episode 15

dengan pandangan buram karena air mata, caera memandang lelaki yang terlihat menjulang tinggi di sebelahnya. lelaki itu memakai setelan training Hoodie, potongan rambut yang sangat serasi dengan wajah tampan blasteran itu.

caera cepat cepat mengusap matanya kasar ingin memandang pria itu dengan jelas. hatinya mencelos mendapatkan kejutan hebat. pria itu adalah orang yang di restoran waktu itu. yang orang-orang panggil dengan sebutan tuan Deva. rambut lebat yang sama. mata coklat yang berdaya magis sama pula, memandanginya dengan tenang.

"pohon ini tidak tahu apa-apa. jangan mengotorinya dengan kejengkelan mu pada kekasih mu"

pria itu memandang manik mata caera.

"apa urusan mu!"

caera merasa dongkol balik menatap tajam, menantang pada Deva. dalam keadaan hati yang sedang sedih, caera jadi lebih mudah marah.

"kau mengganggu ketenangan ku nona"

ehh... ketenangan?

"tempat ini milik umum tuan. siapa yang mengganggu mu?" caera makin tidak suka. mentang-mentang artis, seenaknya saja merasa terganggu di tempat umum.

"tempat ini area pribadi nona" Deva menahan tawa. menggerakkan dagu dan alisnya mengisyaratkan caera untuk memandang ke arah yang ia maksud.

caera menoleh ke belakangnya mengikuti arah pandangan Deva.

astaga!!

di sana terpancang plamplet yang bertuliskan

PRIVATE AREA dengan huruf besar dan tebal. caera tidak melihat itu tadi. mungkin karena pikirannya yang melayang entah kemana.

"maaf"

ujar caera lesu. ia mengaku salah telah masuk ke kawasan pribadi orang. dengan sedikit takut caera menatap pria itu. pastilah dia si penguasa wilayah ini.

caera membuang muka ke arah laut di depannya. ada rasa malu karna Deva mendapatinya menangis tersedu sendirian seperti orang yang tidak waras. belum lagi lelehan ingus karena tangisannya.

aaiihh dari mana pula pria ini tahu aku sedang jengkel pada kekasih ku? dukun kah dia?

Deva melangkah mendekat. mengulurkan handuk kecil kepada caera. caera menoleh lagi dan memandangi handuk kecil dan Deva bergantian. raut wajah Deva terlihat ramah dan bersahabat.

"aku hanya punya ini. tidak bawa tisu" ujarnya mengerti maksud pandangan caera. dia hanya membawa handuk kecil karena memang sedang berolah raga lari pagi di pinggir pantai. dan beristirahat sejenak di tempat kesukaannya ini jika sedang berada di sini. tapi caera masih diam saja

"tenang saja. ini masih bersih. aku belum memakainya" Deva tersenyum simpul. "pakailah" ujarnya lagi menyodorkan handuk kecil itu pada caera dan menggerak-gerakkannya.

caera mendongak dan menatap wajah Deva lagi seperti anak kecil yang sedang di bujuk ibunya agar berhenti menangis.

caera menarik ringan handuk itu. mengusap wajah dan ingusnya yang masih saja berkejaran seperti balapan moto GP. ia menempelkan handuk kecil itu kewajahnya.

hhhmmmmm

menarik napas menghirup dalam aroma handuk itu. harum...

dan ia seperti pernah mencium aroma itu. hatinya berdesir halus. bertanya dalam hati kapan ia pernah menghirup wangi itu.

ah persetan dengan aromanya. sekarang dia hanya ingin mengelap wajahnya yang sangat tidak enak dipandang

ssssreeettt...

tanpa rasa malu caera menyisih ingusnya dengan suara keras. Deva hanya tersenyum melihat kelakuan caera yang cuek itu.

Deva ikut duduk di pasir putih berjarak satu meter dari caera. kini sama-sama menatap laut biru di depan mereka.

"indah bukan? kau suka laut juga rupanya"

ucap Deva tanpa menoleh pada caera.

ck... siapa sih dia? sok akrab deh

caera membatin dan melirik Deva dengan ekor matanya. ada perasaan was was menyerang hatinya. kenapa pria ini jadi sok akrab dengannya?

"aku suka tempat ini. laut ini selalu menjadi tempat yang tepat buat ku untuk menyendiri"

Deva masih bicara tanpa peduli caera serius mendengarnya atau tidak.

di lubuk hati caera ingin merasa meyakinkan diri sendiri bahwa inilah kali pertama mereka bertemu langsung dan mendengar Deva berbicara. sebab caera merasa, Deva seperti sudah mengenal dirinya sebelum ini.

"laut ini memang indah, tapi tidak baik melarikan diri dari masalah"

deg

hati caera merasa tertohok. sok tahu sekali lelaki ini. caera bertanya dalam hati apakah itu di maksudkan sebagai susuatu yang meremehkan, bahwa dirinya sebagai seorang wanita di anggap oleh pria itu tidak mampu membereskan masalah sekecil itu.

"menghadapinya dengan pikiran jernih itu jauh lebih berguna dari pada lari sejauh kemampuan tapi kita tetap terpaku pada Masalah yang sama"

ujar Deva lagi.

caera menoleh kepadanya. sejenak mata Deva meninggalkan laut biru yang membentang di depannya itu dan beralih untuk menatap kedalam mata caera.

mereka saling menatap. pandangan mata pria itu mengandung suatu minat hangat dari seorang pria pada seorang wanita. ah... mungkin itu cuma berasumsi dari keingin tahuannya saja.

Deva kembali menatap lurus ke arah laut lagi.

"menangis memang terasa melegakan. tapi menghadapinya itu jauh lebih menenangkan"

Deva menaruh kedua tangannya ke belakang. menyanggah tubuhnya dalam posisi duduk yang lebih santai.

"kenapa tidak mencobanya?"

tambahnya lagi.

eeehh... tunggu tunggu... kenapa dia jadi sok bijaksana begini sih?

caera kini memandang lekat wajah tampan blasteran itu. mengerutkan dahi, kenapa pria yang tidak dikenalnya ini jadi makin Mario tegar begitu.

"maksud kamu, dengan kamu datang ke sini, itu juga melarikan diri dari masalah?

caera balik memberi pertanyaan sarkas pada Deva.

"hahaaaaaa"

bukannya menjawab, Deva malah tertawa lebar sambil mendongakkan kepala keatas.

"ck.. dasar artis. terlalu sering di kerumuni orang. makanya kalau ada masalah pergi ke tempat sepi"

gumam caera sewot masih mengejek Deva. padahal dia juga sedang dalam masalah dan pergi ke tempat sepi.

" artis?

Deva menatap caera, mengerutkan alis.

"ya, kamu"

jawab caera seraya mencebik.

"hahaahaaa"

Deva makin tertawa keras. dia makin merasa geli saja caera menyangka dirinya adalah seorang artis. mungkin karena waktu di restoran banyak orang menyapa dan mengelu-elukannya.

caera makin jengkel. hilang sudah tangisnya. Deva menertawainya dengan keras.

"kamu pikir aku cocok jadi artis?

Deva bertanya lagi.

caera melirik sinis ke arah Deva. menaikkan bibir atasnya mengejek. Deva makin tertawa melihat caera merasa jengkel.

"karena aku tampan, begitu?"

Deva memajukan tubuhnya kesamping, menyodorkan wajahnya pada caera.

iisshh apaan sih dia?

narsis sekali..

caera cepat cepat menarik tubuhnya menjauh. takut wajah Deva terlalu dekat padanya. Deva menarik tubuhnya kembali tegak.

baru kali ini dia kembali tertawa lepas. setelah lama itu tidak di lakukannya. belakangan ini tawa itu sangat sulit keluar dari mulutnya. tapi dengan wanita yang satu ini, Deva merasa sangat santai. mungkin karena ia pernah mengalami di posisi caera sekarang.

"aku sudah melewati masa itu nona"

wajah Deva berubah serius.

caera merasakan suara tegas Deva. tak henti dia memandangi Deva. ada rasa penasaran mendera hatinya. dia sudah melewati masa itu, berarti pria ini pernah merasakan penghianatan.

"tak kan ada keuntungan yang kita dapat dalam kesedihan. masih banyak orang-orang yang mencintai mu bukan?"

Deva menatap caera lembut.

mata caera terpaku pada wajah Deva. bukan karena takjub akan ketampanan Deva. tapi caera terbayang wajah Gino, ibu, ayah, Dinda. wajah-wajah penuh senyum itu menatap caera dengan cinta.

hati caera terenyuh. pria ini benar. masih banyak orang-orang yang mencintainya dengan segenap jiwa. tapi caera seakan tak memandang mereka. dia egois hanya memikirkan sakit hatinya saja. padahal di sana pastilah semua orang sangat menghawatirkan dirinya.

mata sembab caera kembali memanas. air mata kembali tumpah. hatinya terasa perih. dia sungguh egois. tidak berani menghadapi kenyataan pahit dan lari sejauh mungkin.

menangis dalam diam. hanya air mata yang dapat mengekspresikan rasa hatinya. Deva tersenyum melihat caera seakan melamun. melirik jari manis wanita itu. masih ada cincin itu di sana.

andai saja wanita ini belum menikah, pasti sudah di culiknya untuk menjadi pengantin wanitanya. tapi sayang, begitu pilihan hatinya jatuh pada caera, malah penghalang itu membentang sangat kokoh di depannya.

"kau sangat mencintainya?

caera menghapus air matanya. melirik Deva yang masih saja menatapinya.

"sekarang... tidak tahu"

jawab caera sendu. seolah-olah mereka berdua telah mengenal satu sama lain. caera merasa Deva tahu apa yang sedang di alaminya sekarang. Deva sangat paham perasaan caera saat ini.

"jika kau mampu, maafkanlah. jika kau tidak sanggup, maka lepaskanlah"

caera menoleh pada Deva. menatap lekat manik mata lelaki itu. ada apa sih orang ini? kenapa seakan-akan dia tahu perasaannya? sangat tiba-tiba dia datang. sekarang berbicara seakan dia adalah seorang penasehat rumah tangga yang sangat bijaksana.

"kau tahu.. kau separti Mario tegar yang aku lihat di televisi"

ujar caera. deva mencerna kata-kata caera. saling menatap satu sama lain.

"hahaaaa"

dan akhirnya mereka berdua tertawa bersama.

desir semilir angin menemani mereka berdua. seperti dua sahabat yang berbagi kisah dalam diam. seperti telah mengerti masalah Masing-masing yang tidak terungkap.

Deva menoleh ke arah belakang mereka. caera mengikuti arah pandangan Deva. terlihat di kejauhan seseorang berjalan mendatangi ke arah mereka, dan berhenti di undakan tanah berumput tak jauh dari tempat mereka duduk. caera sangat hapal siapa orang itu.

seorang pria berkulit coklat gelap, berpakaian jas lengkap, dengan tubuh yang tinggi tegap. itu robot hitam. yang memiliki suara tajam hingga gadis-gadis di restoran dapat merasakan ketakutan ketika dia berbicara.

"dia teman mu?"

caera mulai merasa khawatir yang berlebihan sekarang. jelas saja takut, dia tidak mengenal dua pria asing ini. di tempat yang asing pula. dan bertemu selalu tidak sengaja.

Deva mengangguk mengiyakan. melihat ke arah Jacko yang datang dan bersikap siaga. caera melihat lelaki itu lagi. berdiri tegak seperti tembok beton yang terpatri di kedalaman tanah. hati caera jadi merasa ketar-ketir.

wah bisa gawat. sudahlah masuk ke kawasan pribadi orang, kini ada satu lagi orang asing yang tidak di kenalnya. terlihat seperti robot, kaku memandanginya dengan seksama.

caera berdiri. Deva menatapnya heran. caera terlihat waspada.

"kenapa?"

tanya Deva pada caera. wanita itu tampak ingin kabur.

"aku masih ada urusan. sampai jumpa"

ujar caera beranjak pergi dengan berlari-lari kecil. dia harus melewati Jacko untuk pergi dari sana. Jacko hanya tegak diam berdiri menatap caera.

"hey .. kau berhutang pada ku!"

seru Deva karena caera sudah menjauh darinya.

caera tidak menjawab. dia lebih sibuk menyelamatkan diri dari tatapan tajam Jacko. begitu dekat dengan Jacko, caera tesenyum. tepatnya nyengir kuda. ada rasa takut melihat lelaki tinggi tegap itu.

"hey!!"

Deva masih mencoba menahan caera. tetapi caera sudah telanjur menjauh. menoleh pada Deva dan menjulurkan lidah mengejek Deva. merasa tidak berhutang apapun padanya.

caera telah pergi. Deva merasa kesal pada Jacko dan menghampirinya.

"kau selalu bersikap tidak tepat padanya Jack"

Deva melirik kesal. Jacko hanya mengedikkan bahu.

"aku datang memeriksa mu bos"

jawab Jacko datar saja. tidak merasa bersalah. deva serasa ingin mencekik Jacko sekarang. tapi dia juga tidak bisa menyalahkan Jacko. dia memang begitu. selalu bersikap waspada pada orang asing sekalipun itu seorang wanita.

mereka berdua pergi dari sana menuju villa. Deva berharap bisa bertemu dengan caera lagi suatu saat nanti.

Terpopuler

Comments

Mbak SriLestari

Mbak SriLestari

sumgguh sakit rasa ny jati ini,ini lh yg nany sakit tk berdarrah

2022-05-15

2

Tya CariZma

Tya CariZma

jecko kamu menakutkan.....😂😂😂

2022-05-06

3

Rihan Jamaien

Rihan Jamaien

sabar Dev tar waktunya tiba🥰🥰

2022-05-04

3

lihat semua
Episodes
1 episode 01 melihat mu di sana
2 episode 02 kau begitu berubah
3 episode 03 dia berbohong
4 episode 4
5 episode 05
6 episode 06
7 episode 07
8 episode 08
9 episode 09
10 episode 10
11 episode 11
12 episode 12
13 episode 13
14 episode 14
15 episode 15
16 episode 16
17 episode 17
18 episode 18
19 episode 19
20 episode 20
21 episode 21
22 episode 22
23 episode 23
24 episode 24
25 episode 25
26 episode 26
27 episode 27
28 episode 28
29 episode 29
30 episode 30
31 episode 31
32 episode 32
33 episode 33
34 episode 34
35 episode 35
36 episode 36
37 episode 37
38 episode 38
39 episode 39
40 episode 40
41 episode 41
42 episode 42
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 episode 135
136 episode 136
137 episode 137
138 episode 138
139 episode 139
140 episode 140
141 episode 141
142 episode 142
143 episode 143
144 episode 144
145 episode 145
146 episode 146
147 episode 147
148 episode 148
149 episode 149
150 episode 150
151 episode 151
152 episode 152
153 episode 153
154 episode 154
155 episode 155
156 episode 156
157 episode 157
158 episode 158
159 episode 159
160 episode 160
161 episode 161
162 episode 162
163 episode 163
164 episode 164
165 episode 164
166 episode 165
167 episode 166
168 episode 167
169 TERIMA KASIH AUTHOR
Episodes

Updated 169 Episodes

1
episode 01 melihat mu di sana
2
episode 02 kau begitu berubah
3
episode 03 dia berbohong
4
episode 4
5
episode 05
6
episode 06
7
episode 07
8
episode 08
9
episode 09
10
episode 10
11
episode 11
12
episode 12
13
episode 13
14
episode 14
15
episode 15
16
episode 16
17
episode 17
18
episode 18
19
episode 19
20
episode 20
21
episode 21
22
episode 22
23
episode 23
24
episode 24
25
episode 25
26
episode 26
27
episode 27
28
episode 28
29
episode 29
30
episode 30
31
episode 31
32
episode 32
33
episode 33
34
episode 34
35
episode 35
36
episode 36
37
episode 37
38
episode 38
39
episode 39
40
episode 40
41
episode 41
42
episode 42
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
episode 135
136
episode 136
137
episode 137
138
episode 138
139
episode 139
140
episode 140
141
episode 141
142
episode 142
143
episode 143
144
episode 144
145
episode 145
146
episode 146
147
episode 147
148
episode 148
149
episode 149
150
episode 150
151
episode 151
152
episode 152
153
episode 153
154
episode 154
155
episode 155
156
episode 156
157
episode 157
158
episode 158
159
episode 159
160
episode 160
161
episode 161
162
episode 162
163
episode 163
164
episode 164
165
episode 164
166
episode 165
167
episode 166
168
episode 167
169
TERIMA KASIH AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!