episode 4

Hari ini caera membawa Gino ke rumah ibunya. kata Gino dia kangen neneknya. Padahal baru Minggu kemarin mereka bertemu. Caera tau Gino hanya ingin pamer ke neneknya tentang hadiah yang ia dapat dari papanya.

Arya menepati janjinya membawa hadiah untuk Gino. Dengan girangnya bocah itu berlompatan begitu hadiahnya datang. Arya memberinya

mobil-mobilan tank. Dasar masih bocah 5 tahunan, mendapatkan itu dia sudah sangat senang. Padahal sudah banyak mobil mainannya, tapi tetap saja dia merasa yang terbaru di belikan papanya lah yang paling top.

Arya sudah pergi lebih dulu. Padahal ini hari Minggu. Tapi kata Arya dia ada pertemuan dengan bos kantornya. Caera mengiyakan saja. Caera adalah wanita penurut. Hampir semua yang Arya katakan dan perintahkan, caera lebih banyak mengiyakan dari pada membantah. Toh sudah semestinya begitu.

Mobil caera memasuki pekarangan rumah orang tuanya. Rumah orang tua caera biasa-biasa saja. Ayahnya seorang wiraswasta, Membuka supermarket . Sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Caera punya adik lelaki, Bima Rayhan namanya. Tapi Bima tidak tinggal dengan ibunya. Dia kuliah di Malaysia dan lanjut kerja di sana. Jadilah ayah dan ibu caera hanya tinggal berdua saja.

Gino sudah tidak sabar saja untuk segera keluar dari mobil. Belum lagi caera perkir dengan benar, Gino sudah menarik-narik pintu mobil tak sabar ingin segera terbuka.

"Tunggu sebentar Gino. Sabar dong"

"Cepat ma.. nenek sudah gak sabar itu mau peluk Gino"

" Yang tidak sabar itu Gino apa nenek?

Caera mencebik. Tersenyum mengejek gino.

Gino tak mengacuhkan caera. seakan tidak peduli ejekan mamanya. Dia tetap pada gayanya yang sangat antusias sekali.

Begitu pintu mobil terbuka, gino langsung menghambur masuk kedalam rumah neneknya.

"neneeekkk..."

yang di panggil masih sibuk di dapur

berkutat dengan masakannya.

"Neneeeekkk..."

Gino makin mengencangkan suaranya. Karna tau neneknya ada di dapur,

Gino langsung berlari ke sana dan langsung menubruk neneknya dari belakang dengan pelukan yang erat.

"Eehh.. Gino, cucu nenek sudah datang ya"

Rani, ibu caera. Berbalik dan berjongkok memeluk Gino.

"Nenek kenapa sih Gino gak di sambut di depan ?"

Gino merengut. Rani tertawa melihat lucunya Gino memonyongkan bibir mungilnya.

"Nenek kan lagi sibuk masak makanan kesukaan Gino"

Wajah Gino berbinar seketika.

"Pasti ayam goreng"

Tebaknya langsung.

"Anak pinter. Nanti Gino makan sama nenek ya"

"Iya dong nek"

bocah itu mencium pipi neneknya. Gino kembali ceria.

"bu, harum banget masakannya"

Caera datang, menyalami dan mencium punggung tangan ibunya, lalu mencomot satu potong ayam goreng.

"Ibu masak kesukaan Gino" ibu tersenyum senang.

"Arya gak ikut Ra?"

"Tidak Bu. Ada urusan kantor katanya"

jawab caera yang masih sibuk mengunyah ayam goreng.

"Oh ya sudah, tidak apa. Bentar lagi papa mu pulang. Kita makan bareng"

Gino menarik-narik tangan neneknya untuk di ajak ke ruang depan. Dia sudah tidak sabar untuk bercerita tentang hadiah mobil tanknya yang perkasa.

Rani mengikuti Gino dan mereka duduk di sofa ruang depan. Dengan antusias Rani mendengarkan cucunya yang menggemaskan itu.

"Kenapa tidak Gino bawa sih tanknya ke sini? Nenek kan mau lihat"

"Nenek, itu kan mobil. Besar nek. Kalau Gino bawa, pasti tidak muat di mobil mama nek"

Gino bicara sambil mengangguk- anggukkan kepalanya dengan serius. Seperti seorang guru yang mendikte muridnya agar cepat mengerti.

"Oohh.. gitu"

Rani mengangguk-anggukkan kepalanya juga seperti yang Gino lakukan.

Caera hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Ia duduk di sofa lain dan membuka ponselnya. Membiarkan nenek dan cucu itu bercengkrama dengan heboh. Ada pesan masuk di aplikasi pesannya. Ternyata Dinda sahabatnya. Menanyakan posisinya dimana sekarang. Caera membalas pesan chat itu. Ia meminta Dinda meluncur ke rumah ibunya saja. Sepertinya ada yang sangat ingin Dinda sampaikan langsung padanya.

"assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Ayah caera sudah pulang. Gino langsung melompat dari sofa menyongsong kakeknya.

"Kakeeekkk"

Menghambur memeluk kakeknya. Alwan ayah caera tertawa senang membalas pelukan cucu tersayangnya. Caera bangkit menyalami dan mencium punggung tangan ayahnya.

"Gimana kabar kamu Ra?"

Tanya alwan masih menggendong Gino dan duduk di sebelah istrinya.

"Baik ayah"

"Arya tidak ikut?"

" Tidak ayah. Dia ada pekerjaan"

"Suami mu itu terlalu keras bekerja. Hari libur begini juga dia masih kerja"

Ujar alwan sambil menciumi Gino. Gino terkikik geli dan memegangi wajah kakeknya.

"Tidak apa yah. Itu kan untuk putri ayah juga"

"Iya. Tetapi jangan terlalu begitu. Kalian tidak kekurangan bukan? Hari libur begini, seharusnya waktu untuk Gino dan kamu"

Ayah terlihat keberatan dengan sibuknya Arya.

"Iya ayah. Nanti Rara sampaikan deh"

Caera tersenyum. Ia tau ayahnya bukan marah, tapi itu malah sebuah nasehat untuknya.

"Ayah, pulang-pulang kok langsung ngomel gitu sih"

Rani protes pada suaminya.

"Bukan ngomel Bu. Ini untuk kebaikan Rara juga. Jangan di biarkan saja suaminya lembur terus"

"Lah ayah sendiri kok Masi saja kerja. Ibu kan sudah bilang ayah di rumah saja"

"Ayah bukan kerja Bu. Ayah cuma memantau"

"Idih.. mantau kok tiap hari"

Rani mencebik.

Caera tertawa melihat ayah ibunya yang selalu mesra ini. Dalam hati ia sangat ingin Arya seperti ayahnya. Tegas tapi penyayang. Sayang Arya tidak terlalu romantis. Tapi caera tidak mempermasalahkan itu. Dia memahami dan menerima Arya apa adanya.

"Yuk kita makan dulu. Pasti cucu nenek ini sudah lapar"

Dengan gemas Rina mencubit pipi Gino. Gino tertawa-tawa saja. Dia paling lengket dengan kakeknya. Ayah dan ibu caera sangat memanjakan Gino. Maklum tidak ada anak kecil lagi di rumah mereka. Bima, adik caera juga belum menikah. Makanya ayah dan ibunya sangat menyayangi Gino.

Mereka menuju meja makan.

Hari ini menu masakan ibu sederhana saja. Cah brokoli jamur, ayam goreng, sambal tomat dan sambal goreng. Tapi caera selalu merindukan masakan ibunya ini. Melihat semua makanan itu liur caerah membuncah. Rasa lapar langsung menyerangnya.

Moment makan siang bersama seperti ini membuat caera kangen dengan adiknya Bima. Sudah lama Bima tidak pulang. Katanya masih sangat sibuk, belum bisa pulang ke Indonesia. Kadang caera hanya bisa memarahi Bima, karna lupa jalan pulang. Bima hanya tertawa kencang jika caera sudah merajuk. Mereka hanya bisa video call saja.

Mereka makan dengan lahap. Sesekali Gino mengoceh dengan mulut penuh makanan, betapa nikmat ayam goreng buatan neneknya. Caera hanya memperingatinya dengan menaruh telunjuknya di bibir. Menandakan Gino harus diam saat makan.

\*\*\*\*

Dinda baru datang jam 3 sore. Lama caera menunggunya. Dinda bilang dia harus mengantar anaknya ke rumah ibunya lebih dulu. Baru bisa menemui caera.

Caera membawa Dinda duduk di bawah pohon mangga yang sedang berbuah lebat halaman belakang. membiarkan Gino bermain dengan ayah dan ibunya di dalam. Tapi sedari tadi Dinda terlihat tidak tenang. Entah apa arti tatapan mata Dinda pada caera.

Caera sibuk mengupas mangga yang masih terlihat mengkal. Dinda hanya memperhatikannya saja.

Caera memberikan sepotong mangga pada Dinda. Tapi dia menolak.

Dengan mengunyah mangga yang masih terasa asam itu, caera memandang Dinda dengan mata yang menyipit menahan rasa kecut.

"Eh din. Dari tadi kamu seperti orang bingung gitu. Ada apa sih? Kamu baik-baik saja kan?"

Dinda tersenyum canggung.

"Iya aku baik-baik saja kok" Dinda masih memperhatikan caera. Pandangannya menyelidik.

"Tapi aku rasa kamu itu tidak baik-baik saja. Jangan bohong deh"

Caera tau Dinda menyembunyikan sesuatu darinya.

"Ra, Vivi ada telpon kamu?

"Vivi?" Caera berusaha mengingat vivi pernah menelponnya atau tidak belakangan ini.

"Kayaknya tidak ada Din. Emang kenapa? Kan dia sudah pindah Din. Tapi, ya memang dia jarang sekali menghubungi aku. Sudah lama banget Din"

Vivi itu teman baik mereka berdua sewaktu kuliah. Vivi juga sudah menikah. Tapi umur pernikahannya tidak bertahan lama. Hanya dua tahun saja dan dia bercerai dengan suaminya. Lalu tahun kemarin Vivi pindah kerja di kota lain. Sejak saat itu komunikasi mereka menjadi tidak sesering dulu sewaktu Vivi masih bekerja di kota ini.

"Ra. Beneran kamu sama Arya masih baik-baik saja?

Tiba-tiba dinda menggenggam tangan caera erat. Caera mengerutkan kening.merasa ada yang tidak beres, Dinda menyudahi sesi makan mangganya.

Rasa tidak nyaman menyergap caera.dia menatap manik mata Dinda lekat-lekat.

"Ada apa Din? Jangan becanda lagi please. Aku gak suka kamu main teka teki"

Dinda meremas erat jemari caera. Dia ingin menguatkan hati untuk mengatakan apa yang dia lihat.

"Ra, maafkan aku"

Caera makin tidak mengerti maksut perkataan Dinda. Sekarang dia malah minta maaf. Apa ini?

"Maaf untuk apa sih din? Kamu gak salah apa-apa kok"

Caera makin mengernyit dalam. Rasa tidak enak di hatinya makin menjadi.

"Begini Ra, sebenarnya aku tadi lihat Arya sama Vivi"

"Apa?!"

Caera melotot saking terkejutnya.

"Ah aku bingung mau mulai dari mana"

Dinda mengeluh karna merasa tidak enak menyampaikan sesuatu yang akan menyakiti hati sahabat yang ia sayangi.

"Serius kamu Din? Maksud kamu, lihat mereka gimana sih din?"

Caera mengguncang tangan Dinda dengan gusar.

"Kamu tenang dulu. Aku akan cerita dari awal"

Dinda memenangkan caera dengan mengelus bahu caera.

"Begini, sebenarnya yang melihat suami mu dengan Vivi itu Alfian Ra. Sebulan yang lalu sewaktu dia ada kerjaan keluar kota. Alfi sampai bertanya pada ku tentang kamu dan Arya. Dia pikir kalian ada masalah. Tapi aku bilang kalian berdua baik-baik saja"

Ungkap Dinda panjang lebar. Alfian adalah suami dinda. Dada caera terasa sesak. Dia sungguh tidak percaya dan kaget bukan main.

"Terus, kenapa kamu tidak kasih tau aku Din?"

"Makanya aku minta maaf Ra. Karna aku takut Alfian salah lihat. Aku tidak mau gegabah langsung nyampein ini ke kamu Ra"

Mata caera memanas. Air mata menggenang di matanya. Rasa sakit menghujam hatinya. Inikah alasan mengapa Arya berubah akhir-akhir ini?

"Ra, maaf aku harus menyampaikan ini ke kamu. Karna aku tidak mau mereka bohongin kamu Ra"

Dinda sangat prihatin pada caera. Caera ini wanita yang sangat baik dan lembut. Hatinya gampang tersentuh. Caera sangat penurut. Dinda tidak habis pikir mengapa Arya dan Vivi sanggup menghianati wanita sebaik caera.

"Setelah aku yang melihat sendiri, baru aku yakin bahwa yang di katakan Alfi benar. Aku melihat Arya dan Vivi keluar dari mall Minggu lalu Ra. Untung saja mereka tidak melihat aku di tempat parkir"

DEG!!!

Caera membeku. Jadi benar, yang di lihat caera di butik itu adalah Arya. Caera tidak salah lihat dia adalah Arya suaminya. Ya Tuhan, Arya sungguh berbohong padanya mengatakan dia ada rapat di kantor.

Air mata itu menetes juga akhirnya. Perih tidak terkira di rasakan caera. Cinta dan ketulusannya di balas penghianatan oleh Arya suaminya.

Caera terisak. Dia tidak sanggup membayangkan apa lagi yang akan di sampaikan Dinda selanjutnya. Ini saja sudah sangat sakit menghujam sanubari. Bagaimana yang lain lagi. Caera masih menggenggam erat tangan Dinda. Dinda sangat mengerti bagaimana hancurnya hati sahabatnya ini.

"Dan tadi, aku tidak sengaja melihat mereka di restoran. Aku mengikuti mereka Ra"

Caera mendongak menatap Dinda. Pandangannya buram karna air mata yang mengucur deras.

"Mereka kemana Din?

Dinda menghembuskan nafasnya berat. Ia sungguh tidak sanggup untuk mengatakannya.

"Din, jawab. Kamu ikuti mereka kemana?"

Lidah Dinda terasa kelu. Hatinya ikut terasa di remas-remas melihat sahabatnya sangat terluka.

"Sepertinya Vivi tidak pindah keluar kota Ra. Dia bohong pada kita. Vivi sudah pindah rumah. Aku lihat tadi Ra. Sepertinya mereka sudah hidup bersama"

Ah hancurlah sudah. Hati ini remuk menjadi serpihan debu. Sesak tidak tertahan mendengar itu. Caera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia terisak tertahan. Takut ibu dan ayah di dalam rumah mendengar tangisannya.

"Ra, sungguh aku minta maaf harus menyampaikan ini. Tapi aku tidak tahan melihat mereka menghianati kamu Ra"

Dinda ikut menangis. Dinda tidak menyangka Vivi bisa melakukan hal bejat seperti itu pada caera sahabatnya sendiri.

Dinda berpindah tempat duduk ke samping caera. Ia meraih caera kedalam pelukannya. Membiarkan caera menangis sepuasnya melepaskan kekecewaan yang dalam.

"aku mau kamu antar aku ke sana Din" ujar caera melepas pelukan Dinda.

Menatapnya memelas.

"Kamu yakin?"

Caera mengangguk.

Dinda Marasa ragu. Haruskah ia membawa caera ke rumah tempat Vivi dan Arya tadi di lihatnya?

"Jangan sekarang Ra. Ini sudah sore. Mendung lagi. Gimana kalau besok saja?"

Dinda menawarkan. Ia juga harus pulang. Dinda hanya mencari alasan agar caera membatalkan niatnya.

"Tolong din. Bawa aku ke sana. Aku ingin melihat sendiri"

"Kamu beneran yakin Ra? Dinda masih meyakinkan caera lagi.

"Iya"

Dinda menimbang-nimbang sesaat.

Ia tidak mau terjadi keributan. Tapi kalau tidak sekarang ya kapan lagi? Ia Sudah terlanjur membuka rahasia ini. Dia juga harus bertanggung jawab menuntaskannya.

"Baiklah. Tapi kamu bisa kan? "

"Iya"

Caera yakin. Ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri. Ingin melihat betapa mengerikannya perbuatan Arya menghianatinya. Ingin melihat Vivi sahabatnya sendiri berbuat curang padanya. Sahabat yang dia sayangi dan suami yang dia cintai telah berbuat kotor di belakangnya.

Terpopuler

Comments

Umi Husna

Umi Husna

caera pintar dikit... jangan terbawa emosi... kamu harus mikir dulu sebelum bertindak. pelakor mau sm suami orang karna banyak uangnya. klo miskin mana mau. jadi kamu kuasai dulu harta suami kamu baru kamu labrak tu pelakor.

2022-10-28

0

Aminah Tamnge

Aminah Tamnge

itu ku bilang laki laki buaya

2022-05-19

1

En Dik

En Dik

hedehhh aku jd mewek bacanya thor... kasihan Caera...

2022-05-16

2

lihat semua
Episodes
1 episode 01 melihat mu di sana
2 episode 02 kau begitu berubah
3 episode 03 dia berbohong
4 episode 4
5 episode 05
6 episode 06
7 episode 07
8 episode 08
9 episode 09
10 episode 10
11 episode 11
12 episode 12
13 episode 13
14 episode 14
15 episode 15
16 episode 16
17 episode 17
18 episode 18
19 episode 19
20 episode 20
21 episode 21
22 episode 22
23 episode 23
24 episode 24
25 episode 25
26 episode 26
27 episode 27
28 episode 28
29 episode 29
30 episode 30
31 episode 31
32 episode 32
33 episode 33
34 episode 34
35 episode 35
36 episode 36
37 episode 37
38 episode 38
39 episode 39
40 episode 40
41 episode 41
42 episode 42
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 episode 135
136 episode 136
137 episode 137
138 episode 138
139 episode 139
140 episode 140
141 episode 141
142 episode 142
143 episode 143
144 episode 144
145 episode 145
146 episode 146
147 episode 147
148 episode 148
149 episode 149
150 episode 150
151 episode 151
152 episode 152
153 episode 153
154 episode 154
155 episode 155
156 episode 156
157 episode 157
158 episode 158
159 episode 159
160 episode 160
161 episode 161
162 episode 162
163 episode 163
164 episode 164
165 episode 164
166 episode 165
167 episode 166
168 episode 167
169 TERIMA KASIH AUTHOR
Episodes

Updated 169 Episodes

1
episode 01 melihat mu di sana
2
episode 02 kau begitu berubah
3
episode 03 dia berbohong
4
episode 4
5
episode 05
6
episode 06
7
episode 07
8
episode 08
9
episode 09
10
episode 10
11
episode 11
12
episode 12
13
episode 13
14
episode 14
15
episode 15
16
episode 16
17
episode 17
18
episode 18
19
episode 19
20
episode 20
21
episode 21
22
episode 22
23
episode 23
24
episode 24
25
episode 25
26
episode 26
27
episode 27
28
episode 28
29
episode 29
30
episode 30
31
episode 31
32
episode 32
33
episode 33
34
episode 34
35
episode 35
36
episode 36
37
episode 37
38
episode 38
39
episode 39
40
episode 40
41
episode 41
42
episode 42
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
episode 135
136
episode 136
137
episode 137
138
episode 138
139
episode 139
140
episode 140
141
episode 141
142
episode 142
143
episode 143
144
episode 144
145
episode 145
146
episode 146
147
episode 147
148
episode 148
149
episode 149
150
episode 150
151
episode 151
152
episode 152
153
episode 153
154
episode 154
155
episode 155
156
episode 156
157
episode 157
158
episode 158
159
episode 159
160
episode 160
161
episode 161
162
episode 162
163
episode 163
164
episode 164
165
episode 164
166
episode 165
167
episode 166
168
episode 167
169
TERIMA KASIH AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!