Jari Salah Ketik, Hati Salah Jatuh

Assalamualaikum, bismillahirrahmanirrahim.

Akhza mematung kala mendengar dua orang perawat senior beserta salah satu teman Tala yang sedang membicarakan gadis itu di lorong ruang radiologi yang mulai sepi menjelang sore.

"Mbak harus bayar utang secepetnya ke Tala. Kasian, dia udah kehabisan uang." Ana, teman dekat Tala mengompori Mbak Je.

"Aku udah bilang bayarnya nanti tanggal muda," sahut Mbak Je.

"Sesusah itu apa hidup Tala, An?" selidik Mbak Asya.

"Lagi kesulitan aja, kayanya. Tala nggak pernah cerita sih, tapi sebagai orang yang udah lama kenal dia, aku paham kapan Tala mulai kehabisan uang," cerita Ana.

"Apa tandanya?" tanya Mbak Je.

Mereka bertiga sedang menikmati kue basah yang tadi Tala berikan. Rasanya masih enak ternyata.

"Dia mulai ngirit nggak jajan kopi, belinya yang sachet aja, hahaha." Ana bicara dengan mulut penuh lemper, rasa gurih dari abon sangat nikmat di lidahnya.

"Terus apalagi?" desak Mbak Je, mulai tertarik.

"Makannya udah Indomie, nggak nasi dan nggak jajan ke warung sebelah," lanjut Ana.

"Suka jajan kaya anak kecil ya dia tuh," tambah Mbak Asya

"Coki-coki, pocky, apalagi ya? Kalo baru dapet kiriman tuh dia pasti beli meski cuma sebungkus doang," terang Ana.

"Semenyedihkan itu kehidupan Tala?" selidik Mbak Je.

"Emang gitu, tapi dia nggak pernah ngeluh. Nggak pernah juga cerita blak blakan ke aku. Aku cukup amati aja, udah tahu kalo Tala mulai kehabisan uang. Ya apalagi tanggal tua gini," papar Ana selanjutnya.

Akhza terhenyak, ia remat dadanya yang terasa nyeri. Sesal menggulung dalam benak, karena sudah sering kali memarahi Tala tanpa jelas apa salah yang gadis itu lakukan.

Ada beban yang gadis itu tanggung di balik sikap riangnya. Tala ahli mengajak tertawa pasien sedangkan hidupnya sendiri nyatanya menyedihkan.

Baru Akhza akan melangkah mencari keberadaan Tala, ponsel dalam saku jasnya bergetar tanda pesan masuk.

Bunda ❤️

[Assalamualaikum]

[Abang, Bunda masih di restoran. Bunda minta tolong Abang ke sini. Bunda tunggu ya, Nak]

Akhza ingin abai pada pesan bunda, tetapi ia tak tega. Waktu pria itu bertemu dengan bunda sangat jarang, ia tak ingin buat bunda kecewa.

Sementara itu, di ruangan khusus yang ada di restoran, Tante Bumi dan Tala asyik mengobrol dengan kopi yang sudah tandas dari cangkir masing-masing. Banyak hal yang Tante Bumi tangkap dari cerita-cerita Tala, salah satunya sang mama yang asli orang Aceh dan telah tiada. Tak nampak raut sedih dari gadis itu saat bercerita tentang mama, tetapi bunda tahu betapa hatinya hancur.

"Aku punya hamster, Tan. Namanya Dilan, " cerita Tala selanjutnya.

"Loh, kenapa namanya itu?" tanya bunda.

"Biar kalo lagi iseng lucu aja gitu 'kan keren aku bisa curhat sama cowok ganteng itu. Berasa jadi Milea nggak sih?" tawa Tala.

"Eh, Dilan mah nikahnya sama Ancika, bukan Milea," ralat Tante Bumi.

"Tante baca juga novelnya?" tanya Tala, mengira Tante Bumi tak tahu perihal novel tersebut.

"Baca, dong. Kita samaan ternyata, ya?" ujar Tante Bumi kemudian keduanya tertawa.

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi keduanya, dikira ayah yang masuk nyatanya malah Akhza. Senyum di bibir Tala sirna, selain lorong rumah sakit di malam hari, nyatanya ada Akhza mode marah yang lebih menyeramkan.

"Abang, cepet juga. Pasti lari-lari, ya?" sapa bunda.

Bukan menjawab, Akhza malah memindai keberadaan Tala. Dalam hati bersyukur sebab tadi ia sebenarnya sudah mendengar tawa Tala dan bunda bersahutan di ruangan itu. Setidaknya Akhza tahu, Tala baik-baik saja.

"Aku pulang aja ya, Tan. Bang Rud juga chat katanya nggak bisa ke sini." Tala siap beranjak.

"Rumah kamu daerah mana sih?" Tiba-tiba Akhza bertanya.

"Kostan, Bang," ralat Tala cepat.

"Ya, kostannya di mana?"

Tala menjawab daerah tempat tinggalnya.

"Yuk, Bun. Kita anter dia pulang!" ajak Akhza pada bunda tanpa ada aba-aba.

Tala dan bunda saling melempar pandang, selain Akhza yang tiba-tiba menyebut Tala kamu, Tala heran juga kenapa Akhza ingin mengantar Tala?

"Jangan GeEr, kalo ada apa-apa sama kamu nanti kita yang disalahin. 'Kan terakhir keberadaan kamu di sini, kalo nanti tiba-tiba ada apa-apa kita juga keseret loh. Buruan, saya sama bunda yang anter kamu!" jelas Akhza saat lihat raut bingung Tala. Sungguh tak masuk akal alasan Akhza ingin antar Tala pulang.

Tala tak ingin debat dengan Akhza, pun dengan bunda. Mereka akhirnya pergi dari restoran mengantar Tala pulang. Di jalan, Akhza menepikan mobil ke minimarket dan beralasan hendak beli minuman. Ia meminta Tala dan bunda menunggu sebentar.

Alih-alih sebentar, Akhza menghabiskan waktu 20 menit di dalam minimarket. Bunda sampai hendak menyusul bila saja pria itu tak keburu datang dengan kedua tangan membawa totte bag penuh belanjaan. Pria itu memasukan totte bag ke bagasi, baru masuk ke balik kemudi.

"Dapet voucher belanja gratis, yaudah dibelanjain aja," jelas Akhza saat bunda tanya mengapa dirinya belanja begitu banyak?

"Kamu beli apa aja?" tanya bunda lagi.

"Sembako, bunda mau?" tawar Akhza.

"Nggak, di rumah bunda banyak," pamer bunda.

"Ya udah, buat kamu aja, Tal. Di rumah jida juga masih ada stok sembakonya." Tanpa menoleh ke arah belakang Akhza seenaknya bicara, lagi-lagi Tala dan bunda saling berpandangan dengan benak dipupuk heran.

Sampai di kostan Tala, Akhza membantu memasukan empat totte bag ke dalam tempat tinggal Tala itu. Akhza yang berdiri di bibir pintu sempat menyapu seluruh isi ruangan, selain sangat sederhana dengan perabotan seadanya, ruangan itu juga sangat kumuh menurut Akhza.

Tersimpan magicom di sebelah buku-buku pada meja belajar. Di sana tak ada kipas angin, apalagi AC. Hanya ada kulkas satu pintu dengan stiker iron man, kasurnya pasti tak empuk tempat tidur king size Akhza. Pria itu menangkap sesuatu yang menggelitik hatinya, pakaian dalam yang entah kotor atau bersih tergeletak di atas kasur dengan seprai bergambar iron man juga. Mungkin Tala penyuka salah satu tokoh super hero itu. Tumblernya juga kalau Akhza tak salah lihat bergambar iron man.

"Kok jadi bengong, ayo masuk, Bang. Itu bundanya kasian berdiri terus," tegur Tala baru sadar bunda berdiri di belakang Akhza sedangkan pria itu masih berpijak di bibir pintu.

"Kita langsung pulang aja," jawab Akhza.

"Eh, enggak. Bunda kebelet pipis, Tal." Bunda segera maju menerobos tubuh Akhza.

Tala menunjukkan pintu kamar mandi yang ada di ruangan itu. Ia kemudian lekas berlari ke kasur dan menyambar pakaian dalam yang padahal sudah Akhza lihat.

"Bersih kok, tadi nggak jadi dipake karena ke__"

"Nggak penting, saya nggak lihat," bohong Akhza.

"Oh, bagus deh." Tala kemudian menyilakan Akhza duduk di atas karpet, untung tadi pagi sudah sempat disapu, batin Tala.

"Abang mau minum teh manis atau susu?" tawar Tala, ia tahu Akhza tak suka kopi. Namun, ambigu sekali rasanya menawari Akhza susu. Susu? Duh, Tala.

"Nggak usah," sahut Akhza singkat.

"Ditawarin tuh mestinya milih, malah nolak. Nggak sopan!" sinis Tala.

"Saya nggak mau bikin kamu repot," balas Akhza.

"Aku yang nawarin, berarti aku nggak ngerasa direpotin," sanggah Tala

"Saya bilang nggak usah, Tala." Suara Akhza melembut seiring dengan kedatangan bunda.

Akhza memilih lekas mengajak bunda pulang ketimbang harus berdebat lagi dengan Tala. Sekali lagi Akhza menyapu ruangan itu, hatinya kembali berdenyut nyeri. Apalagi ketika melihat dream chacter menggantung di salah satu bagian dinding. Di atasnya terdapat karton pink dengan kalimat 'Tala, senyum terus, ya. Biar mama bahagia liatnya' ditulis menggunakan spidol hitam.

Di samping meja belajar juga terdapat hamster dalam kandang yang sedang berlari-lari pada roda. Akhza bergidig, Tala ternyata jorok. Ingatannya kembali pada pakaian dalam di atas kasur tadi, kenapa harus melihat benda terlarang milik gadis itu sih?

"Abang, ayo. Katanya mau pulang!" tegur bunda saat mendapati Akhza bergeming.

Akhza baru sadar, dia mengangguk kemudian segera pergi dari tempat tinggal Tala itu dengan seribu terka dalam benak. Seperti apa sebenarnya kehidupan Tala dan keluarganya? Kenapa bisa gadis itu tinggal sendiri di ibu kota yang kadang kata beberapa orang lebih kejam dari ibu tiri?

Tala sendiri setelah kepulangan Tante Bumi dan Akhza, memeriksa isi totte bag. Terdapat sembako, lengkap dengan beras. Ada juga camilan kesukaan Tala, termasuk di dalamnya coklat pasta dan biskuit stik berbalut krim mulai dari rasa coklat, strawberry hingga matcha.

"Kok dia tahu samua jajanan kesukaan aku, sih?" gumam Tala.

"Sampe kopi yang suka aku minum dia tahu!" pekik Tala mendapati satu pak besar kopi yang biasa ia seduh tiap sore.

"Etapi, aku nggak enak deh nerima semua ini," monolog Tala.

Ia berpikir sesaat, kemudian lekas melakukan panggilan pada kontak yang diberi nama ayah.

"Assalamualaikum, Ayah!" pekik Tala membuat ayahnya di Bandung sana menjawab dengan suara riang.

Setelah bertanya sedang apa, dan memastikan ayah hari itu tak merokok Tala mulai menanyakan sesuatu yang menggunung dalam benaknya.

"Kalau ayah ngasih barang ke orang, terus orangnya nih balikin lagi ke Ayah. Ayah sakit hati nggak? kesinggung, nggak?"

Ayah terkekeh, ia di seberang sana sedang menerka mungkin putrinya telah diberi hadiah oleh seseorang.

"Emang Rud kasih kamu apa?" tebak ayah.

"Kok Bang Rud? Aku nggak lagi ngomongin dia," sela Tala.

"Jadi ngomongin siapa?" desak ayah.

"Ayah jawab aja, sopan nggak kalo kita balikin pemberian orang?"

"Nggak sopan! Selain menyakiti hati si pemberi, hal itu menurut ayah juga menolak rezeki yang Allah kasih. Ada cara lain yang lebih baik dari sekedar mengembalikan pada yang bersangkutan," jelas ayah, terasa nyata padahal keberadaan mereka dipisahkan oleh beberapa kota.

"Apa tuh, yah?" Tala penasaran.

"Satu, bila barang itu banyak dan dalam berupa makanan, kamu bisa bagikan lagi ke orang lain. Nah, selain nanti kebaikannya kembali padamu, kembali pula kebaikan itu pada orang yang sudah memberikan barang itu ke kamu."

"Keduanya apa ayah?" sambar Tala. Ia sudah tahu pada siapa harus berbagi makanan itu nantinya.

"Balas dengan kebaikan pada orang yang sudah memberi barang ke kamu itu. Kalau nggak mampu berupa barang lagi, bisa berupa tenaga atau pikiran misalnya," terang ayah.

"Ketiganya apa, Yah?" Tala makin antusias.

"Ketiganya, Tala, anak ayah yang cantik. Selalu senyum ya, Nak. Biar mama bahagia lihatnya."

Setitik air mata Tala menetes, ia jelas tak perlu peringatan ayah untuk selalu tersenyum. Tala selalu berusaha tak membuat ayah khawatir dan mama sedih.

Ayah kemudian menutup panggilan dan menyuruh Tala untuk lekas salat magrib dan istirahat.

***

Esoknya Tala mengajak Ana ke kostan, ia ingin membagi sahabatnya cemilan yang dibelikan oleh Akhza. Pada Ana, Tala tak cerita bahwa cemilan itu pemberian Akhza. Ia hanya bilang ada orang baik yang menyumbang di sela-sela tanggal tua yang menyiksa.

"Dia tahu banget kesukaan kamu, apa mungkin Mbak Je? Kan kemaren aku sempet bilang ke Mbak Je sama Mbak Sya tentang semua jajanan yang suka kamu beli," terka Ana.

Tala menimang ucapan Ana, dalam benaknya ia justru mengira Akhza lah yang mendengar ucapan mereka.

"Eh, Tal. Kamu dimarahin sama Bang Za karena kopinya ngotorin kertas buat bahan dia presentasi ya?" tebak Ana.

"Seperti bisa deh, An. Kaya nggak tahu aja gimana Bang Za ke aku," jawab Tala.

"Tapi, jelas marah lah dia, Tal. Bikin janji sama Prof Damian itu susah. Bang Za juga kabarnya disalahin sama dua temennya yang sekarang nyerahin semua beban bikin jadwal ulang ke Bang Za." Ana bicara dengan mulut penuh biskuit krim keju di dalamnya.

"Menurut kamu aku harus gimana? Minta maaf gitu ke Bang Za?"

"Kamu belum minta maaf?" Ana beralih melahap biskuit stik berbalut coklat yang sedang dimakan Tala.

"Belum, bingung gimana ngomongnya," aku Tala.

"Chat aja kalo bingung ngomong mah," saran Ana membuat Tala sumringah.

Tanpa pikir panjang, Tala lekas mengetik pesan untuk Akhza. Ia kirim pesan itu yanpa melihat isi teks terlebih dahulu. Tak lama Akhza membalas pesan Tala.

Juragan Koas

[Beneran? Ok saya tunggu besok di depan gudang]

Tala mengernyit, kok depan gudang?

"Kenapa, Tal?" heran Ana dengan tingkah Tala yang tiba-tiba terlihat bingung.

"Bang Za ngajak ketemu depan gudang, kenapa ya?" jawab Tala masih sibuk mengubah posisi dari tengkurap menjadi duduk.

"Emang kamu chat apa ke dia?"

"Gini. Assalamualaikum, abang. Aku minta maaf buat kopi yang udah ngotorin tugas abang. Kalau abang mau, aku bersedia kok nen*nin abang nemuin prof Damian ... What?"

Tala histeris begitu sadar ada kesalahan mengetik pada pesannya.

"Maksudku nemenin, bukan ... Aghhh!" geram Tala langsung melempar ponsel ke tengah kasur, pelan kok lemparnya.

"Astaghfirullah, Tala. Itu gimana jadinya? Tal, kalo Bang Za serius nganggep kamu mau nene__"

"Berisik, Ana. Jangn bikin aku makin stress!" teriak Tala sambil menutup kedua kupingnya.

Di lorong ruang rawat, Akhza senyum-senyum membaca pesan dari Tala. Pria itu jelas mengerti Tala pasti salah ketik. Namun, ia tetap ingin mengerjai gadis itu dan lihat responsnya besok. Apa yang akan Tala bilang sebagai penjelasan?

Terpopuler

Comments

Kaka Ilyas

Kaka Ilyas

ngebayangin s kenebo kering senyum maniz banget siihh/Drool/

2024-01-18

0

Kaka Ilyas

Kaka Ilyas

typo yg jd bencana🤣🤣

2024-01-18

0

Kaka Ilyas

Kaka Ilyas

jeli aja abang tuh mata/Facepalm/

2024-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bukan Kompetisi
2 Siti Nurbaya
3 Kekecewaan, Gengsi, dan Waktu yang Terbuang
4 Jari Salah Ketik, Hati Salah Jatuh
5 Biarkan Saja
6 "Jangan Geer"
7 Ajakan
8 Tawanya ....
9 "Nggak Mungkin Cemburu"
10 Kucing Betina
11 Kenangan
12 Semesta Suka Becanda
13 'Jangan Hilang'
14 Jangan Mendahului
15 Pesan untuk Abang
16 Kemarahannya
17 Gunanya Teman
18 Salah Terka
19 Mengalahkan
20 Kegundahan
21 Belum Waktunya
22 Abang Sayang
23 "Apa Kabar?" part 1
24 "Apa kabar?" part 2
25 Maaf part 1
26 Maaf part 2
27 Menerka
28 Kucing Betina, siapa?
29 Pertarungan Dimulai
30 Kita Tak Sedang Berlomba
31 "Dia Bukan Siapa-siapa"
32 Pertemuan Singkat
33 Tak Diduga Sebelumnya
34 Tak Diduga Sebelumnya 2
35 Selamat datang di Bandung
36 Bertanya Rasa
37 Tidak Diduga
38 Sama-sama Sakit
39 Ruang Temu.
40 Lebih Baik Dia Tak Tahu
41 Skandal Hati
42 Romansa Akhza-Tala
43 Manusia Tropis Kembali 1
44 Manusi Tropis Kembali part 2
45 Risalah Hati 1
46 Risalah Hati 2
47 Berusaha Rela 1
48 Berusaha Rela 2
49 "Aku Tak Selemah itu" 1
50 "Aku Tak Selemah itu" 2
51 Dia yang Luka
52 Aku Juga Luka
53 Ajariku Caranya Melupa
54 Sama-sama Hanya Bersabar
55 Dia yang Kusebut Dalam Doa
56 Bukan Dia yang Salah
57 Tertawalah
58 Fitnah
59 Bukan Main
60 Dia Kenapa?
61 Manusia Bisa Berubah
62 Attar, Adik Terbaik
63 Attar, Teman Terbaik
64 Perjanjian Dua Wanita
65 Hujan dan Kamu
66 "Aku Juga Mau diperjuangkan"
67 Satu Kali Masih Selamat
68 Perlahan Terbiasa
69 Tala Beraksi
70 "Kumelihat Sendu di Wajahmu"
71 Surat Tak Bertuan
72 Saya Suka Wanita Pecinta Kopi
73 Bukan Pergi Dari Hati
74 Sampai Kapan Semesta?
75 Surf Cafe Lampuuk
76 Dua Keajaiban
77 Hari-hari Berikutnya
78 Besok, Cepatlah Datang
79 Perasaan Abang
80 Menjaga Tala
81 Mari Kita Bicara
82 "Nggak Mau Jatuh Lagi"
83 Proposal Pengajuan
84 "Udah Makan Siang?"
85 Saya Pulang
86 Rud di Masa Lampau
87 Sekali Tepuk, Terjadilah
88 "Tala mau pulang"
89 Empat Belas Hari
90 Selalu Sabar Menanti
91 Aku Butuh Kamu
92 Tunggu Sampai Aku Datang
93 Jangan Pergi
94 Menuju Hari Bahagia
95 Sepakat
96 Petikan Cinta 1
97 Petikan Cinta 2
98 Mulai Membaca
99 Perjalanan Panjang
100 Meniti Kisah
101 Sesal Tiada Arti
102 Kejutan
103 Kejutan Lagi
104 Enam Tahun Berlalu
105 END
106 Promo Novel Attar-Orin-Bintang
107 Edisi Rindu Semua
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bukan Kompetisi
2
Siti Nurbaya
3
Kekecewaan, Gengsi, dan Waktu yang Terbuang
4
Jari Salah Ketik, Hati Salah Jatuh
5
Biarkan Saja
6
"Jangan Geer"
7
Ajakan
8
Tawanya ....
9
"Nggak Mungkin Cemburu"
10
Kucing Betina
11
Kenangan
12
Semesta Suka Becanda
13
'Jangan Hilang'
14
Jangan Mendahului
15
Pesan untuk Abang
16
Kemarahannya
17
Gunanya Teman
18
Salah Terka
19
Mengalahkan
20
Kegundahan
21
Belum Waktunya
22
Abang Sayang
23
"Apa Kabar?" part 1
24
"Apa kabar?" part 2
25
Maaf part 1
26
Maaf part 2
27
Menerka
28
Kucing Betina, siapa?
29
Pertarungan Dimulai
30
Kita Tak Sedang Berlomba
31
"Dia Bukan Siapa-siapa"
32
Pertemuan Singkat
33
Tak Diduga Sebelumnya
34
Tak Diduga Sebelumnya 2
35
Selamat datang di Bandung
36
Bertanya Rasa
37
Tidak Diduga
38
Sama-sama Sakit
39
Ruang Temu.
40
Lebih Baik Dia Tak Tahu
41
Skandal Hati
42
Romansa Akhza-Tala
43
Manusia Tropis Kembali 1
44
Manusi Tropis Kembali part 2
45
Risalah Hati 1
46
Risalah Hati 2
47
Berusaha Rela 1
48
Berusaha Rela 2
49
"Aku Tak Selemah itu" 1
50
"Aku Tak Selemah itu" 2
51
Dia yang Luka
52
Aku Juga Luka
53
Ajariku Caranya Melupa
54
Sama-sama Hanya Bersabar
55
Dia yang Kusebut Dalam Doa
56
Bukan Dia yang Salah
57
Tertawalah
58
Fitnah
59
Bukan Main
60
Dia Kenapa?
61
Manusia Bisa Berubah
62
Attar, Adik Terbaik
63
Attar, Teman Terbaik
64
Perjanjian Dua Wanita
65
Hujan dan Kamu
66
"Aku Juga Mau diperjuangkan"
67
Satu Kali Masih Selamat
68
Perlahan Terbiasa
69
Tala Beraksi
70
"Kumelihat Sendu di Wajahmu"
71
Surat Tak Bertuan
72
Saya Suka Wanita Pecinta Kopi
73
Bukan Pergi Dari Hati
74
Sampai Kapan Semesta?
75
Surf Cafe Lampuuk
76
Dua Keajaiban
77
Hari-hari Berikutnya
78
Besok, Cepatlah Datang
79
Perasaan Abang
80
Menjaga Tala
81
Mari Kita Bicara
82
"Nggak Mau Jatuh Lagi"
83
Proposal Pengajuan
84
"Udah Makan Siang?"
85
Saya Pulang
86
Rud di Masa Lampau
87
Sekali Tepuk, Terjadilah
88
"Tala mau pulang"
89
Empat Belas Hari
90
Selalu Sabar Menanti
91
Aku Butuh Kamu
92
Tunggu Sampai Aku Datang
93
Jangan Pergi
94
Menuju Hari Bahagia
95
Sepakat
96
Petikan Cinta 1
97
Petikan Cinta 2
98
Mulai Membaca
99
Perjalanan Panjang
100
Meniti Kisah
101
Sesal Tiada Arti
102
Kejutan
103
Kejutan Lagi
104
Enam Tahun Berlalu
105
END
106
Promo Novel Attar-Orin-Bintang
107
Edisi Rindu Semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!