Saya temannya bi..."
" Nona belum pulang, silahkan masuk saja tuan! Dirumah ada tuan Rafael...!"
" Ooh iya? okay lain kali saja kalau nona ada dirumah!"
" Iya tuan,!"
" Boleh aku meminta nomor telepon mu? Aku akan memberimu upah jika kau bisa memberiku informasi tentang nona"
" Boleh tuan, apa tuan menyukai nona?"
" Ehmm...bisa jadi! Berikan handphone mu!"
Pelayan itu menyerahkan nomor teleponnya pada Michael.
" Terimakasih bibi....!" Michael menyerahkan 5 lembar uang seratus ribuan.
" Sama-sama tuan...!" pelayan itu begitu bahagia mendapatkan uang tersebut.
Michael kembali melajukan mobilnya meninggalkan mansion Vania.
🌺🌺🌺🌺🌺
Seharian penuh nomor Vania tidak bisa dihubungi. Teman-teman Vania juga tidak mengetahui keberadaan Vania. Michael juga menghubungi pelayan Vania, ternyata Vania juga tidak kunjung pulang. Michael semakin cemas karena begitu mengkhawatirkan Vania.
" Bro, ke bar yuk!"
" Mencari Vania...!"
" Jaga bicaramu Andrew!"
" Ya siap tahu aja dia mencari dady baru disana..."
Michael melayangkan satu pukulan pada wajah Andrew.
" Aduh.... sakit bro, apa-apaan sih?"
" Kau bilang Vania menangis tadi? Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya?!"
" Ee....iya sih!" Andrew mengusap sudut bibirnya yang keluar darah.
" Kalau dia bunuh diri bagaimana?"
" Bro, jangan berprasangka buruk, lebih baik kita ke tempat papi Yohanes. Siapa tahu kita bisa mendapatkan informasi tentang Vania kekasihmu itu"
" Betul juga, dimana dia jam segini?"
" Kalai jam segini sih, dia pasti di bar"
" Ayo kita kesana!" Michael langsung menarik kerah baju Andrew pergi meninggalkan gedung perkantoran milik Michael.
Sebelum bertemu Vania, Michael sempat menghampiri papi Yohanes dibeberapa bar. Namun tidak juga membuahkan hasil. Michael tidak bertemu dengan papi Yohanes. Menurut anak buahnya, Yohanes tidak bisa bertemu dengan siapapun sampai beberapa waktu kedepan. Michael semakin frustasi karena tidak memiliki titik terang dimana bisa menemukan Vania.
" Bro, lihat apa yang kulihat disana...!" Andrew menunjuk seorang gadis yang sedang asyik minum dipojok bar.
Michael nampak begitu marah, ia langsung menghampiri gadis itu. Beberapa kali ia sempat bertabrakan dengan beberapa pengunjung. Ia juga hampir berkelahi dengan salah satu pengunjung bar. Untung saja Andrew bisa menenangkan pengunjung tersebut.
" Hei....Vania!"
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments