09

Yang jatuh dari tangga kemarin itu adalah Queenze, tapi yang sakit sampai masuk rumah sakit tak lain adalah Damian.

Lambungnya bermasalah, itu semua karena kopi.

"Huhuuuuu Queeeeen perut Dami saaakiiit" Rengekan itu kembali terdengar, Queenze yang sedang merapikan pakaian Damian di koper pun menghela napas.

Damian mengalami radang di lambung, karena kopi yang diminumnya selama 3 hari penuh. Ditambah dengan tenggorokannya yang juga mengalami radang.

Membuat suara Damian sedikit mengerikan, serak-serak gitu. Biasanya suara Damian itu berat tapi gak serak, tapi kali ini serak hampir habis.

Queenze sampai takut mendengar suara Damian.

"Jangan merengek, suara kamu serem" Ucap Queenze dengan sedikit ejekan.

Damian melengkungkan bibirnya ke bawah, matanya berkaca-kaca seketika.

"Hiks...Queen jahat..suara Dami gak serem..hiks.." isak Damian sedih, tapi di telinga Queenze itu terdengar seperti suara kakek-kakek.

Jadi Queeze sedikit takut mendengarnya.

Queenze berdiri dan menggeret koper Damian, meletakannya di sudut kamar inap Damian.

"Jangan nangis, suara kamu jelek" Ucap Queenze lagi.

Damian semakin melengkungkan bibirnya, isakan semakin kuat. Dia membanting tubuhnya ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Huaaaaaaa Queen jahat! Huhuuuu jahat-jahat-jahat!! Hiks..Queen gak sayang Dami lagi huhuuuu..hiks...uhuk!"

"NAH JANGAN NANGIS! NANTI MUNTAH LAGI!!" Queenze berseru panik, dia berjalan ke kasur Damian dan menarik paksa selimut putihnya.

Terlihatlah tubuh tegap Damian yang meringkuk di kasur, dengan cairan kehitaman yang menodai kasurnya.

Masih menetes sisanya dari bibir Damian, wajahnya memelas, hidungnya memerah dengan ingus yang meler.

Bibirnya bergetar.

"Hiks..muntah..hiks..Dami muntah..hiks..maaf.." Isaknya takut, dia takut Queenze memarahinya lagi karena muntah saat menangis.

Queenze menghela napas panjang, berusaha menahan emosinya.

Plak!

"Aduh! Hiks..Queen kenapa mukul pantat Dami! Hiks..kejam!"

Queenze mengedikan bahunya, dia berjalan menuju meja kaca yang ada di kamar ini, dan mengambil kain lap yang sengaja disiapkan pihak rumah sakit.

Wanita itu kembali membersihkan sisa muntahan Damian, sedangkan Damian meringkuk seraya memegang perutnya yang nyeri.

"Hiks..sakit...hiks..Queen perut Dami sakit.." Lirihnya pilu. Perutnya terasa ditusuk-tusuk, sakit sampai membuat Dami ingin menusuk perutnya sendiri.

Queenze selesai membersihkan muntahan Damian, dia mengelus kepala Damian kemudian naik ke kasur Damian yang besar itu.

"Sini, tidur di paha Queen, biar Queen elus" Ucap Queenze lembut.

Damian berusaha bangun dari ringkukannya, tapi dia tak sanggup

"Sakit...hiks..Dami gabisa bangun..hiks..bantuin" Rengeknya lagi.

Queenze membantu Damian untuk bangun dan duduk, tapi bukannya tidur di paha Queenze. Damian malah meringsek masuk memeluk Queenze, dan merebahkan tubuh mereka ke kasur.

Posisinya itu, Damian meluk Queenze dan wajahnya ada di belahan dada Queenze.

Queenze tau nih bayi lagi modus nih "Bobok ya, biar Queen elus perutnya" Bisik Queenze lembut.

Damian mengangguk pelan, dan mendusel ria disana. Queenze menaikan pakaian rumah sakit Damian dan memasukan tangannya ke dalam.

Dalam baju, bukan dalam yang lain.

Tangannya menyentuh kulit perut Damian yang panas.

"Panas banget perut kamu sayang" Gumam Queenze khawatir.

Damian hanya bergumam tak jelas, pakaian Queenze sudah habis di gigiti Damian.

"Nyann.." Begitulah suara yang terdengar dari kunyahan Damian.

"Habis baju aku kamu gigiti Dami" Gumam Queenze lagi.

Damian tak perduli yang penting dia gigiti baju Queenze. Queenze mengelus perlahan perut Damian.

Memastikan pria kesayangannya itu tidak kesakitan lagi. Sesekali Queenze akan mengecup dahi Damian yang terhalang poninya.

"Cepat sembuh kesayangannya Queen" Bisik Queenze lembut.

"Mahasih..Hueen.." Bisik Damian membalas ucapan Queenze.

Sepertinya saat ini mereka harus melupakan masalah Demit, tak ada yang lebih penting dari Damian saat ini.

Jika memang benar Damian pernah membunuh orang, pasti dia punya alasan dibaliknya.

"Kesayangan aku gak jahat, Dami anak baik" Lirih Queenze, mau bagaimanapun Dami pasti tak melakukannya. Pasti bukan Dami.

Queenze memeluk erat kepala Damian dan mengelus kepalanya, kemudian ikut memejamkan matanya.

"Yah...Dami anak baik.." Gumamnya.

Damian dengar itu, dia dengar bisikan dan gumaman Queenze yang masih mempercayainya.

Queen maaf..aku gak sebaik yang kamu kira. Dami anak nakal Queen..Dami nakal-Batin Damian penuh rasa bersalah.

Damian mengeratkan pelukannya "Hami..hakal..hueen.." Cicitnya tak jelas, untung saja Queenze tak dengar.

Yah, kita biarkan saja mereka. Queenze tak mau ambil pusing soal Demit kemarin, lagipula Demit tetaplah Demit. Hidup matinya bukan di tangan Demit kurang ajar itu.

..........

Queenze sudah tak tahan, dia meninggalkan Damian sejenak ke kamar mandi, mau buang hajar, Queenze sudah tak tahan lagi.

Beberapa menit setelah Queenze masuk, Damian terbangun. Dia melamun sejenak sebelum akhirnya sadar kalau Queenze tak ada di kamar inapnya.

"Queen.." lirihnya serak. Dia berusaha duduk dan mencari keberadaan Queenze.

Tapi tak ada, tremor menyerang Damian seketika, tangannya bergetar hebat.

"Hiks..Queen pergi?" isaknya takut.

Damian memeluk bantalnya erat dan menangis disana, merasa ketakutan tidak menemukan keberadaan Queenze disekitarnya.

"Huhuuu QUEEEEN AAAAAAAA..hiks..QUEENZEEEEEE." walau tenggorokannya sakit, Damian tak perduli.

Yang penting dia nangis dulu, tak ada nya Queenze membuat pikiran Damian kacau, ketakutan akam ditinggalkan membuat Damian kalut.

Dia menangis tak karuan, sampai akhirnya Queenze keluar dari kamar mandi.

"Loh? kamu kenapa?" Damian mendongak, wajahnya melas sekali, kasihan.

"Hiks..HUAAAAAAAAA KENAPA QUEEN TINGGALIN DAMIIIIIIIII." tangisnya histeris seketika.

Queenze spontan berlari mendekati Damian dan menenangkannya, bahaya ini, udah tau tenggorokannya lagi sakit, kok malah nangis jejeritan gini.

"Udah jangan nangis, cup-cup sayang."

"Jahat..hiks.."

"Iya maaf, tadi aku pipis sebentar sayang."

"Kenapa gak bilaaaaaang huaaaaaaaaaa."

Duh, Queenze mengeratkan pelukannya ditubuh Damian, berusaha menenangkan Damian.

Walau kamar inap Damian itu kedap suara tapi tetap saja akan mengganggu kalau tiba-tiba ada Suster yang masuk ke dalam kamar inap Damian.

"Jangan gitu lagi..hiks.."

"Iya maaf ya."

"Hiks..aku takut kamu tinggalin..hiks.."

"Mana mungkin lah aku tinggalin kamu, aku kan sayang kamu."

"Bohong..hiks.."

"Ih seriusan aku loh."

Damian menggerutu tanpa suara, dia menyandarkan kepalanya dibahu Queenze dan berusaha menghentikannya isakannya.

Tangannya masih mencengkram kemeja yang Queenze pakai, rasa takut masih bersarang dihati Damian saat ini.

Taku ditinggalkan, takut Queenze pergi meninggalkannya.

Takut, takut pada semua kemungkinan yang terjadi, takut dan sangat amat takut.

Hanya Queenze yang Damian mau, hanya Queenze dan cuma Queenze.

"Hiks.."

"Sst, maaf ya sayang."

Damian tak menjawab, dia mulai memasuki alam mimpi kembali, walau begitu pelukannya masih terasa erat dan tak melonggar sedikit pun.

"Sayang banget sama kamu, Damian." bisik Queenze tulus.

Benar, Queenze sangat menyayangi Damian.

®^^©

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Iky Rizky

Iky Rizky

Penasaran sama masalalu Damian...

2021-12-24

0

.

.

si dami mengambil kesempatan dalam kesempitan🗿

2021-12-08

0

WD

WD

Thor jangan buat Jerome jahat ya

2021-12-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!