Enam Belas

Radea yang sudah selesai makan dan kembali ke ruangannya. ia tidak sadsr bahwa disana sudah ada Thariz yang menunggunya.

"Tuan maaf saya terlambat, saya pikir masih belum pukul satu siang jadi saya cari makan dulu. " Ucap Radea. karena saat ini ia dan Thariz sedang di lingkup kantor jelas saja Radea memanggil dengan sebutan tuan.

"Kita cuma berdua disini kenapa kamu memanggil tuan sih" rengek Thariz.

"Ke ruanganku sekarang ya. " titah Thariz lalu ia memasuki ruangannya.

"Apa dia tidak punya handphone hingga menunggu ku di ruangannku! padahal belum pukul saru siang kenapa ia menyuruhku sih " omel Radea sendiri. ia lalu menuruti permintaan suaminya itu.

"Kak... " Panggil Radea yang tak menemukan seorsng pun di ruang kerja Thariz. bahkan Alan pun tidak ada.

"Aku di ruang istirahatku Ra, kesinilah" Teriak Thariz.

"Kakak keluar aja deh Radea nggak mau masuk! " Radea masih takut kalau harus berduaan dengan suaminya itu. takut suaminya khilaf.

sebenarnya sih sah sah saja mereka melakukan nya berdua toh sudah halal tapi Radea sendiri yang tidak ingin melakukan tanpa adanya cinta di antara keduanya.

Thariz keluar dari ruangan istirahatnnya di tatapnya Radea dengan jahil.

"Kau tak ingin melakukannya denganku Ra, kau tak ingin merasakan ******* yang tertunda kemarin" Goda Thariz. dengan membayangkannya saja tentang kejadian kemarin yang hampir saja Thariz mendapatkan Radea. membuat miliknya berdiri.

Thariz kemudian mendekat dan hendak mencium bibir Radea yang ranum. Memanggil manggil untuk di *****. Namun Radea memalingkan wajahnya.

"Kakak kenapa memanggilku! " tanya Radea mengalihkan niat Thariz.

Rhariz yang masih saja mendapatkan penolakan pun bangu n ia lalu mencium kepala Radea. mengurungkan niatnya mencium bibir Rarea.

"Terimakasih sudah mengakui kepada temanmu kalau aku suamimu! " Ucap Thariz ramah sambil membelai pucuk kepala Radea.

"Kakak tau dsri mana? " Radea yang terkejut dengan ungkapan Thariz.

"kakak mengikutiku? " ulang Radea. Namun yang di tanya hanya nyengir sambil merangkul pinggang Radea dengan erat.

"Jawab dulu deh jangan ndusel mulu ih" Radea yang sudah mulai kesal dengan tingkah suaminya.

"Aku memang menjagamu Ra, jadi aku tau kemanapun kamu dan dengan siapapun juga. "

"Itu sama saja kakak menguntitku" ucapnya kesal.

"Aku menjagamu Radea, kau istriku. sudahlah aku tak mau berdebat denganmu. Aku hanya ingin berterimakasih karena kau sudah mau menerima bahwa aku suamimu. " Rhariz yang saat ini merasa jengkel akhirnya pergi menuju ruangan istriahatnya.

Radea yang di tinggal sendiri pun berpikir apa dirinya salah marah karena di untit. tapiRadea tsk ingin Thariz marah juga.

setelah beberapa saat Radea berpikir ia akhirnya menemui Thariz di ruangan istrirahatnya.

"Kak, kakak marah? " tanya radea.

Thak mendapat sautan Radea menghampiri Thariz yang duduk di tepi ranjang sambil bersidekap.

"Kak marah beneran ya? " tanya Radea.

"ihhh kak iya maaf Radea salah yang marah-marah padahal kakak seharusnya tidak perlu membuntuti ku kemanapun. "

"Aku hanya menjagamu Ra. " ucap Thariz dingin.

"Maaf. ya " Radea masih berusaha membujuk Thariz agar tak marah. ia bergelanyut pada lengan Rhariz. namun tak diduga Thariz menyeretnya kepelukannya.

"Kak lepasin.! " Rengek Radea.

"Sebentar aja Ra, biarkan aku memelukmu sambil tiduran" pinta sang suami.

"Tapi kak, Radea taku kakak kebablasan! " kilah Radea.

"Rhariz menatap Radea dengan intens, dengan posisi yang masih memeluk tubuh Radea Thariz tak menjawab keluhan Radea ia hanya semakin mendekatkan tubuhnya dan mencium bibir Radea dengan lembut.

" Tetap seperti ini aku tidak akan berbuat lebih, dann jangan membantah" ucap Thariz setelah mencium bibir Radea. mereka berdua pun tertidur saat itu juga dengan posisi berpelukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!