Tengah Malam

Suara benda jatuh membangunkan Triska dari tidurnya. Tangannya bergerak meraih ponsel yang diletakkan di bantal sebelah. Mengaktifkan mode senter dan menyorot ke meja di dekat jendela, tempat suara tadi terdengar.

"Emak, ngapain di situ? Sini!" panggilnya pada kucing abu belang hitam yang duduk di atas meja. Kucing itu tampak memperhatikan jendela dengan serius.

Triska yang penasaran kenapa Emak tidak segera mendekatinya, akhirnya beranjak bangun dari tempat tidur dan berjalan pelan menuju meja.

"Ada apa ngelihatin jendela terus?" Dia bertanya lagi pada Emak. Kucing itu tetap diam dan tidak bergerak dari tempatnya.

Triska menyibak gorden dan mengintip dari celah kecil ke arah taman depan kosan. Karena tidak melihat apa pun akhirnya dia bergerak maju lebih dekat ke jendela.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman. Berusaha menajamkan mata untuk melihat satu titik putih di bawah pohon mangga.

Titik putih itu tidak terlalu jelas bentuknya karena sinar lampu teras tidak menyorot sampai ke sana. Akhirnya Triska menutup lagi gorden dan mengangkat tubuh Emak. Mengusap kepalanya dengan lembut dan menggendongnya kembali ke kasur.

Triska mencoba untuk tidur kembali tapi sulit. Setelah bolak balik ke kanan dan ke kiri akhirnya dia menyerah. Meraih lagi ponsel dan mengecek jam. Sudah pukul 3 dini hari.

Triska mulai berselancar ke dunia maya. Membuka aplikasi biru miliknya.

Pandangannya terpaku saat melihat daftar orang yang mungkin anda kenal. Ada akun milik Rima Anggraeni.

Terdorong rasa penasaran ia meng-klik akun tersebut. Postingan terakhir dari Rima adalah fotonya mengenakan gaun pengantin. Foto yang pernah ia lihat di rumah orang tua Rima.

Entah kenapa Triska semakin tertarik untuk melihat postingan-postingan almarhumah.

Ternyata Rima senang sekali memposting foto, baik fotonya sendiri ataupun foto bersama teman-teman dan keluarganya.

Ada beberapa fotonya bersama penghuni kosan di teras rumah. Senyuman Triska muncul saat melihat foto Rima, saat itu dia dikerjai waktu ulang tahunnya beberapa bulan sebelum ia meninggal.

Di foto itu tampak Rima dengan wajah dan rambut berlumuran tepung. Demikian pula dengan Rama, kondisinya sama kacaunya dengan Rima. Pria itu merangkul adiknya tersebut sambil tersenyum lebar.

Di belakang mereka tampak Dinar, Afni dan Nani juga dalam kondisi serupa. Tanpa sadar senyum Triska semakin mengembang saat melihat caption foto tersebut.

"Karma teman yang mengerjai temannya yang berulang tahun," tulis Rima disertai emoticon tertawa.

Di postingan lain tampak Rima sedang berfoto dengan Irwan berlatar belakang gunung tangkuban perahu. Wajah keduanya tampak bahagia.

Selain kedua foto tersebut masih banyak foto-foto lainnya. Pandangan Triska tertuju pada sebuah foto Rima dan sekarang pria Tionghoa. Foto dengan latar belakang kursi mobil itu membuat Triska tertegun.

"With Koko," tulis Rima disertai emoticon peluk.

Dari sorot mata pria tampan itu Triska bisa melihat binar cinta buat perempuan di sebelahnya.

Hatinya terenyuh, dia memahami kegalauan hati Rima saat itu. Seperti yang pernah diceritakan Dinar beberapa minggu yang lalu.

Setelah mandi dan menunaikan salat Subuh, Triska merebahkan tubuh kembali ke atas kasur. Meraih ponsel yang sedang diisi daya dan mulai berselancar lagi di dunia maya. Kali ini ke akun instagram miliknya.

Dia mengecek semua notifikasi yang masuk. Tersenyum saat melihat beberapa nama followers baru akunnya.

Tok, tok, tok.

Triska mengernyitkan dahi saat mendengar ketukan di pintu. Matanya melirik ke jam dinding. Sudah pukul 5 pagi.

Tok, tok, tok.

"Siapa?" tanya Triska takut-takut. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang menjawab.

Tok, tok, tok.

Triska melirik ke jendela. Di luar masih gelap.

Dengan ragu-ragu dia beringsut ke pinggir tempat tidur dan berdiri. Kemudian berjalan menuju pintu. Mengintip dari celah gorden tapi di luar tidak ada orang.

Memberanikan diri membuka gorden lebih lebar dan memajukan wajah nyaris menempel pada jendela.

"Bhaaaa!" Tiba-tiba Zein muncul dari bawah jendela.

"Aaarrrggghhh!" teriak Triska sembari bergegas membuka pintu dan langsung mendaratkan pukulan ke lengan Zein yang tertawa terbahak-bahak. "Abang, ihhh!" sungutnya.

"Kejutan abang berhasil, ya."

"Bikin sakit jantung! Nyebelin!" Triska masih memukuli lengan kekasihnya tersebut.

"Udah salat?" tanya Zein sambil menarik tangan Triska dan mendorongnya masuk ke dalam kamar.

"Udah. Kebangun tadi jam tiga. Terus nggak bisa tidur lagi," jawab Triska.

Mereka duduk berdekatan di lantai ruang tamu.

"Lho, kok sama? Abang juga kebangun jam segitu. Tapi bisa tidur lagi sih. Kebangun lagi pas azan Subuh."

"Kok bisa sama?"

"Gak tau. Kayak ada yang nyuruh abang buat bangun."

Sejenak mereka terdiam sambil berpandangan.

"Masih punya kopi susu nggak? Punya abang habis. Lupa mau beli."

"Ada. Bentar kubuatin," Triska bangkit berdiri dan beranjak menuju dapur. Menyalakan kompor satu tungku miliknya untuk merebus air. Tak lama kemudian dia kembali lagi ke ruang tamu dengan membawa dua cangkir kopi susu.

"Kuenya habis. Cuma ada kopi," ujar Triska sambil duduk kembali.

"Ntar malam kita beli," sahut Zein.

Mereka menikmati kopi dalam diam. Tangan Zein sibuk mengelus janggutnya yang baru tumbuh beberapa helai.

"Bang, tadi aku nggak sengaja lihat akun Facebook Rima. Sepertinya nggak ditutup sama pihak keluarganya."

"Mungkin memang sengaja dibiarkan tetap ada akunnya untuk mengenang Rima."

"Iya. Bisa jadi juga begitu."

Sinar matahari mulai menerobos masuk dari jendela depan rumah. Suara-suara dari kamar lain mulai terdengar. Tak lama kemudian Rama keluar dari kamarnya.

"Ngopi, Mas?" tawar Zein sambil mengulurkan cangkir kopinya.

"Mau dong. Masih ada?" Rama mendekat ke pintu.

"Masih. Bentar kubikinin, ya," ujar Triska.

Sekali lagi dia bangkit berdiri dan menuju dapur.

Rama bergerak masuk dan duduk di dekat pintu kamar Triska. Tak lama kemudian Triska keluar dari dapur dan mengulurkan secangkir kopi susu ke tangan Rama.

"Makasih, Sayang," goda Rama.

"Kembali kasih, Sayang," jawab Triska seraya tersenyum. Di sampingnya Zein cengengesan.

"Aih, lagi pada ngumpul nggak ngajak-ngajak!" celetuk Tia yang baru keluar dari kamarnya untuk menjemur handuk di gantungan besi.

"Sini! Mau ngopi atau teh?" ajak Triska.

"Gak usah. Aku udah bikin," jawab Tia.

Dia beranjak masuk ke kamar dan keluar lagi sambil membawa gelas ukuran jumbo berisi teh manis.

"Buset! Kamu haus?" ledek Rama saat Tia mendekat dan duduk di bawah jendela kamar Triska.

"Nanti sekalian mau dimasukin ke botol minum, Mas. Mau dititip ke kulkas Ayu. Aku udah izin tadi ke dia," sahut Tia sambil meneguk tehnya.

"Ayu kapan mau pulang?" tanya Zein.

"Sore ini katanya," jawab Tia.

"Ntar kujemput aja sepulang kantor," ujar Rama.

"Aku ikut, ya!" sela Tia.

"Kamu duluan aja ke sana. Kalo ke kantor kamu dulu jadinya aku muter dari ujung ke ujung," tukas Rama.

"Iya, deh. Ntar ketemuan di sana aja."

Rama mengangguk. Kemudian dia bangkit dan berdiri. Berjalan ke luar kamar menuju pintu depan rumah. Tak lama kemudian terdengar suara mesin mobilnya yang menyala.

Zein pun menyusul Rama ke parkiran untuk mencuci bagian luar mobilnya. Sementara Triska dan Tia melanjutkan obrolan sebelum akhirnya mereka bubar untuk berdandan.

***

Sore harinya Rama menjemput Ayu di rumah saudaranya yang tidak terlalu jauh dari kosan mereka. Tia sudah menunggu dari tadi. Berdiri menyambut Rama sambil bersedekap tangan di depan dada.

"Lama banget sih, Mas!" omel Tia.

"Sorry. Macet banget tadi. Ada kecelakaan di dekat kantor. Mobil susah keluar karena banyak yang berhenti buat nonton," jawab Rama sambil menowel lengan Tia.

"Gitu deh orang kita mah. Ada kecelakaan malah pada nonton. Yang nolongin dikit,"

sungut Tia. Mereka berjalan bersama memasuki rumah kosan saudaranya Ayu.

Isti menyambut mereka di depan pintu kamarnya dengan tersenyum manis. Ayu langsung menghambur masuk ke pelukan Rama. Tak peduli dengan tatapan bingung Tia dan Isti.

"Udah sembuh?" tanya Rama sambil mengusap rambut Ayu.

"Udah mendingan. Makasih, ya, mau jemput aku," jawab Ayu sembari melepaskan pelukan.

Rama mengangguk seraya tersenyum. Ada sedikit tanda tanya dalam hati saat Ayu memeluknya tadi. Sedangkan Ayu terlihat sedikit malu. Semburat merah menghiasi pipinya yang agak tirus.

"Isti mau ikut sama kita, Mas. Ngejagain aku, perintah dari bude," ujar Ayu.

"Kalo udah siap, ayo, kita berangkat," ajak Rama.

Isti dan Ayu mengangguk dan mengambil tas milik mereka. Rama berjalan lebih dulu ke mobil, disusul Ayu dan Tia. Sedangkan Isti mengunci pintu kamar dan berpamitan pada penghuni kosan lainnya. Kemudian dia menyusul dan langsung masuk ke kursi belakang mobil, duduk manis di sebelah Tia.

"Udah pada beli makanan?" tanya Rama sembari mulai menjalankan mobil ke jalan raya.

"Tadi aku sama Mbak Dinar dan Triska udah nitip uang ke Bi Ai. Minta tolong dibeliin sayur dan ayam ke tukang sayur. Tadi sih katanya udah langsung dibeliin dan dimasukin ke kulkas Ayu. Mbak Dinar sama Triska mau masak lagi buat makan malam kita," jawab Tia.

"Oww, ya udah. Ntar tinggal beli kue," sahut Rama.

"Ivan udah beli cenah. Bang Zein juga beli buah," jawab Tia lagi.

Rama manggut-manggut sembari mengacungkan jempol. Dalam hati dia memuji kekompakan teman-temannya.

Malam mulai turun menggantikan posisi senja. Hujan yang mulai membasahi tanah parahyangan membuat warganya enggan untuk keluar rumah.

Di rumah kosan para penghuninya berkumpul untuk menikmati makan malam dan saling bersenda gurau melepas rasa lelah setelah seharian bekerja.

Sementara itu di ujung jalan kosan, tampak sebuah mobil melaju pelan hingga akhirnya berhenti di seberang rumah kosan milik bu Wahyu tersebut.

Sang pengemudi mengamati rumah selama beberapa menit sebelum akhirnya membuka pintu dan turun dari mobil.

Langkah kakinya mengayun pelan ke arah rumah dan berhenti tepat di depan pintu pagar yang sedikit terbuka.

Tatapannya menyapu sekeliling bagian depan rumah yang pernah menjadi saksi kisah cintanya bersama sang istri. Rima.

Irwan melangkah masuk ke pekarangan dan berhenti di depan pintu yang terbuka lebar.

Dinar yang duduk tepat berseberangan dengan pintu adalah orang yang pertama kali menyadari kedatangan pria kurus tersebut.

"Kang Irwan!" sapa Dinar sembari berdiri dan melangkah mendekat.

"Assalamualaikum. Kumaha damang, Dinar?" tanya Irwan dengan senyuman mengembang.

(Kumaha damang \= apa kabarnya)

"Waalaikumsalam. Kabar baik, Kang. Mangga, kalebet," ajak Dinar.

(Mangga, kalebet \= mari, silakan masuk)

Irwan pun melangkah masuk dan langsung bersalaman dengan penghuni lainnya. Kemudian dia duduk bersila di antara Zein dan Ivan.

Dinar menuangkan sirup ke dalam sebuah gelas dan menyuguhkannya ke depan Irwan. Triska dan Tia menggeser kotak kue dan buah jeruk ke depan Irwan.

"Lagi ada kerjaan di sini, Kang?" tanya Ivan.

"Iya. Kebetulan ada rapat nasional yang dimulai besok pagi," jawab Irwan.

"Berapa hari?" tanya Rama.

"Tiga hari. O iya, kalian dapat salam dari orang tua Rima. Ditunggu kedatangannya Sabtu ini kata Ibu."

"Waalaikumsalam. InsyaAllah, kami akan datang nanti," sahut Zein.

Obrolan pun berlanjut hingga malam semakin larut. Irwan pun pamit pulang menuju hotel tempat dia menginap. Rama dan Hasni mengantarnya sampai ke depan mobil.

Irwan melambaikan tangan saat mulai melaju meninggalkan rumah kosan tersebut.

Baru beberapa meter dari rumah dia merasakan tengkuknya mulai dingin. Irwan memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya membuka mata kembali dan melihat ke kursi di sebelahnya.

"Neng, akang kangen," ucapnya pada sesosok bayangan yang duduk di sebelahnya tersebut.

Kian lama sosok itu semakin tampak jelas. Irwan menghentikan laju mobil dan menepi di ujung jalan komplek. Tangannya terulur menyentuh sosok Rima dengan sorot mata yang memancarkan kerinduan.

Rima tersenyum ke arahnya. Tangan Irwan menyentuh ruang kosong yang terasa dingin. Niat hati untuk bisa memeluk sang istri harus ditelannya kembali.

Perlahan matanya mulai memanas seiring dengan deraian air mata yang jatuh di pipi Rima.

"Ikut akang aja, ya. Enggak usah ke sini lagi," ujarnya lembut.

Rima hanya diam dan perlahan menghilang disertai kemunculan kabut tipis.

Hati Irwan terasa kosong. Air mata yang sudah menitik diusapnya dengan cepat. Dia menyandarkan kepala ke jok kursi. Memejamkan mata sambil menggumamkan rasa cinta dan rindu pada Rima. Perempuan cantik yang masih menguasai hatinya saat ini.

Menjelang tengah malam, dua orang petugas ronda melewati rumah kosan dengan hati berdebar-debar.

"Huft. Untung teu muncul si jurig eta," ucap Mamat pada Ihsan.

(Untung gak muncul hantu itu)

"Urang mah teu sieun," sahut Ihsan dengan nada sedikit sombong.

(Aku mah gak takut)

"Teu sieun teu sieun. Nongol geura' bakal nyaho' maneh!"

(Gak takut gak takut. Nongol sekarang bakal tahu rasa kamu)

Kedua pria itu masih saling ledek hingga ke ujung jalan. Mendadak langkah mereka terhenti saat melihat ayunan di taman komplek tersebut bergerak sendiri.

Perlahan muncul bayangan perempuan bergaun putih cempaka dengan hiasan renda di kepalanya.

Kedua lutut Ihsan terasa goyah. Niat hati ingin berlari pun tak mampu ia lakukan.

Demikian pula yang terjadi pada Mamat. Dadanya berdegup sangat kencang. Keringat mengucur deras membasahi kulitnya.

Susah payah ia berusaha membaca doa-doa yang dihapalnya. Namun tak satu pun doa itu terucap dari bibirnya.

Mereka seolah terpaku dan tak bisa bergerak saat sosok perempuan itu mendekat. Embusan dingin menerpa kedua pemuda itu saat Rima melintas di depan mereka dan melayang memutar beberapa kali sambil mengikik.

Dunia Mamat tiba-tiba terasa gelap. Tubuhnya jatuh ke jalan aspal.

Ihsan yang masih terpaku akhirnya tidak sanggup menahan keinginan untuk buang air. Celana yang dikenakannya basah oleh air seni. Kemudian dia jatuh tak sadarkan diri di sebelah Mamat.

Terpopuler

Comments

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

gaya nya nih hansip
d tampakin mh pda ngompol..

2022-09-16

0

Cimutz

Cimutz

duuh sedih banget kisah si Irwan.😭

2021-02-25

1

Helni mutiara

Helni mutiara

hiiiiiii...setem..😱😱😱

2021-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!