Biarkan Saja

Assalamualaikum, bissmillah.

Pagi sekali Ayesha sudah sibuk di dapur mengemas bawang goreng yang baru dibuatnya. Suara sodet yang tadi beradu dengan penggorengan membuat Laut dan Rud sama-sama keluar dari kamar, karena tak biasanya perempuan itu sudah berkutat di dapur sepagi ini.

"Mama ngapain sih, pagi-pagi ribut di dapur?" protes Rud sambil duduk di kursi yang menghadap meja makan bundar.

"Iya, wangi bawang goreng lagi. Masak apa, sih?" timpal Laut yang sudah siap dengan pakaian formalnya.

Semalam, menjadi waktu indah dan panjang bagi suami istri tersebut. Usia mereka tak lagi muda, tetapi saat memadu kasih rasanya tetap sama seperti pertama kali. Benar kata Bumi, mereka saling merindukan.

"Mama abis bikin bawang goreng buat Bang Za, kesukaan dia 'kan?" celetuk mama membuat raut wajah Rud berubah masam. Ia yang tadinya hendak mengambil selembar roti, memilih urung dan pergi.

"Rajin amat buatin bawang goreng buat Bang Za," goda sang suami. Ia suka bila melihat rambut istrinya dalam keadaan basah seperti itu.

"Ngerasa bersalah aja, kemarin sempat jutekin dia. Nggak adil buat Bang Za," sahut Ayesha.

Laut mengangguk-angguk, dalam hati ia bersyukur bila sang istri mau menyadari kesalahannya. Ayesha memiliki sifat bagai air di daun talas. Tidak punya pendirian dan selalu berubah-ubah. Masih membekas dalam ingatan, dulu ketika Bumi mengadopsi Ara respon Ayesha awalnya buruk. Kala itu, ia termakan omongan Zahra dan Ilham. Namun, begitu mama dan Bumi memberi penjelasan sikapnya pada Ara berubah total.

"Kudengar kemarin dia juga gagal presentasi kasus, kuharap dia nggak terpuruk." Ucapan Ayesha terdengar tulus.

Laut melipat bibir ke dalam menahan senyum, ini pasti karena kemarin sore Ayesha bertemu dengan salah satu dokter senior yang memuji kecerdasan dan totalitas Akhza dalam bertugas. Semoga, setelah ini sikap Ayesha tak lagi berubah-ubah. Semalam mereka sudah banyak bicara, dan Laut harap istrinya itu mulai mengubah kebiasaan buruk yang mudah terbawa arus.

***

Hujan mengguyur Jakarta pagi ini, membuat Tala rasanya enggan beranjak dari tempat tidur setelah salat subuh tadi. Gadis itu masih setia di bawah selimut padahal sudah mandi. Tala sedang berbalas pesan dengan Ana yang terus menerus menakut-nakutinya bahwa Akhza akan menagih janji Tala pada pria itu.

Ana Maria BFF

[Cuacanya cocok banget buat kelonan sama Bang Za. Tal, jangan pake ituan yang kendor, ya. Malu sama Bang Za pas dibuka 🤣]

Tala mendengus kesal, belum juga resahnya menguap, Ana sudah mengirim pesan yang tidak-tidak.

Ana kebanyakan nonton adegan 18+, nanti otaknya minta dibersiin deh ke Mbak Rugaya

Mbak Rugaya adalah petugas kebersihan di rumah sakit. Tala akrab dengan wanita yang menjadi salah satu pembeli rujaknya. Selain dikenal sebagai anak PKL, Tala pun viral sebab rujak mangganya enak.

Ana Maria BFF

[Nanti posisinya yang enak, Tal. Anggap aja Bang Za bayi 😝]

Tala malas membalas pesan absurd Ana, ia memilih mengabaikannya dan lekas bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Hari itu, Tala tak berjualan rujak mangga. Musim hujan kurang cocok untuk memakan rujak.

Akibat tak memiliki payung, Tala terpaksa berlari menuju jalan dengan membiarkan hujan mengguyur tubuhnya. Beruntung angkot yang akan membawanya sampai ke rumah sakit datang dengan cepat. Tala mengenakan switer warna abu tua milik almarhumah mama. Dengan memakai baju hangat tersebut, Tala merasa sedang didekap mama.

"Takut aja dah gua kalo dah musim ujan begini banjir di mana-mana," celetuk seorang penumpang yang duduk di sebelah Tala.

"Siap-siap aja penyakit kolera, disentri, sama DBD kalo udah ada banjir," timpal penumpang lain yang duduk bersebrangan dengan Tala.

Tala tak mau terlalu mendengarkan obrolan mereka, ia memilih mengambil novel dari dalam tas kemudian membuka halaman yang ia sekat menggunakan daun kering. Setelah itu, tangannya mengambil coklat pasta dan langsung memasukannya ke dalam mulut begitu yang dicarinya ketemu. Novel berjudul who moves my cheese itu sudah berkali-kali Tala baca. Namun tetap membuatnya jatuh cinta.

Jalanan pagi itu cukup sibuk, klakson saling bersahutan. Bahkan sesekali sopir angkot mengumpat sebab terlalu banyak motor yang menyalip kendaraanya. Hingga tiba di lampu merah, Tala tak sengaja menoleh ke arah luar dan melihat Rud tanpa jas hujan bertengger di atas ducati merahnya.

"Dia mau ke mana ujan-ujan begini?" gumam Tala.

Sudah lama dirinya dan Rud tak bertemu, itu lebih baik menurut Tala. Lagipula Rud selalu jadi orang berbeda saat berada di hadapan Tante Eca dan Om Laut. Pria itu sungguh baik dan hangat, lain halnya bila hanya berduaan Rud sungguh acuh tak acuh pada Tala.

Tala akui, Rud itu keren. Tala tak pernah merasa dirinya sempurna, tetapi kata ayah setiap perempuan berhak merasa dirinya cantik. Selain itu, Rud juga lumayan populer di dunia balapan grass track, nama pria itu sempat populer di Bandung karena keberhasilannya menjadi juara satu dalam sebuah acara balapan yang diadakan di sana beberapa bulan lalu.

Tala segera memasukan novel karena pikirannya jadi kacau gara-gara melihat sosok Rud barusan. Ia tak bisa bayangkan bila sudah waktunya menikah dengan pria itu, apa Tala bisa mengimbangi diri Rud? Setiap pergi dengan pria itu, banyak kaum hawa yang menyapa bahkan meminta foto dengan Rud. Sikap Rud sendiri pada mereka sangat ramah, bahkan tak segan saling mencium pipi dengan para gadis tersebut.

Lamunan Tala buyar begitu sampai di depan rumah sakit, hujan sudah reda menyisakan rintik gerimis saja. Setelah membayar ongkos Tala berlari ke dalam rumah sakit, ia sapa orang-orang yang berpapasan dengannya. Namun, sosok seseorang dengan perawakan jangkung dan bahu lebar berbalut jas putih membuat langkah Tala berhenti.

"Aku belum siap papasan sama Bang Za, Ya Allah," gumam Tala. Ia berpikir harus menghindar, Tala akan menggunakan tangga saja untuk naik.

Baru ingin melangkah, teriakan seseorang membuat Tala bahkan Akhza menoleh ke sumber suara.

"Tala, bawa rujak nggak?"

Adalah Mbak Je dan Mbak Asya yang melangkah ke arahnya, Tala tak peduli dengan mereka ia lebih peduli pada tatapan Akhza yang kini serasa menghunus tepat ke jantungnya. Sempat beradu pandang dengan manusia beriklim tropis itu, Tala lekas membuang pandangan dan berlari menuju tangga untuk sampai ke lantai atas. Tala melewati ruang poli anak yang masih sepi ia abaikan teriakan Mbak Je dan Mbak Asya tadi.

Gadis itu menaiki tangga dengan kecepatan tinggi, naas baru menjejak kaki di lantai atas dirinya sudah kembali berpapasan dengan Akhza yang masuk ke ruang salah satu dokter senior begitu beradu pandang dengan Tala.

"Manusia beriklim tropis. Kadang panas kadang dingin. Dua-duanya nggak ngenakin deh, ah!" monolog Tala meledek Akhza.

"Tal, yuk cepetan kita periksa room 204. Taro sana tasnya," ucap perawat senior sambil menepuk bahu Tala.

"Iya, Mbak. Aku taro tas dulu!" timpal Tala gegas kembali mengayun langkah.

Tala segera bergabung dengan perawat yang mengajaknya ke room 204 dan dokter yang membersamai mereka adalah dokter Guntur, Akhza, dan satu orang koas lainnya.

Ada sekitar empat pasien dari enam bed di room 204, dua pasien adalah lansia, satu lagi seorang remaja dan satu lainnya seorang ibu muda.

"Bapak Sumadi, yang mana namanya Bapak Sumadi?" tanya Dokter Guntur, ramah.

"Ini, Dokter!" sahut seorang nenek yang duduk di samping pasien Sumadi.

"Apa kabar hari ini, Pak? Sudah sarapan?" sapa Dokter Guntur, kemudian menoleh ke arah perawat senior membuat perempuan itu lekas menyenggol lengan Tala agar ia melakukan tugasnya. Memberi obat dan ganti cairan infus milik pasien Sumadi.

Tala biasanya sigap melakukan tugas, tetapi kali ini ia seolah kesulitan ketika hendak megambil botol infus.

"Kenapa tiangnya jadi tinggi banget?"

Akhza tanpa banyak bicara mengambilkan botol yang hampir kosong itu lalu dengan isyarat mata ia minta cairan baru untuk dipasang. Tangan Tala tiba-tiba tremor, ia hampir menjatuhkan botol bila Akhza tak sigap menangkapnya.

Sementara itu, Dokter Guntur bersama perawat senior dan satu anak koas menyapa pasien lainnya. Tala lalu memeriksa obat yang akan diberikan pada pasien Sumadi. Ia letakan pada piring kecil khusus untuk menaruh obat.

"Minum obatnya ya, Pak," ucap Tala ramah.

Akhza tanpa bicara, mengambilkan gelas berisi air ketika seorang nenek penunggu pasien berada jauh dari benda itu. Selesai dengan pasien Sumadi, Akhza dan Tala mengekor langkah dokter Guntur dan yang lain. Mereka baru selesai mengecek lansia lainnya. Kini, sedang berada di samping bed seorang ibu muda.

"Za, tangani pasien Intan," suruh dokter Guntur.

"Bantuin, Tal!" tambah perawat senior.

Tala lagi-lagi kesulitan mengambil botol infus, Akhza kembali mengambilkan benda itu tanpa bicara apa-apa. Lengan Akhza saat mengambil botol menyentuh sekilas pipi Tala dan membuat gadis itu refleks memegangi dadanya yang berdebar tak karuan.

"Obatnya," bisik Akhza setelah berhasil mengganti botol cairan infus pasien bernama Intan. Tangan Tala malah gemetaran, ia seolah sulit menyiapkan obat untuk pasiennya.

Akhza mengambil alih tugas Tala, padahal obat itu sudah tersedia lengkap tinggal dipindahkan ke piring lalu berikan ke pasien. Tala malah gugup, dahinya sampai berkeringat.

Hari itu, room 204 mengenalkan sosok lain Akhza pada Tala. Pria itu memang lebih banyak bertindak daripada bicara. Raut wajah seriusnya tak bisa Tala pungkiri sungguh rupawan. Tubuh jangkung dengan aroma woody floral musk cukup membuat jantung Tala berdegup kencang melebihi cara kerja normalnya.

Keluar dari room 204, dokter koas yang merupakan putri Dokter Guntur menghampiri rombongan mereka. Gadis bernama Nauna dengan rambut tergerai indah bergelayut manja ke lengan sang papa. Namun, Dokter Guntur malah menepisnya dan pergi begitu saja.

Perawat senior yang asyik mengobrol dengan dokter koas lainnya juga pergi, tersisa Tala, Nauna dan Akhza di depan room 204 itu. kaki Tala rasanya berat untuk melangkah, padahal ia ingin pergi. Pipi dan matanya memanas saat Nauna dengan gencarnya menggoda Akhza meski yang bersangkutan malah menepis habis-habisan hingga membuat Nauna pergi juga dari sana.

Akhza mengibaskan jas putihnya, seolah sentuhan Nauna barusan mengandung debu saja.

"Dia bukan siapa-siapa saya," ucap Akhza sambil melangkah, tetapi segera mundur tanpa berbalik. "Kalau ada gosip tentang saya sama dia jangan dianggap," tambah Akhza kemudian benar-benar pergi.

"Tala! kok malah bengong? Ayo lanjut!" teriak perawat senior tadi membuat Tala segera mengayun langkahnya.

***

Mama Eca keluar dari ruangannya hendak mencari Akhza pada jam makan siang. Wanita itu berjalan pelan melewati beberapa ruang rawat, hingga tiba di depan sebuah ruangan khusus pasien penyakit paru Mama Eca mendengar beberapa dokter koas sedang berbincang dan yang menarik perhatiannya adalah mereka membicarakan Akhza.

"Ya jelaslah dia berani so cool, orangtuanya sohib sama dokter Guntur dan dia juga ponakan kepala perawat di sini," celetuk seorang pria berkaca mata.

"Maksud lo dia menganut sekte anak emas gitu? Setahu gue di kelasnya dia masuk lima besar mahasiswa terbaik, deh," timpal perempuan berhijab coklat.

"Elo mah ngomong gitu pasti karena suka 'kan?" balas pria kacamata tadi.

"Siapa yang nggak suka dia, vibesnya udah macam pemain drama," timpal perempuan dengan rambut diikat asal.

"Alah, kalo dia bukan sodara Bu Ayesha dan kerabat dokter Guntur juga kalian nggak bakal ngefans sama dia." Pria berkacamata sepertinya tak suka dengan Akhza.

Selama koas, beredar kabar bahwa Akhza dianak emaskan sebab kenal dengan beberapa orang yang berpengaruh di rumah sakit. Entah siapa penyebar gosip itu? Padahal Akhza adalah murid terbaik di kelas dan diakui oleh beberapa dokter spesialis. Mungkin karena kejadian beberapa hari lalu, gara-gara Akhza menolak saat diminta oleh seorang koas senior untuk pergi mengcopy sebuah surat yang entah isinya apa.

"Saya di sini melakukan tugas sesuai materi pelajaran, bukan jadi pesuruh." Begitu tolak Akhza kala itu.

Mama Eca geram, ia tak suka ponakannya digosipkan yang tidak-tidak. Wanita itu maju selangkah untuk melabrak anak-anak koas tersebut, tetapi lengannya dijegal oleh seseorang dan membuatnya menoleh.

Adalah Akhza yang menarik tangan Mama Eca, pria itu menuntun langkah sang Tante agar menjauh saja dari para anak koas.

"Za, mereka lagi ngomongin kamu!" pekik Mama Eca saat sudah agak jauh.

"Biarin aja, mereka punya mulut." Akhza melepas lengan Mama Eca.

"Kamu nggak sakit hati? Saya mau luruskan semua tuduhan mereka!"

"Buat apa? Cuma bikin mereka tambah nggak suka ke saya!"

"Yang mereka omongin nggak bener!"

"Dibenerin juga nggak akan mempan, mereka terlanjur benci sama saya. Pikiran mereka ibarat besi yang udah bengkok, susah bukan dilurusin lagi? percuma," papar Akhza menyandarkan punggung ke dinding.

Mama Eca melihat raut lelah di wajah Akhza. Lingkaran hitam yang menghias di bagian mata juga mencuri perhatian wanita itu.

"Kamu begadang? Bukannya semalam nggak jaga?" selidik Mama Eca.

"Malem nggak bisa tidur, banyak nyamuk." Nyamuknya pesan dari Tala yang menggelitik.

"Nih, buat kamu!" Mama Eca menyerahkan papper bag berwarna orange pada Akhza.

"Widih, apaan nih?" Akhza mengambil sebuah kotak dan saat ia lihat isinya adalah bawang goreng.

"Bawang goreng Hermes pasti mahal, nih," seloroh Akhza.

"Udah, makan sana makan! Saya mau balik ke ruangan," timpal Mama Eca sambil melangkah.

"Makasih, Ma. Aku tahu Mama sayang juga ke aku," gumam Akhza memandangi punggung wanita itu yang makin menjauh.

***

Sesuai perjanjian, sebelum pulang Tala menemui Akhza di depan gudang. Ana sudah meledeknya habis-habisan saat Tala hendak pergi tadi.

"Tal, kendor nggak talinya?" begitu goda Ana.

Dari kejauhan, Tala sudah melihat sosok yang sempat membuat jantungnya berpacu tak karuan saat di room 204 tadi. Kedua tangan Akhza dimasukkan ke dalam saku celana dengan sebelah kaki ditekuk dan punggung bersandar pada dinding.

Tala mempercepat langkah ketika melihat Akhza menatap arloji pada pergelangan tangannya. Gadis itu takut membuat Akhza menunggu terlalu lama.

"Abang, maaf tadi aku bikinin kopi untuk Dokter Bagas dulu," lapor Tala dengan tangan gemetaran sambil merapatkan switer yang dipakai.

"Soal kemarin jangan dipikirin, bukan salah elo."

Kenapa berubah lagi panggilannya? batin Tala.

"Gue bisa sendiri kok atur jadwal ulang sama prof. Damian, dan __"

"Dan apa, Bang?"

"Sebelum kirim pesan atau apapun itu, pastikan pengetikan sudah sesuai. Nggak semua orang sepintar saya bisa mengerti apa yang kamu sampaikan," urai Akhza membuat Tala mengangguk. Malu, sungguh malu.

"Gimana kalo pesan itu sampe ke cowok lain? Kamu mau diminta pertanggung jawaban?" tekan Akhza membuat Tala menggeleng.

"Ya udah, sana balik. Gue mau cari sesuatu di gudang!" ucap Akhza lalu masuk ke gudang, dan Tala untuk beberapa saat mematung sebelum akhirnya rintik hujan kembali turun membuatnya lekas berlari meninggalkan tempat itu.

"Mau gue kerjain kok nggak tega, liat mukanya udah kaya si Gemoy lagi dimarahin uti. Nelangsa," gumam Akhza setelah Tala pergi ia kembali keluar dari gudang.

Terpopuler

Comments

Kasacans 5924

Kasacans 5924

gemoy kt abang

2024-07-29

0

Kasacans 5924

Kasacans 5924

hehheh gemoy ky abng

2024-07-29

0

Kaka Ilyas

Kaka Ilyas

d saat bang za cinta bawang goreng ak malah benci tuh bawang goreng, pait bang rasa nya aneh🤦‍♀️

2024-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bukan Kompetisi
2 Siti Nurbaya
3 Kekecewaan, Gengsi, dan Waktu yang Terbuang
4 Jari Salah Ketik, Hati Salah Jatuh
5 Biarkan Saja
6 "Jangan Geer"
7 Ajakan
8 Tawanya ....
9 "Nggak Mungkin Cemburu"
10 Kucing Betina
11 Kenangan
12 Semesta Suka Becanda
13 'Jangan Hilang'
14 Jangan Mendahului
15 Pesan untuk Abang
16 Kemarahannya
17 Gunanya Teman
18 Salah Terka
19 Mengalahkan
20 Kegundahan
21 Belum Waktunya
22 Abang Sayang
23 "Apa Kabar?" part 1
24 "Apa kabar?" part 2
25 Maaf part 1
26 Maaf part 2
27 Menerka
28 Kucing Betina, siapa?
29 Pertarungan Dimulai
30 Kita Tak Sedang Berlomba
31 "Dia Bukan Siapa-siapa"
32 Pertemuan Singkat
33 Tak Diduga Sebelumnya
34 Tak Diduga Sebelumnya 2
35 Selamat datang di Bandung
36 Bertanya Rasa
37 Tidak Diduga
38 Sama-sama Sakit
39 Ruang Temu.
40 Lebih Baik Dia Tak Tahu
41 Skandal Hati
42 Romansa Akhza-Tala
43 Manusia Tropis Kembali 1
44 Manusi Tropis Kembali part 2
45 Risalah Hati 1
46 Risalah Hati 2
47 Berusaha Rela 1
48 Berusaha Rela 2
49 "Aku Tak Selemah itu" 1
50 "Aku Tak Selemah itu" 2
51 Dia yang Luka
52 Aku Juga Luka
53 Ajariku Caranya Melupa
54 Sama-sama Hanya Bersabar
55 Dia yang Kusebut Dalam Doa
56 Bukan Dia yang Salah
57 Tertawalah
58 Fitnah
59 Bukan Main
60 Dia Kenapa?
61 Manusia Bisa Berubah
62 Attar, Adik Terbaik
63 Attar, Teman Terbaik
64 Perjanjian Dua Wanita
65 Hujan dan Kamu
66 "Aku Juga Mau diperjuangkan"
67 Satu Kali Masih Selamat
68 Perlahan Terbiasa
69 Tala Beraksi
70 "Kumelihat Sendu di Wajahmu"
71 Surat Tak Bertuan
72 Saya Suka Wanita Pecinta Kopi
73 Bukan Pergi Dari Hati
74 Sampai Kapan Semesta?
75 Surf Cafe Lampuuk
76 Dua Keajaiban
77 Hari-hari Berikutnya
78 Besok, Cepatlah Datang
79 Perasaan Abang
80 Menjaga Tala
81 Mari Kita Bicara
82 "Nggak Mau Jatuh Lagi"
83 Proposal Pengajuan
84 "Udah Makan Siang?"
85 Saya Pulang
86 Rud di Masa Lampau
87 Sekali Tepuk, Terjadilah
88 "Tala mau pulang"
89 Empat Belas Hari
90 Selalu Sabar Menanti
91 Aku Butuh Kamu
92 Tunggu Sampai Aku Datang
93 Jangan Pergi
94 Menuju Hari Bahagia
95 Sepakat
96 Petikan Cinta 1
97 Petikan Cinta 2
98 Mulai Membaca
99 Perjalanan Panjang
100 Meniti Kisah
101 Sesal Tiada Arti
102 Kejutan
103 Kejutan Lagi
104 Enam Tahun Berlalu
105 END
106 Promo Novel Attar-Orin-Bintang
107 Edisi Rindu Semua
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Bukan Kompetisi
2
Siti Nurbaya
3
Kekecewaan, Gengsi, dan Waktu yang Terbuang
4
Jari Salah Ketik, Hati Salah Jatuh
5
Biarkan Saja
6
"Jangan Geer"
7
Ajakan
8
Tawanya ....
9
"Nggak Mungkin Cemburu"
10
Kucing Betina
11
Kenangan
12
Semesta Suka Becanda
13
'Jangan Hilang'
14
Jangan Mendahului
15
Pesan untuk Abang
16
Kemarahannya
17
Gunanya Teman
18
Salah Terka
19
Mengalahkan
20
Kegundahan
21
Belum Waktunya
22
Abang Sayang
23
"Apa Kabar?" part 1
24
"Apa kabar?" part 2
25
Maaf part 1
26
Maaf part 2
27
Menerka
28
Kucing Betina, siapa?
29
Pertarungan Dimulai
30
Kita Tak Sedang Berlomba
31
"Dia Bukan Siapa-siapa"
32
Pertemuan Singkat
33
Tak Diduga Sebelumnya
34
Tak Diduga Sebelumnya 2
35
Selamat datang di Bandung
36
Bertanya Rasa
37
Tidak Diduga
38
Sama-sama Sakit
39
Ruang Temu.
40
Lebih Baik Dia Tak Tahu
41
Skandal Hati
42
Romansa Akhza-Tala
43
Manusia Tropis Kembali 1
44
Manusi Tropis Kembali part 2
45
Risalah Hati 1
46
Risalah Hati 2
47
Berusaha Rela 1
48
Berusaha Rela 2
49
"Aku Tak Selemah itu" 1
50
"Aku Tak Selemah itu" 2
51
Dia yang Luka
52
Aku Juga Luka
53
Ajariku Caranya Melupa
54
Sama-sama Hanya Bersabar
55
Dia yang Kusebut Dalam Doa
56
Bukan Dia yang Salah
57
Tertawalah
58
Fitnah
59
Bukan Main
60
Dia Kenapa?
61
Manusia Bisa Berubah
62
Attar, Adik Terbaik
63
Attar, Teman Terbaik
64
Perjanjian Dua Wanita
65
Hujan dan Kamu
66
"Aku Juga Mau diperjuangkan"
67
Satu Kali Masih Selamat
68
Perlahan Terbiasa
69
Tala Beraksi
70
"Kumelihat Sendu di Wajahmu"
71
Surat Tak Bertuan
72
Saya Suka Wanita Pecinta Kopi
73
Bukan Pergi Dari Hati
74
Sampai Kapan Semesta?
75
Surf Cafe Lampuuk
76
Dua Keajaiban
77
Hari-hari Berikutnya
78
Besok, Cepatlah Datang
79
Perasaan Abang
80
Menjaga Tala
81
Mari Kita Bicara
82
"Nggak Mau Jatuh Lagi"
83
Proposal Pengajuan
84
"Udah Makan Siang?"
85
Saya Pulang
86
Rud di Masa Lampau
87
Sekali Tepuk, Terjadilah
88
"Tala mau pulang"
89
Empat Belas Hari
90
Selalu Sabar Menanti
91
Aku Butuh Kamu
92
Tunggu Sampai Aku Datang
93
Jangan Pergi
94
Menuju Hari Bahagia
95
Sepakat
96
Petikan Cinta 1
97
Petikan Cinta 2
98
Mulai Membaca
99
Perjalanan Panjang
100
Meniti Kisah
101
Sesal Tiada Arti
102
Kejutan
103
Kejutan Lagi
104
Enam Tahun Berlalu
105
END
106
Promo Novel Attar-Orin-Bintang
107
Edisi Rindu Semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!