Tatapan Yudistira tak membuat Ayu gentar sedikit pun, karena dia tidak merasa bersalah dan bersikap tenang. "Aku tidak mencuri apapun, itu hanya tuduhan palsu," ucapnya yang membela diri.
"Apa kau yakin?" Ujar Yudistira yang menatap Ayu dengan menyelidik.
"Aku sangat yakin dengan ucapanku." Ayu mengetahui jika tuduhan itu merupakan jebakan dari Vanya dan juga kedua temannya, dia hanya melihat bagaimana ketiga orang itu menjebaknya. "Ingin sekali aku menampar pipinya dan mencabik-cabik wajahnya itu," batin Ayu yang menatap Vanya yang sedang memasang raut wajah sedih agar mendapat simpati dari orang-orang yang melihatnya.
Yudistira menatap Ayu dengan seksama, kontak mata di antara keduanya membuat dia tidak percaya dengan tuduhan itu. "Sepertinya dia gadis yang baik dan tidak mungkin mencuri, terlihat jelas di wajahnya." Keraguan di hati sang kakek membuat Vanya kembali melancarkan aksinya sebagai penyempurnaan akting, berjalan menghampiri Yudistira.
"Wajah kakek terlihat sedang meragukan gadis itu, apa Kakek tidak percaya dengan ucapanku?" Tukasnya yang kembali membuat Yudistira kebingungan dengan posisinya.
"Apakah ada saksi yang melihat hal ini?" Tanya Yudistira yang menoleh ke arah Vanya.
"Sepertinya Kakek meragukan ku, tidak mungkin jika aku menuduhnya tanpa bukti dan semua bukti itu tertuju kepada gadis itu," jawabnya dengan penuh keyakinan sembari melirik Ayu dengan sinis, sedangkan Ayu memutarkan kedua bola matanya dengan jengah. Yudistira terpaksa mempercayainya, tapi penilaiannya kepada orang lain sejauh ini tidak pernah salah.
"Apa kau yakin? Jangan sampai kau menuduh orang lain tanpa adanya bukti."
"Aku sangat yakin," sahut Vanya dengan penuh percaya diri.
"Kami melihatnya dengan jelas jika Ayulah pelakunya, dia terus saja melihat cincin yang tersemat di jari Vanya. Entah setan apa yang membuat pikirannya menjadi kotor hingga dia mencurinya," celetuk Jenni.
"Itu sangat benar, dia bahkan melihat saat Vanya meletakkan cincin itu di dalam tas dan ada saksi untuk itu," sambung Clara.
"Apa kesalahanku kepada mereka? Menuduhku sembarangan dengan akting yang kurang menjiwai itu," gumam Ayu.
"Saksinya adalah seorang karyawan yang sedang bekerja dan melihat Ayu yang melancarkan aksinya," ucap Vanya yang sangat bahagia dengan rencana yang menurutnya begitu sempurna untuk mempermalukan Ayu dengan menjebaknya sebagai pencuri.
"Ini sangat menyenangkan, permainanku berjalan dengan lancar. Rencana yang benar-benar sempurna, dan gadis kampung itu akan di cap sebagai pencuri dan di marahi oleh orang-orang, dia akan kehilangan wajahnya setelah itu, kau sangat pintar Vanya," batin Vanya yang tersenyum samar sembari memuji dirinya.
Vanya berjalan mendekati seseorang yang bekerja sebagai pramusaji yang tak berada jauh darinya, memegang bahu karyawan itu dan menatapnya dengan seksama.
"Bukankah kau yang bekerja tak jauh dari kami bercengkrama?" tanyanya.
Pramusaji yang tak tau apa-apa, dia sedikit bingung dengan situasinya saat ini. "Iya, itu memang benar Nona."
"Apakah kau melihat dengan jelas jika gadis ini yang mencurinya?" Tanya Yudistira menatap pramusaji itu.
Vanya, Jenni, dan Clara berakting dengan sangat baik, seolah-olah memerankan peran yang sangat luar biasa dalam menuduh Ayu. Pramusaji yang akhirnya mengerti dengan situasi itu hanya menganggukkan kepalanya dengan cepat dan lagi-lagi Vanya tersenyum karena rencananya berjalan dengan sangat baik.
"Oh ya tuhan, bahkan pramusaji itu juga ikut terlibat," batin Ayu yang menghela nafas dengan kasar. Berusaha untuk mengontrol dirinya agar tidak terbawa suasana karena itu akan membuat semuanya semakin memburuk. Yudistira sedikit bingung, bukti yang ada menunjuk kepada Ayu tapi dia tidak menyangka jika penilaian nya kepada orang lain kali ini salah.
Ayu tidak merasa cemas sedikitpun akan tuduhan palsu, dia kembali menatap orang-orang yang ada di sekeliling. Sorot mata dengan penuh kebencian dan menjadikannya bahan pembicaraan orang-orang.
"Tak aku sangka jika wanita itu berani mencuri," bisik para tamu undangan.
"Mau bagaimana lagi, bisa jadi sangat memerlukan uang untuk membiayai hidupnya. Coba lihat bagaimana penampilannya," sahut tamu lainnya yang juga berbisik.
"Sangat sederhana dan tidak menarik sedikit pun," bisik yang lainnya.
Laras dan Wina melihat kejadian itu dan sangat di untungkan dengan posisi Ayu yang tersudutkan. "Ini kesempatanku untuk mempermalukan gadis kampung itu," lirih Wina pelan seraya berjalan mendekat ke arah Ayu. Dengan cepat Laras memegang tangan Wina, "Tante mau kemana?"
"Aku akan memeriahkan kejadian itu," sahut Wina yang tersenyum smirk.
"Apa aku boleh ikut? Sepertinya sangat seru!" pinta Laras.
"Ayo, kita akan membuatnya di permalukan dan kehilangan wajah sombongnya itu." Wina dan Laras mendekati kerumunan dan mulai melancarkan akting untuk menambah suasana. "Kenapa kau mencuri cincin itu? cepat kembalikan ke Vanya dan minta maaflah mengenai kesalahanmu fatal mu itu," ucap Wina.
"Aku? Meminta maaf kepadanya? Untuk apa?" jawab Ayu yang monohok.
"Jika saja kau melakukannya akuilah perbuatanmu sebelum semua memarahimu, apa segitunya kau ingin menjadi orang kaya?" Sindir Laras.
"Kenapa kau diam saja, cepat kembalikan cincin itu!" desak Wina yang mengguncangkan tubuh Ayu.
"Mereka hanya menambah suasana saja, mereka juga sangat pantas memenangkan penghargaan karena akting yang sangat bagus itu. Tapi raut wajah mereka benar-benar membuatku tak bisa menahan tawa, terlihat sangat lucu sekali," Ucap Ayu di dalam hati sembari menahan tawa yang hampir meledak.
Yudistira melihat dengan jelas ekspresi dari Ayu. "Cepat kembalikan cincin yang telah kau curi," sela kakek Vanya yang sudah termakan omongan dari cucu dan juga bukti yang menyudutkan Ayu.
"Sudah aku katakan dan akan aku katakan sekali lagi, jika aku bukanlah orang yang mencuri cincin Vanya. Mereka hanya menuduhku," jawab Ayu yang membela dirinya, tatapan jelek yang dia dapatkan dari para tamu yang melihat kejadian itu.
"Bagaimana jika tasnya kita geledah saja, siapa tau dia menyimpannya di sana." Usul Vanya dengan sangat antusias sembari menunjuk tas kecil yang sedang di pegang oleh Ayu.
"Heh, kau bercanda? Bisa hentikan aktingmu?" Celetuk Ayu yang menatap Vanya dengan jengkel, karena dia tidak menyukai penggeledahan tas yang termasuk dalam hal pribadi dan tidak ingin jika orang lain mengetahui privasinya.
"Kenapa? Apa kau takut?" Tantang Jenni.
"Tas ini adalah privasiku, tidak semua orang yang bisa melihatnya," tolak Ayu.
"Apa kau sangat takut jika kedapatan mencuri?" Ujar Clara yang tersenyum penuh arti. Ayu menghela nafas dengan kasar dan memberika tasnya, dia tidak ingin semua orang berpikiran yang tidak-tidak dan ingin bermasalah dengan Vanya. Dengan cepat Vanya mengambil tas itu dan mengeledahnya dengan cara mengeluarkan seluruh isi tas kecil itu, siapa sangka jika ternyata cincin mahal limited edition itu terjatuh dari dalam tas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Hartin Marlin ahmad
lanjut lagi thor
2022-07-13
1
M Dewi
ayu terlalu menggampangkan
2022-06-14
1
Aska
hemm kenapa bisa kecolongan begini ayu
2022-05-18
1