Vanya pergi meninggalkan tempat itu dan bergabung dengan teman-temannya di salah satu meja yang telah tersedia. "Kenapa kau sangat lama?" Tanya seorang temannya yang bernama Jenni.
"Maafkan aku, ada hal yang harus aku urus tadi," jawab Vanya yang berakting sedih.
"Baiklah, tapi katakan dulu apa yang terjadi disana?" Tanya Clara. Vanya menceritakan apa saja yang terjadi kepadanya saat di toilet, bertemu dengan Ayu yang hanya seorang gadis kampung dan penampilan yang sangat sederhana.
"Benarkah? Malang sekali nasib pria yang di jodohkan dengan wanita kampung itu," ujar Jenni.
"Aku juga beranggapan begitu," sahut Vanya yang tersenyum meremehkan. Dari kejauhan Vanya melihat keberadaan Ayu yang tak jauh darinya.
"Ayo ikut denganku," ajaknya.
Kedua temannya itu mengerutkan dahi seraya menatap Vanya dengan bingung. "Kemana?"
"Aku akan mendekati wanita kampung itu," jawab Vanya yang tersenyum miring.
"Baiklah, sepertinya sangat menarik," jawab Clara yang sangat bersemangat.
Vanya dan kedua temannya berjalan mendekati Ayu yang sedang memakan cemilan di atas piringnya. "Apa kau sendiri saja?" Ucap Vanya yang celingukan.
"Hem, seperti yang kau lihat," sahut Ayu dengan jengah.
"Apa kami boleh bergabung?" tanya Clara.
"Hem." Ayu hanya berdehem karena tidak tertarik dengan tiga orang yang ada di dekatnya itu, dia terus saja menyuapi mulutnya dengan cake yang ada di atas piringnya.
"Aku Vanya, sahabat kecil dari Farhan dan ini adalah Jenni dan juga Clara," tutur Vanya dengan tersenyum lembut dan juga sopan.
"Hem, itu tidak penting bagiku. Sepertinya masih banyak kursi kosong di sebelah sana," tukas Ayu yang mengusir ketiga wanita itu dengan halus.
"Aku hanya ingin berkenalan denganmu saja," ucap Vanya terlihat sangat sopan, sangat berbeda saat pertemuan di toilet tadi.
"Ck, bukankah kau sudah mengenalku?" Ketus Ayu.
"Sialan, dasar gadis kampung. Berani sekali dia tidak menghiraukan ucapanku," batin Vanya yang memedam emosi tetapi berusaha menahannya dan tidak ingin reputasinya tercemar. "Aku mengira jika kau melupakan namaku, itu sebabnya aku kembali berkenalan," ucapnya dengan tersenyum.
"Aku tidak setua itu, pergilah dari sini!" Usir Ayu dengan ketus membuat ketiga wanita itu mengepalkan kedua tangan mereka dengan geram melihat sikap Ayu yang tidak sopan.
Hingga terbesit di pikiran Vanya untuk membuat Ayu merasa di permalukan di depan semua orang. "Aku akan membalasmu, anak kampung!" batin Vanya yang tersenyum tipis.
Vanya berjalan dengan anggun menuju panggung, dia tersenyum menatap semua orang yang sedang menyorotnya. "Aku akan menghibur kalian semua dengan permainan musikku," tuturnya yang duduk dengan sangat elegan, jari lentiknya memainkan piano yang telah tersedia di panggung. Vanya menunjukkan kebolehan bakatnya di hadapan semua orang, kali ini Vanya bermain piano dengan lagu Kiss The Rain karya dari Yiruma.
Sekitar lima menit Vanya memainkan piano dengan indah, membuat para tamu bertepuk tangan dengan meriah, membuat Vanya sangat tersanjung akan hal itu. Mengukir senyuman indah tak pernah luntur dari wajahnya yang cantik.
"Aku cukup tersanjung dengan ini, tapi ada seseorang lagi yang akan menghibur kita semua," ucap Vanya dengan bersemangat sembari memegang microphone di tangannya. Semua orang bersemangat dengan itu dan meminta Vanya untuk memanggil orang itu yang tak lain adalah Ayu.
"Dia bernama Ayu, seorang gadis yang duduk di meja sebelah kanan ku. Yang aku dengar dia sangat mahir memainkan piano, untuk Ayu silahkan maju ke depan," tutur Vanya yang bersemangat dengan senyuman tipis di wajahnya. Semua orang menyorot Ayu yang sedang memakan cake di atas piring dan terpaksa menghentikan aktivitasnya.
"*C*k, wanita itu selalu saja menganggu ku," batin Ayu yang mendelik kesal, dia terpaksa maju ke depan panggung karena namanya selalu terngiang di telinga, saat para tamu undangan berteriak memanggil namanya.
Vanya tersenyum tipis karena Ayu secara tidak sadar akan mempermalukan dirinya sendiri yang tidak bisa memainkan piano, dari kabar beredar jika Ayu dari desa. Dan dia memanfaatkan hal itu sebagai balas dendam karena Ayu telah berani menentangnya.
Ayu berjalan dengan santai tanpa adanya beban, mendudukkan dirinya di kursi. Jari lentik yang di miliki Ayu tidak kalah dari Vanya, memainkan judul lagu yang sama dengan penghayatan yang luar biasa. Semua orang menikmatinya dan tertegun saat permainan dari Ayu yang sangat menyentuh hati.
Beberapa tamu undangan yang mengerti dengan musik menyadari jika permainan dari Ayu lebih baik di bandingkan dengan Vanya.
"Ternyata wanita itu sangat mahir memainkan piano," ucap tamu undangan.
"Benar, permainannya sangat menyentuh hati," sahut yang lainnya. Semua tamu undangan berdiri dari kursi mereka dan bertepuk tangan dengan sangat meriah, Ayu tersenyum kepada semua orang. Semua itu tak luput dari pandangan Vanya yang sangat kesal, dia tak menduga jika Ayu sangat mahir memainkan piano dan bahkan lebih baik darinya.
"Sialan, ternyata wanita itu lebih hebat di bandingkan aku," batinnya, sedangkan Ayu tersenyum kemenangan menatap Vanya yang kesal.
Bukan hanya para tamu undangan yang menyukai permainan piano Ayu, melainkan seorang pria tampan yang sedari tadi tertegun melihat permainan pianonya. Ditambah lagi dengan pakaian yang di gunakan oleh Ayu yang sederhana, berbeda dari para wanita yang ada di acara itu.
Ayu mengenakan rok di atas lutut dan di padupadankan dengan kemeja putih dan cardigan, penampilan yang sangat sederhana dan sedikit formal, sesuai dengan temanya.
Di sisi lain Vanya mendengar para tamu memuji kemahiran Ayu dalam memainkan piano, dia sangat malu karena permainan pianonya tidak sebagus Ayu. Dia mengepalkan kedua tangannya yang menahan rasa kesal. "Berani sekali dia mempermalukan aku," gumam Vanya, kedua temannya itu berusaha memenangkan Vanya yang sangat malu dan juga kesal.
Ayu turun dari panggung dengan santai, hingga matanya menangkap seseorang yang sangat dia kenal. "Astaga, kenapa dia ada disini?" Ucap Ayu yang berusaha menutupi wajahnya, berjalan dengan tergesa-gesa untuk menghindari kerumunan.
"Semoga saja dia tidak melihatku tampil, kenapa dia bisa ada di sini?" Gumam Ayu yang terus menghindar.
Orang itu melihat Ayu yang sepertinya menghindari seseorang.
"Sepertinya aku melihat nona muda," ucap orang itu yang tak lain adalah Bima, orang kepercayaan dari Tirta, kakeknya Ayu. Bima yang membuktikan jika matanya tak salah menduga, dia menyusul Ayu yang sudah kabur.
"Berlarilah dengan cepat Ayu, sebelum Bima menyusulmu dan itu bisa berakibat fatal," gumam Ayu yang mengemangati dirinya seraya bersembunyi di tempat yang aman. Ayu celingukan untuk memastikan situasi aman. "Akhirnya aku bisa kabur dari pria itu atau identitasku akan terbongkar hari ini juga," gumamnya yang keluar dari persembunyiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Memyr 67
vanya bodoh. tidak mengenal lawannya siapa, langsung menyerang. mau mempermalukan malah dipermaluka. benet bener bodoh.
2022-09-02
0
Sumi Yanah
lanjut
2022-07-27
1
Hartin Marlin ahmad
jadi penasaran 🤔🤔🤔🤔
2022-07-12
1