Assalamu'alaikum, Bissmillah.
Bagi Rudrapia, mengenal Gia adalah satu-satunya kebaikan yang Tuhan beri untuknya. Pertama kenal Gia di sebuah klub malam ketika gadis itu sedang menari, Rud langsung merasa jatuh hati. Pertemuan singkat itu berlanjut janji temu keesokan harinya.
Gia di Jakarta tak memiliki saudara, ia kabur dari tanah kelahiran karena tak mau dinikahkan dengan pria tua pilihan orang tuanya. Kala itu, sudah tiga bulan Gia mengisi acara di klub malam sebagai penari. Makin dalam mengenal Gia, Rud merasakan kasihan pada perempuan itu. Perlahan, Rud menyuruh Gia berhenti dari klub.
Alunan musik berhenti, Gia perlahan menjejakkan kaki ke lantai menyudahi kegiatannya. Dengan binar kebahagiaan ia menatap Rud dan berlarian menuju pria itu.
"Aku kangen tahu!" ungkap Gia tak peduli badannya penuh peluh ia bergelayut manja pada lengan Rud yang sudah beberapa hari tak menemuinya.
"Aku ini udah semacam istri simpanan, kamu sakit nggak bisa nengokin. Kapan coba aku dikenalin ke mama papa kamu?" protes Gia.
Rud tak dapat menjawab, ia malah membawa perempuan itu ke dalam pelukan. Jemarinya merambah permukaan kulit punggung Gia yang berpeluh. Menapak jejak pada bidang lembut nan halus milik Gia hingga menyelinap ke balik kain tipis yang perempuan itu kenakan. Namun, Gia segera menarik diri dari dekapan Rud.
"Aku lagi mens," ucap perempuan itu seraya berdiri. "Aku pake baju dulu, bentar."
Gia melenggang meninggalkan Rud yang kepalanya tiba-tiba diserang pening, tetapi ada perasaan lega dalam diri, artinya Gia masih rutin mengonsumsi pil ajaib itu.
Bukan tega pada perempuan itu, bukan pula ingin merusaknya. Namun, memang Gia yang pertama kali menyodorkan diri pada Rud. Dengan keadaan yang tak lagi utuh. Rud awalnya tak tahu, justru Gia yang mengakui bahwa ia sudah kehilangan tahta kewanitaannya sejak masih sekolah.
"Aku lahir dari kesalahan, dan ibu juga tega menyeretku ke dalam kesalahan." Malam itu, kali pertama Rud mencecap dosa berbalut surgawi bersama Gia di kamar apartemen yang Rud hadiahkan sebagai tanda keseriusannya pada perempuan itu.
"Kegadisanku dipakai sebagai penebus hutang ibu yang suka sekali memelihara pria muda tak berduit." Peluh masih membanjiri dahi Gia, betapa ia liar sekali berlaku mengendalikan Rud saat itu.
"Kamu menyesal?" Waktu itu Gia takut Rud akan meninggalkannya. Sayang, Rud malah melekat pada Gia. Tubuhnya selalu butuh Gia, raganya selalu haus akan moleknya jasad Gia.
"Aku rela ninggalin semua kehidupanku di Solo, dan selamanya bersamamu."
Ucapan Gia membuat Rud beberapa waktu lalu itu bertekad untuk mengenalkan Gia pada mama papa. Ia pikir, menikah dengan Gia akan menambah sempurna kehidupannya. Namun, baru mulut akan berucap papa sudah meminta hal yang awalnya ingin Rud tolak tetapi justru harus ia turuti.
"Selama ini, Papa nggak pernah minta apa-apa sama kamu." Papa bicara serius sekali.
"Mama juga nggak pernah melarang apapun ingin Rud." Mama menambahi.
"Jadi tolong, permintaan mama papa cuma satu. Menikahlah kelak dengan Tala. Mama yakin dia bisa membuat kamu perlahan jatuh cinta."
Mama papa pikir Tala bisa mengubah tabiat Rud. Mereka yakin perlahan Rud bisa meninggalkan segala sifat buruknya. Namun, kedua orang itu tak sadar mengubah perangai seseorang bukan hanya tentang siapa yang ada di sampingnya, melainkan siapa yang dicintainya. Sebab, orang yang paling dicinta akan memberi pengaruh besar terhadap jiwa raga. Bila sudah cinta, jurang saja terlihat bak taman indah penuh bunga.
Sampai kini, Rud belum bisa memberi kejelasan pada Gia. Namun, ia janji akan tetap di samping Gia seperti apapun kondisinya.
"Kamu bilang dong sama mama papa nggak bisa nikah sama perempuan itu."
Malam ini Gia kembali merajuk, tetapi Rudrapia tetap tak bisa menjawab. Satu yang pasti, ia tetap akan mencintai Gia. Rud lupa, atau memang tak paham bahwa soal menalar masa depan bukanlah ahlinya manusia.
***
Sampai di kost, Tala tak langsung masuk, ia tetap berdiri di depan pintu hingga mobil yang membawa Akhza dan Alisha hilang dari pandangannya. Pun ketika sampai di dalam, gadis itu tak lekas membersihkan badan. Tala mendekat ke arah kandang hamster. Ia masukkan telunjuknya ke dalam kandang untuk mengelus binatang kecil itu. Lalu, beralih ke perut sang hewan peliharaan dan si empunya perut memundurkan badannya.
Sadar si hamster sudah tak mau bermain-main, Tala meninggalkan hewan itu dan berjalan menuju karton yang ia tempel di dinding kamar kemudian menuliskan kalimat panjang di sana.
Semesta, tolong jangan becanda. Kita tahu kami tak bisa bersama, tetapi kenapa begitu suka membuatku menerka perasaannya? Kenapa begitu suka membuatku berkhayal aku dan dia akan menjadi indah? Kumohon, sudahi bermainnya sebab aku terlalu rapuh untuk tak jatuh pada pesonanya.
Setelah menulis, Tala malah merebahkan diri di atas kasur tanpa dipannya. Ia abai pada switer basah dan rambut yang basah. Hari ini ia merasa sangat lelah, bukan lagi soal kaki yang harus berpijak pun hati yang sedang berontak. Semesta benar-benar sedang tak bersahabat.
Hingga akhirnya Tala tertidur dan bangun pada dini hari, ia terperanjat saat rasanya baru saja datang mama ke hadapan dengan senyuman lebar dan tangan merentang seolah menawarkan pelukan. Seketika Tala kembali terngiang bagaimana dulu Sang Maha Kuasa mengambil mama dari sisinya.
Pagi itu, langit cerah membuat Tala kecil merengek minta berenang ke kolam pemandian Mata Ie, yang berada di kaki gunung di Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Air pada kolam di sana bersumber dari ceruk-ceruk gunung di sekitarnya. Di musim hujan, warna airnya hijau bak zamrud, dengan kilauan indah yang menyegarkan mata. Di masa lalu, aliran sungai itu menjadi pemasok air untuk Krueng Daroy yang digali atas perintah Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam, yang muaranya berada di Taman Sari, tempat Putroe Phang mandi bersama para dayang-dayang istana Darud Dunya.
Pemandian Mata Ie, merupakan objek wisata di Aceh Besar, yang berlokasi di dekat Markas Resimen Induk Kodam Iskandar Muda. Berada di bawah naungan pohon-pohon besar di kaki bukit kapur, aliran Mata Ie disekat-sekat ke dalam berbagai kolam yang lebarnya bervariasi.
"Pekan depan saja ya berenangnya, kasihan Dede nanti nggak ada temannya. 'Kan ayah harus ngajar les."
Andai saat itu Tala menuruti kata mama, andai dan hanya andai. Pagi itu, terpaksa mama yang baru dua bulan mengandung calon adik Emran dan Tala mengantar putri kecilnya ke kolam pemandian untuk berenang.
"Ma, Tala mau ke tempat yang itu!" tunjuk Tala ke kolam yang terlihat membiru airnya.
"Itu terlalu dalam, Tala di sini saja." Mama coba membujuk.
"Tapi Tala maunya ke sana, Mama!" setengah membentak Tala merengek membuat mama luluh.
Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba mama yang lebih dulu turun ke kolam kehilangan kendali atas dirinya dan menyebabkan mama tenggelam sampai kehilangan nyawa.
Tala terisak mengingat kejadian itu, meski kata ayah bukan Tala penyebab mama dan calon adik bayi meninggal. Memang sudah waktunya mama berpulang. Beberapa bulan setelah mama meninggal, ayah memutuskan pindah ke Bandung. Emran yang kala itu masih kecil, dititipkan pada Nyanyak Sry yang merupakan kerabat mama.
Lamunan Tala buyar akibat getar ponsel yang menandakan pesan masuk.
Nyanyak Sry
[Assalamu'alaikum, Tala]
Tala lekas mengetik balasan untuk Nyanyak Sry.
"Waalaikumsalam, Nyanyak. Tuan?" (Tuan\=Ya, saya)
Nyanyak Sry dalam balasan meminta izin untuk melakukan panggilan pada Tala, gadis itu tentu bilang boleh. Suara nyanyak dari seberang sana yang menceritakan musibah yang menimpa Emran tadi siang membuat kepala Tala rasanya dihantam benda keras.
"Satu juta, Nyak?" Mata Tala membelalak.
Baru saja nyanyak sampaikan bahwa Emran tadi siang meminjam motor temannya karena motor Nyanyak Sry mogok dan masih dalam masa perbaikan di bengkel. Sialnya, Emran mengalami kecelakaan karena melewati jalan berlubang membuat dirinya jatuh dari motor dan mengakibatkan kerusakan pada motor temannya itu.
"Nyanyak lagi tak ada tabungan, tetapi Nyanyak juga bingung harus menyampaikan ini pada ayahmu."
Tala yakin sekali, bila Nyayak Sry ada uang beliau takkan memberi tahu kabar buruk ini pada Tala. Nyanyak Sry seorang PNS sedangkan suaminya seorang penjual bensin ecer yang tiap sore mengajar anak-anak mengaji.
"Tala ada, Nyak. Nanti pagi Tala transfer ke Nyanyak, ya. Maaf, Emran selalu bikin Nyanyak repot."
Tala kembali merebahkan badannya saat panggilan berakhir. Matanya terasa panas, sungguh ia pun tak salahkan Emran atas kejadian ini. Mendengar kondisi Emran baik-baik saja sudah sangat Tala syukuri.
***
Tala melangkah riang ke dalam gedung rumah sakit. Hari ini rujak pesanannya lumayan banyak, tadi pagi sambil transfer uang Tala membeli mangga di pasar. Kebetulan Tala diberi harga miring oleh sang penjual. Dia sudah membayangkan berapa keuntungan yang akan didapat pada penjualan rujak kali ini.
Langkahnya terhenti ketika di depan UGD melihat suasana sungguh sibuk. Kebetulan ada Lavi yang hendak masuk ke sana, Tala tarik lengan pria itu membuatnya berhenti melangkah.
"Ada apa, Kak?" tanya Tala penasaran.
"Akhza digigit sama pasien mabok," jawab Lavi.
Tala penasaran, tetapi ia tak bisa masuk ke UGD karena bukan sedang bertugas di sana. Belum lagi pesanan rujak yang harus ia edarkan ke seluruh ruangan. Tala membawa langkah meski masih penasaran, siapa tahu sambil mengedarkan rujak pada berita mengenai Akhza yang digigit pasien.
"Aku rasa pasiennya gila, kali," celetuk Mbak Je. Dari wanita itulah Tala bisa tahu kronologi kejadian yang menimpa Akhza.
"Sejam yang lalu lima orang korban miras oplosan dibawa ke UGD, mereka semua masih remaja. Masih pake baju SMA," cerita Mbak Je selanjutnya.
"Dokter Akhza kena apes hari ini. Udah kena owek sama salah satu pasien, disangka dia itu pacarnya sampe maksa minta cium cuma karena dokter Akhza nolak akhirnya lengannya yang mulus penuh bulu itu malah digigit sama tuh remejong," tambah perawat senior lain membuat Tala ngeri dan meringis.
"Kabarnya kan dokter Akhza tuh orangnya resik banget ya? Apa reaksi dia pas kena owek, kena gigit juga?" Mbak Je mewakili apa yang ada dalam benak Tala.
"Katanya dia tetep __" Namun, perkataan perawat senior terpangkas oleh kedatangan Tante Eca yang berlari-lari menghampiri Tala.
"Tala, Rud kecelakaan. Temenin saya ke UGD, Tal!"
Tala masih merasa iba pada Akhza kini dikagetkan oleh keadaan Rud. Ia sebenarnya masih kesal pada Rud, tetapi kata kecelakaan seolah membuat kesal itu sirna. Tala ikut berlari bersama Tante Eca menuju UGD, berharap dalam hati semoga Rud baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Kaka Ilyas
harus nya rud jujur kalo mencintai orang lain bkan malah menerima tala
2024-01-21
0
Kaka Ilyas
ga nyangka aj ank papa laut bisa terjerumus ke sana... efek kurang perhatian kali yaaa ortu nya sama2 sibuk
2024-01-21
0
Kaka Ilyas
lah gia🤦♀️
2024-01-21
0