Sekretaris Vs Mr. Arrogant
Kota A, stasiun kereta
Ayu membawa koper sambil berjalan keluar dari stasiun, dengan memakai baju kaus berwarna putih di padupadankan dengan celana jeans berwarna hitam dan memakai sepatu snikers berwarna putih, rambut di kucir kuda terlihat sangat sederhana. Berjalan dengan santai sembari celingukan mencari seseorang, hingga dia melihat seseorang yang menulis namanya di kertas dengan huruf besar. “Hah, akhirnya aku menemukannya.” Dia berjalan sembari menarik kopernya menghampiri pria paruh baya yang memegang kertas dengan bertuliskan namanya.
“Itu namaku,” ucap Ayu yang tersenyum menatap pria paruh baya yang juga menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Gadis ini terlihat kampungan dengan penampilan yang sangat sederhana,” batin Udin yang menatap Ayu merendahkan.
Ayu menautkan kedua alisnya. “Kenapa Paman menatapku begitu?”
“Tidak ada, ayo masuklah ke mobil dan akan saya antarkan ke Mansion.” Ayu tersenyum dan mengangguk dengan perlahan, dia menuruti perkataan sang supir.
Perjalanan yang sangat melelahkan untuk Ayu saat ini, karena perjalanan yang menurutnya sangat membosankan, dia melihat-lihat kota A dan menikmati suasana saat membuka jendela mobil. Udin melihat tingkah laku dari Ayu di kaca spion dalam mobil dengan tatapan merendahkan. “*D*ia pasti tidak pernah melihat bangunan yang menjulang tinggi, secara dia tinggal di kampung,” batin Udin yang tersenyum miring karena tidak tau bagaimana latar belakang Ayu yang merupakan seorang gadis pilihan dari Hermawan yang akan di jodohkan dengan Farhan, cucunya.
Tak lama, mobil berhenti di hadapan Mansion yang sangat besar dan juga mewah. Ayu segera turun dari mobil dan menurunkan koper yang ada di begasi mobil tanpa bantuan dari sang supir, Ayu yang biasa hidup mandiri tak mempermasalahkan itu. Dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Mansion sembari menyeret koper yang berisi segala kebutuhannya selama tinggal di sana. Langkahnya terhenti saat ada tangannya yang menghalangi langkahnya, Ayu yang sangat lelah itu hanya mendelik.
“Aku sangat lelah dan ingin beristirahat, beri aku jalan?” ucap Ayu yang menatap wanita paruh baya dengan penampilan glamornya. Wanita itu tidak mengidahkan ucapan Ayu, dia menatap penampilan Ayu dari atas sampai bawah.
“Pastikan sepatu yang kau pakai itu bersih untuk masuk ke dalam,” ketus Wina yang melipat kedua tangan di depan dadanya sembari menatap Ayu dengan sinis.
Dengan cepat Ayu melihat tapak sepatunya. “Sepatuku bersih, sekarang aku boleh masuk?” tutur Ayu dengan malas.
“Aku tidak akan membiarkan kau masuk dan mengotori Mansion ini,” ucap Wina dengan ketus.
“Aku bukanlah kotoran, menyingkirlah dari jalanku.”
“Tidak.” Tolak Wina.
“Biarkan aku masuk,” bujuk Ayu dengan wajah yang memelas.
“Ini Mansionku, apapun yang aku lakukan terserah kepadaku.”
“sungguh, aku tidak ingin berdebat saat ini. Tolong, biarkan aku masuk karena aku sangat kelelahan sekali,” ujar Laras yang memohon dengan sedikit bujukan.
“Tidak,” tolak Wina secara mentah- mentah, Ayu mendengus kesal dan menerobos masuk karena sangat kelelahan dengan perjalanan jauhnya.
“Dasar gadis kampung yang kurang ajar,” sewot Wina yang kesal, Ayu menoleh dan tersenyum tipis.
“Aku sudah meminta untuk memberiku jalan, karena aku sangat lelah dan menerobos masuk ke dalam. Aku sarankan untuk memperbanyak senyum atau kerutan di wajahmu akan bertambah,” ujar Ayu dan berlalu pergi membuat Wina sangat geram.
“Berani sekali upik abu itu kepadaku, dasar gadis miskin yang tak mempunyai tata krama,” umpat Wina yang menatap punggung Ayu dengan kekesalan, dia pergi dan meninggalkan tempat itu.
Ayu sangat kebingungan di Mansion mewah itu, memandang sekeliling sembari melihat dekorasi mewah di dalam sana. Dia terus berjalan seperti orang tersesat. “Mansion ini sangat mewah dengan arsitektur modern dan sekarang aku berkeliling tanpa tau tujuan. Wah Ayu...selamat untukmu dengan ujian yang baru ini. Dimana kamar ku? Kenapa tidak ada seorang pun yang memberitahukan aku? Seolah-olah para pelayan seperti tak melihatku di sini. Sekujur tubuhku sangat lelah dan ingin beristirahat, oh ayolah! Kenapa nasibku sangat sial,” monolog Ayu yang merutuki nasib sialnya, dia terus berjalan dengan celingukan membuka setiap ruangan yang dia lihat.
Cukup lama Ayu berjalan membuat kedua kakinya terasa pegal. “Ini adalah hari pertama aku berkunjung kesini dan kali pertama aku bernasib sial, bahkan aku tidak bisa merasakan kedua kaki ku yang sangat pegal ini,” gumam Ayu yang tampak pasrah.
“Apa kau yang bernama Ayu?” ucap seseorang dari belakang, merasa di panggil namanya pun menoleh ke belakang dengan senyum yang mengukir indah di wajahnya. Senyum yang menandakan akhir dari nasib sialnya dan juga kelegaan yang dia rasakan.
“Benar sekali, Mansion ini sangat luas dan aku baru pertama kali datang ke sini, kau siapa?” sahut Ayu yang menautkan kedua alisnya menatap seorang gadis yang berjalan mendekatinya dengan sangat elegan. Wajah yang cantik dengan rambut yang di biarkan tergerai, gadis itu memakai gaun yang hanya selutut berwarna baby pink membuat gadis itu terlihat sangat mempesona.
“Aku Laras, adik sepupu dari kak Farhan.” Gadis itu menyodorkan tangannya sebagai perkenalan dengan raut wajah yang tersenyum.
“Seperti yang kau tahu, aku Ayu Kirana.” Mereka saling berjabat tangan dan tersenyum.
“Aku lihat kau sedang kebingungan, apa kau tersesat?” tanya Laras yang menatap Ayu dengan antusias.
“Mansion ini sangat luas, hingga sedari tadi aku mencari kamar kosong untukku beristirahat selama di sini.”
“Jangan cemas, aku ada di sini. Kamar mu ada di lantai dua, lurus saja dan belok kanan. Hanya ada satu kamar di sana dan itulah kamarmu,” ujar Laras.
“Hah, akhirnya aku bisa beristirahat.”
“Itu hanya hal kecil saja, jika merasa kesulitan tanyakan saja kepadaku dan aku akan menolong mu,” tutur Laras.
“Untung saja kau ada di sini atau aku akan seperti orang tersesat. Kau sangat baik sekali, terima kasih untuk itu.” Ayu tersenyum tulus dan meninggalkan tempat itu.
Sedangkan Laras tersenyum penuh arti. “Aku ingin lihat bagaimana kau akan di usir dari kamar itu AYU KIRANA,” lirih pelannya.
Laras tersenyum puas sembari menatap punggung Ayu yang menghilang dari balik tangga, karena dia telah berhasil menjebak Ayu dengan mengatakan itu adalah kamar yang akan di tempati Ayu. Sebenarnya kamar itu milik dari Farhan Hendrawan, seorang pria yang akan di jodohkan dengan Ayu.
Farhan sangat tidak menyukai jika ada orang lain di kamarnya dan juga barang-barangnya di sentuh oleh orang lain. Jika Farhan tau ada orang lain di kamarnya, maka Ayu akan terkena amukan dan amarah dari kakak sepupunya, begitulah batin Laras yang sangat menyayangkan nasib Ayu yang malang.
“Sepertinya ini sangat seru,” gumam Laras yang tersenyum bahagia.
Sesuai arahan dari Laras, akhirnya Ayu menemukan kamar yang di maksud. Dia meletakkan kopernya di sudut ruangan dan menatap dekorasi ruangan bergaya modern. Kamar yang bernuasa hitam dan putih terlihat sangat elegan dan berkelas.
“Lebih baik aku membersihkan diri terlebih dahulu dan beristirahat setelahnya,” monolog Ayu yang berjalan menuju kamar mandi.
Hanya butuh lima menit baginya untuk membersihkan diri, setelah semua telah selesai, Ayu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang sangat empuk. “Kasurnya sangat nyaman dan juga empuk,” lirih Ayu yang menarik selimut menutupi tubuhnya dan mulai memejamkan mata dengan perlahan, hingga dia tertidur dengan sangat pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Bambang Rettobkur
cerita nya asik
2022-08-01
1
Devi Triandani
kok Laras, bknya ayu 🤔
2022-07-27
1
Munawaroh Indri
betullll
2022-07-25
1