04

Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, saatnya makan siang bagi seluruh karyawan D's Corp.

Queenze yang sedari pagi terus berada di ruangan Damian pun berdiri.

Merapikan cardigannya.

"Pak, anda mau makan siang dengan apa?" Tanya Queenze sopa. Dia berdiri bersebrangan dengan meja kerja Damian.

Damian yang masih sibuk mengetikan hanya diam.

Queenze yang sudah biasa melihat Damian se fokus ini pun menghela napas pendek.

"Saya permisi keluar Pak." Izinnya kemudian berjalan menuju pintu.

Damian masih fokus, dia hanya tidak sadar dengan pertanyaan Queenze. Sampai Queenze keluar pun dia masih tidak sadar.

Queenze berjalan dengan tenang di koridor sepi lantai 60, dia harus turun ke lantai 1 guna memesan makanan di Cafetaria. Bukannya ada OB? Iya, tapi Queenze tak suka memakai OB.

Dia lebih senang membeli makanannya sendiri, kemanan dan kehigenisannya terjaga.

Queenze mengambil ponsel dari saku cardigannya, berselancar sebentar di Instagaram miliknya.

Hanya menscroll tanpa ada minat sedikitpun.

"Membosankan." gumamnya, kemudian menyimpan kembali ponselnya.

Begitu Lift terbuka, Queenze langsung masuk dan menekan tombol 1. Dia menaili lift pribadi milik Damian, sedang tidak mood untuk naik Lift karyawan.

Lift turun dengan cepat, Queenze bersandar di dinding kaca lift. Memandangi pantulan dirinya yang terlihat elok.

"Aku harus cepat.." gerutu Queenze.

Helaan napas panjang dia keluarkan, Queenze harus cepat. Jika tidak semua akan selesai, dan Queenze tak mau hal itu selesai lebih cepat.

Queenze teringat, kenangannya semasa SMA bersama Damian. Saat Damian menyatakan cintanya, saat Damian memperlakukannya layaknya Ratu.

"Queen, nanti mau jadi Istrinya Dami gak?" Pertanyaan polos itu membuat Queenze tersedak kuah seblak. Wajahnya yang berkeringat akibat rasa pedas di makannya menambah efek lebih.

Matanya membola kaget. "Maksud lo apa Dami?" Tanya Queenze shock. Damian merengut mendengar panggilan itu, dia mendusel di bahu Queenze dan bergumam.

"Jangan pakai lo-gue dong, kamu nih"

Queenze lupa, jika dia sudah menjadi kekasih Damian. Dan tata bicaranya harus dia ubah kembali "Iya maaf, aku keceplosan. Lagian pertanyaan kamu aneh banget" Gerutu Queenze.

Damian bergumam hal yang tidak jelas, sedangkan Queenze melanjutkan acara makannya. Pemandangan yang indah disaat Badgirlnya Candayana menjadi kekasih Prince Charming Candayana.

Iya, Queenze ini badgirl, urakan. Untung didukung wajahnya yang high looking.

Tapi saat bersama Damian dia harus menjadi lembut dan feminim, sebenarnya membuat Queenze sedikit tertekan karena harus keluar dari karakter dirinya.

Tapi...ini semua dia lakukan demi mental health Damian. Dan juga hutang budi Queenze pada keluarga Aelion.

Queenze mengerjab, dentingan lift menyadarkannya dari lamunan singkatnya.

Dia keluar begitu pintu lift terbula, berjalan dengan suara heels yang beradu dengan lantai kantor.

"Selamat siang Buk Queenze"

Queenze tersenyum dan mengangguk, sapaan demi sapaan mulai terdengar.

Jika boleh memilih, Queenze malas untuk membalas sapaan itu, tapi topeng malaikat yang sudah dipasangnya selama ini melekat sangat kuat.

Sampai Queenze tak tau lagi, siapa dirinya yang asli. Queenze sudah kehilangan jati dirinya, sejak menjalin kasih dengan Damian.

Tring.

Queenze masuk ke cafetaria dan membuat lonceng pintu berbunyi. Mengedarkan pandangannya dan berjalan menuju toko makanan favoritenya.

"Agata?"

Queenze menegang, suara yang tak asing di telinganya terdengar. Queenze berbalik secara perlahan dan memandang siapa pemilik suara itu.

Matanya membulat, seketika. "Ciel?"

Qaciel Atdri Phantomvise, mantan cinta pertama Queenze saat SMP dulu.

"Wah, gue gak nyangka kalau lo berubah secantik ini"

Dan Agata tak akan bisa mengelak, jika sudah seperti ini. Ditambah dengan tatapan membunuh dari pintu masuk cafe.

Mampus...kenapa Damian bisa sampai kesini dengan cepat!?-Batin Queenze panik.

Aura pria itu gelap, tatapannya sangat tajam. "Queenze Agata, kembali ke ruangan anda. SEKARANG!!"

Semua yang ada di Cafetaria terkejut, ini akan menjadi gosip hangat di grub lambe turah kantor.

Queenze tak beranjak, dan malah membuat Damian semakin emosi.

Dia berjalan cepat menuju Queenze, dan menarik kuat tangannya. Lalu menatap gelap Ciel.

"Kurang ajar, jangan dekati Queen karena dia adalah milik Damian Aelion. Jangan coba-coba kalau kau tak mau mati ditanganku" Ujaran penuh kebencian dan ancaman Damian keluarkan.

Setelahnya dia membawa Queenze pergi bersamanya. Meninggalkan Cafetaria yang sunyi dan tegang.

"Ha? gue sama si Agata? Ya gak mungkin gila, Lizzy lebih cantik daripada dia" Gerutu Ciel.

Lagipula, Ciel ini uda nikah. Nama istrinya Elizhabet Lizzy Phantomvise. Gadis cantik berambut pirang ikal yang mempesona.

.

.

Queenze memejamkan matanya saat Damian melempar benda-benda yang ada di meja kerjanya. Berkas, laptop, bingkai foto dan cangkir kopi jatuh ke lantai.

Berserakan, Damian benar-benar marah. Dia marah saat Queenze menyebut nama lelaki lain seperti itu.

"Dami, tenanglah" bujuk Queenze lembut, dia berusaha mendekat. Tapi tak bisa karena Damian melempar barang-barang secara sembarangan.

"AKU BENCI YA QUEEN!! AKU BENCI KALAU KAMU NYEBUT NAMA LAKI-LAKI LAIN!! AKU GASUKA!!" Teriak Damian emosi.

Urat-urat dilehernya menonjol.

Giginya bergemelatuk kuat.

Tangannya beralih pada sebuah vas bunga kaca berukuran kecil, dan melemparnya asal.

"Dami-"

Prang!

"Aw!"

Damian membeku, dia berbalik dan melihat Queenze terduduk seraya memegang dahinya yang mengeluarkan darah.

Jantung Damian berdetak semakin cepat melihat itu.

Dia segera berlari mendekat.

"Q-queen maaf, hiks..maafin Dami..hiks..Dami gak sengaja Queen.." Racau Damian panik. Dia berusaha menyeka darah di dahi Queen dengan ujung kemeja putihnya.

Tangannya bergetar hebat, dan wajahnya memucat. "Aku gapapa Dami, kamu jangan marah ya. Maaf aku salah" Bisik Queenze lembut.

Damian menatap takut Queenze, dia berdiri dan mundur beberapa langkah.

"Dami?" Damian berbalik dan langsung mendekati dinding di ruangannya.

"Hiks..tangan Dami nakal..hiks..harus dihukum" Lirihnya kesal, dia memukul dinding dengan kuatnya.

Membuat Queenze melotot dan segera berdiri walau terhuyung.

"Dami stop! Tangan kamu bisa luka Dami!!"

"Hiks..biarin!! Tangan Dami nakal!!"

Queenze langsung memeluk punggung tegap Damian.

"Aku bakalan tinggalin kamu, kalau kamu gini terus!" Ancam Queenze. Secara otomatis tubuh Damian menegang, dan pukulannya berhenti.

Damian berbalik dengan cepat dan memeluk erat Queenze, membenamkan wajahnya di ceruk leher Queenze.

"HUAAAAAAAA GAMAU HIKS..JANGAN TINGGALIN DAMI!! HUAAAAAAA QUEEEEEEEEEN!!"

Queenze menghela napas pendek dan mengelus punggung tegapnya. "Ya..Dami.." Bisiknya, sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.

Damian segera menahan tubuh Queenze begitu tubuhnya lunglai ke belakang. Matanya terpejam dengan darah yang mengalir melewati pelipisnya.

Damian panik. "QUEENZE!!"

Ini kali pertama, Damian merasakan ketakutan yang sangat besar. Selain ketakutan akan Queenze yang meninggalkannya, dan ketakutan akan dirinya.

Yang akan kembali melukai Queenze, sengaja ataupun tidak.

®^^©

Bersambung

Terpopuler

Comments

Iky Rizky

Iky Rizky

Repotnya klo punya pacar model kyk Damian... 😵😵😵

2021-12-24

2

¡🐰<«Yury_An »>🐰¡

¡🐰<«Yury_An »>🐰¡

ini kalo dibuat komik keknya seru deh😆

2021-12-18

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!