Assalamu'alaikum, Bissmillah.
Melihat Attar adu mulut dengan temannya, Tala ingin sekali mendekat untuk melerai. Namun, ia urungkan ketika melihat gadis bernama Sheila tampaknya bisa menenangkan Attar. Mungkin benar kata Rud, Sheila itu pacar Attar. Terlihat dari bagaimana cara Sheila menahan Attar dengan mengelus lengan Attar membuat pria itu mundur dan berhenti bersungut-sungut.
Saat seperti itu, Tala jadi teringat Akhza. Ia ingat betul ketika melihat sosok dokter muda itu untuk pertama kalinya di ruangan Tante Eca. Saat itu Akhza tak melihat Tala, tetapi Tala kembali bisa melihat Akhza di room 204 saat visit bersama. Kala itu, dirinya membuat kesalahan pada Akhza. Tala tak sengaja menginjak kaki Akhza, pulpen yang dipegangnya juga sempat mengenai mata Akhza. Sejak saat itu, mereka berdua sering terlibat adu mulut. Meski, sebenarnya Akhza tak banyak bicara. Namun, sekalinya bicara rasanya menusuk kalbu Tala.
Dari tempatnya duduk, Tala melihat Attar bersama temannya yang lain mengejar pria yang tadi adu mulut dengannya. Tala lekas menghabiskan makanan ringan dan kopinya. Suasana di kafe masih ramai, apalagi sepertinya hujan kembali deras mengguyur bumi. Tala menyapukan pandang ke seluruh ruangan, tak ada tanda-tanda Rud di sana. Ke mana sebenarnya pria itu pergi?
Tala memutuskan beranjak dari tempat duduk, ia bilang pada pelayan yang memberinya kopi bahwa hendak pulang saja. Namun, sebelumnya gadis itu pergi ke toilet yang ada di bagian belakang bangunan itu.
Selesai buang air kecil, Tala membasuh muka pada wastafel lalu memandang pantulan wajah pada cermin. Tala tersenyum, ia cubit pipinya itu sambil memutar rekaman wajah mama dalam ingatan.
"Tala ini anak cantik sedunia, mama jatuh cinta pada Tala bahkan sebelum tahu rupa Tala seperti apa." Tala kembali mengingat ucapan mama kala itu di pinggir pantai Lampuuk, Aceh.
Saat itu usia Tala masih sembilan tahun, tetapi Tala bisa dengan baik mengingat kalimat mama. Jarak yang tak terlalu jauh dari rumah menuju pantai, membuat Tala inginnya bermain di pantai setiap hari.
"Nanti kalau sudah dewasa, pasti banyak lelaki yang datang ke rumah buat meminang Tala. Mama sedih deh bayanginnya anak gadis mama bakal diambil orang dan meninggalkan mama."
Tala tersenyum mengingat kalimat mama yang itu, "Nggak ada yang antri datang ke rumah, mah. Ayah terlalu galak, hehehe," gumam Tala sambil mengeratkan switer abu tua yang dipakainya. "Dan bukan Tala yang ninggalin mamah, tapi mamah yang ninggalin Tala sama ade juga ayah. Tala kangen mamah, tapi nggak bisa ke sana." Kedua ujung mata Tala mengeluarkan air.
Malam ini rasanya kenapa berat sekali, berada di kota orang sendirian dengan hati yang terasa berantakan meski tak tahu apa sebabnya?
Kupikir jadi dewasa itu menyenangkan
Berjalan ke mana saja sesuai keinginan
Nyatanya ada banyak kerikil dan tikungan
Siap menghantam bila tak punya pegangan
Tala lekas mengeluarkan ponsel dari tas, mengetik pada aplikasi catatan kalimat yang baru saja terlintas di pikiran.
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak sekuat yang kukira
(Takut - Idgitaf)
Gadis itu kemudian keluar dari toilet, memilih jalan belakang yang ternyata bisa tembus keluar dari kafe. Hujan masih deras saat Tala tiba di luar, tempias air hujan bahkan menyerang pipi Tala. Namun, Tala malah menantang. Telapak tangannya memainkan air hujan, menampungnya kemudian membuangnya, terus saja ia begitu hingga kakinya terasa pegal dan memilih jongkok.
Makin lama, hujan bukannya reda malah makin deras. Tala pun tetap bermain-main dengannya, mencoba tertawa berharap bisa melupakan semua yang terasa menggores hatinya hari ini.
Hujan, bisakah tolong bawa saja resah ini bersamamu?
Ajak dia ke mana saja yang penting menjauh dariku
Hujan, bisakah tolong hapus saja semua laraku
Semudah engkau mengubah panas karena dinginmu
***
Akhza masih memperhatikan Tala dari kejauhan, hatinya juga cemas sebab Alisha belum kunjung tiba. Akhza sempat kaget saat Tala berdiri, ia takut gadis itu pergi menantang hujan. Namun, Tala hanya mengibaskan dress bagian belakangnya kemudian jongkok lagi. Switer bagian lengannya padahal sudah terlihat basah, tetapi ia masih saja bermain air.
Tadi, sebelum hendak merebahkan diri Akhza sempat berkirim pesan dengan Alisha yang bertanya apa Akhza ada di rumah jida? Alisha bilang hendak ke rumah jida untuk mengantarkan pesanan gamis wanita yang semakin menua itu. Beruntung, Alisha nyatanya baru berangkat hingga Akhza bisa meminta tolong agar dirinya dijemput di kafe Rud itu.
Akhza bernapas lega, akhirnya yang ditunggu tiba juga. Alisha tak mau keluar dari mobil sebab hujan masih deras. Ia meminta sopir pribadinya saja yang turun membawakan payung untuk Akhza. Akhza lekas menerima payung dari sopir Alisha sambil bilang terima kasih. Ia lekas menghampiri Alisha, di dalam mobil.
"Kakak turun dulu, yuk!" pinta Akhza.
"Nggak mau, dingin ah!" tolak Alisha sambil bergidig. "Eh kucingnya mana?" tanya Alisha selanjutnya.
"Kubilang kucingnya betina, harus Kak Lica yang nolong!" seru Akhza, ia kesal jadinya takut Tala keburu pergi.
"Kamu mah, nyusahin aja. Mana kucingnya?" desak Alisha.
Akhza menyuruh Alisha turun dari mobil, akhirnya gadis itu menurut. Saat sudah di luar dan Alisha bertanya di mana kucingnya? Akhza menunjuk ke arah Tala.
"Gila, anak Om Akash yang satu ini mau bikin gebrakan rupanya. Siapa tuh cewek?" goda Alisha membuat Akhza lekas menyuruhnya menemui gadis itu dan mengajak pulang.
"Haduh, cucu jida ini mulai tertarik sama betina rupanya?" canda Alisha dihadiahi decak sebal oleh Akhza.
"Ok, ok, aku gendong dulu kucing betinanya, ya." Alisha tertawa sambil pergi.
Di tempatnya berjongkok, Tala merasa ada seseorang berdiri di hadapan. Gadis itu segera berdiri dan mendapati sosok yang ia kenal.
"Tala?"
"Kak Alisha?"
Sapa mereka bersamaan, kemudian saling melempar tawa.
"Kamu ngapain di sini, udah malem main air hujan?" tanya Alisha.
"Mau pulang, tapi hujan masih deres aja. Nggak bisa order taksi hapenya mati," bohong Tala padahal ia memang belum memeriksa ponsel.
"Pulang bareng aku aja, yuk!" ajak Alisha membuat Tala enggan.
"Ayolah, jangan bikin aku gagal beramal, deh," canda Alisha.
Tala akhirnya menurut, keduanya berjalan menuju mobil di bawah payung yang sama. Akhza sendiri ternyata sudah duduk di kursi bagian depan, ia justru sedang menyiapkan kalimat apa yang masuk akal bila Tala bertanya kenapa dirinya tiba-tiba ada di tempat itu?
Alisha menyuruh Tala masuk terlebih dulu, barulah ia menyusul setelah Tala duduk.
"Loh, Abang? Ke sini juga?" tanya Tala kaget begitu melihat ke kursi depan ada sosok yang sempat dipikirkannya tadi.
"Mau jemput Attar tadinya, eh malah ngilang duluan tuh bocil," jelas Akhza tanpa berani menoleh.
Alisha melipat bibir ke dalam menahan tawa, dia tak sangka sepupunya itu ternyata pandai berkilah juga.
"Iya, tadi emang ada Attar, sih," gumam Tala, ingin bilang bahwa Attar terlihat bertengkar, namun sepertinya biar Akhza tahu sendiri saja.
"Jadi kebetulan ya, Tal kita ketemu deh. Padahal tadi abang bilang di sini ada anak kucing betina keujanan, eh aku masa nggak liat deh," sindir Alisha tak tahan ingin tertawa.
"Aku dari tadi di sini nggak liat anak kucing, deh," timpal Tala.
"Tuh, Bang kucingnya di mana sih?" desak Alisha sambil memukul bahu Akhza.
"Udah pergi kucingnya," jawab Akhza singkat. Kemudian ia dengan sopan meminta sopir melajukan kendaraan dan berkata untuk mengantar Tala terlebih dahulu dengan menyebutkan alamat kost gadis tersebut.
Aku bagi ke dalam 2-3 part ya mulai sekarang, jadi babnya pendek-pendek. Cmiwww.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Kaka Ilyas
anak kucing betina na gumus kak lica
2024-01-21
0
fieth92
cimiwwww abang....
2022-02-13
0
Chery Sii Kelinci Madu
ya ampun Abang, idola banget...
2022-01-05
0