Sembilan

Esok hari nya mereka kembali bekerja seperti biasa tidak ada yang namanya cuti nikah ataupun honey moon.

Thariz yang baru bangun dari tidurnya melihat Radea yang sudah rapi mengenakan pakaian kerjanya. karena semalam Radea meminta sang mama membawakan pakaiannya dan perlengkapan yang di butuhkan.

"Kau sudah mau berangkat Ra? " tanya Thariz yang baru bangun.

"Iya kak, kan Radea harus sampai di kantor pukul delapan sebelum kakak sampai. " Radea sudah membiasakan dirinya mulai saat ini ia memanggil Thariz dengan sebutan kakak.

"Kau sudah lupa dengan permintaanku yang mengharuskan mu menyiapkan pakaian ku dan sarapan. Itu juga termasuk tugas istri"

"Tapi kak nanti Radea telat"

Thariz lalu menelpon Alan agar jadwal Radea di samakan dengan dirinya. "Sudah kan, sekarang kau layani aku. Siapkan air untuk aku mandi dan ambilkan pakaian ku" titah Thariz.

"Ish... menyebalkan!" Rutuk Radea dalam hati. kalau begini gimana ketemunya sama Indra. dan menjelaskan tentang kemarin ia tak membals pesan yang dikirim oleh Indra.

Radea lalu turun setelah menyiapkan pakaian suaminya. di meja makan sudah ada Mom Novy dan papa Deni.

"Kok sudah rapi, mau kemana? " tanya papa Deni yang melihat pakaian menantunya sudah rapi.

"Mau berangkat kerja pa! " Jawab Radea.

"Kenapa nggak ambil cuti kan kalian habis menikah.? " lanjut papa Deni.

"Bener tu Ra, kenapa juga kerja kan suami kamu sendiri yang punya perusahaan" Kompor mom Novy agar Radea tak kerja.

"Nggak bisa mom Radea harua ikut Thariz kemanapun itu kan dia istri aku, lagian hari ini Thariz mau ketemu klien penting dan Radea skretaris aku kalau nggak ada dia repot. " timpal Thariz yang tiba-tiba saja muncul di meja makan.

"Bilang aja kamu mau berduaan terus sama Radea. " goda papa Deni.

"Salah satunya itu sih pah" Jawab Thariz ramah. Radea juaga sadar kalau yang di ucapkan Thariz hanya sebuah drama agsr terlihat pernikahannya ini di terima dengan iklas.

"Yauda mom, pahkita beramgkat dulu ya" Pamit Thariz setelah sarapan.

mereka berdua berangkat menggunakan mobil Thariz tentu saja Alan yang menyetir.

"Kak Radea turun depan aja ya jangan di kantor. " ucap Radea saat sudah memasuki kawasan kantor.

" Lanjut aja Lan turun depan kantor. " perintah Thariz pada Alan.

"Tidak akan ada yang tau kalau kau berangkat satu mobil denganku jadi tenang saja. "

Sesampai dikantor Alan lalu memasukan mobil milik tuannya di parkiran khusus untuk tuannya itu. seperti parkir di basemant namun hanya ada satu mobil yang terparkir disini.

"See, tidak ada yang tau kan kalau kita berangkat bersama" papar Thariz.

"Yasudah kak kalau gitu Radea masuk duluan ya sampai ketemu di dalam. " pamit Radea pada Thariz yang kini sudah sah menjadi suaminya.

***

"Aduh Ra lo kemana aja sih gue kira lo telat taunya uda di dalam, tau gitu gue nggak nungguin loe disini" Omel Sanum sahabat yang cerewet namun perhatian bagi Radea sendiri.

"Sori Num, gue uda dsri tadi sampai tapi lupa buka hp. " Kilah Radea.

"Yaudah deh ayo masuk bareng, eh Ra gue lupa semalem Indra nelpon gue nanyain elo, emang elo ada hubungan apa sama dia? " Selidik Sanum.

"Gue sebenrnya pacaran sama Indra Ra baru juga seminggu yang lalu. " jelas Radea pada sang sahabat.

"Iya gue juga nikah sama Ceo tempat kita kerja ini" ucap Radea dalam hatinya.

"Yang bener loe, kenapa nggak cerita ke gue sih? ceritain dong Ra gimana bisa? " Sanum yang kepo dengan ucapan Radea itu tidak sabar untuk mendengar cerita dari Radea yang berpacaran dengan Indra.

"Panjang Num, entar deh waktu makan siang aja. Gue keatas dulu ya! " Seru Radea. saat Sanum hendak keluar dari lift.

Ruangan Sanum yang berada di lantai tiga sedangkan Radea berada di lantai lima. yang di khususkan untuk ruangan ceo.

Radea lalu melempar tasnya di atas meja, ia lalu menyalakan komputernya memilih file yang akan di prin dan di serahkan pada Thariz.

Radea mengetuk ruangan Thariz dan yang membuka Alan. "Tuan sedang menerima tamu nona, saya akan bertanya dulu apa nona boleh masuk atau tidak."

Radea mengangguk lalu Alan masuk ke ruangan bosnya itu. "Silahkan nona masuk! " sekembalinya Alan dan tak lupa ia membukakan pintu untuk Radea.

"Sayang kesinilah" Ucap Thariz yang semangat saat melihat istrinya yang datang.

"Apa dia bilang sayang" Radea mengerutkan keningnya.

Radea melihat wanita cantik sedang berdiri di hadapan Tharitentu saja Radea sudah hafal pasti para wanitanya yang akan di outuskan lagi.

Saat Radea melihat wajah wanita tersebut ia mengingat perempuan itu, waktu itu di restoran Aeola saat itu wanita tersebut sudah di putuskan Thariz kenapa bisa ada disini.

Radea yang sudah berdiri di samping suaminya itu hanya diam. tangan Thariz yang tiba-tiba melingkar di pinggang milik Radea lalu menariknya agar Radea duduk di pangkuan Thariz membuat Radea terkejut saat itu juga.

"Apa yang kamu lakuin sayang di hadapan ku ini" Omel perempuan itu.

"Dia sekarang tunanganku tidak ada yang salah dengan yang aku lakukan" Ucap Thariz acuh, ia membelai rambut Radea dengan lembut.

"Sayang aku kekasihmu, kamu tidak bisa berbuat seperti itu padaku" Ucap perempuan itu dengan nada memelas.

"Kita sudah berpisah Veronica, kita sudah tidak ada hubungan apa-ap lagi. Ingat itu" Balas Thariz dingin.

"Kau sudah tau siapa aku kan, Thariz Pratama. Aku sudah tau apa yang kau lakukan di belakangku Ve selama ini. Kau kira aku bodoh! " ucap Thariz dingin.

"Tapi Riz aku mengandung anakmu! " kaki veronica yang sudah lemas ia akhirnya terduduk di lantai.

Radea yang mendengar perdebatan antara dua sejoli ini sebenarnya sudah muak, apalagi sampai hamil dan Thariz tidak mau bertanggung jawab.

"Baeu juga sehari jadi istrinya sudah mendapatkan drama tentang para wanitanya. " omel Radea dalam hsti.

"Itu bukan anakku, sebaiknya kau keluar dsri sini atau kau mau kubuka identitas ayah dsri anak yang kau kandung".

deg...

" Apa yang kau ucapkan Riz? " Veronics yang tak percaya apa yang di lakukan Thariz selama ini di belakangnya.

Radea yang hanya dian saja dan masih duduk di pangkuan suaminya itu. ia hanya menikmati tontonan drama di depannya tanpa berkomentar.

"Dia laki-laki yang sudah menghamilimu! " Thariz melemparkan sebuah foto laki-laki ke muka Veronika.

"Enak saja kau meminta pertanggung jawabanku, sekarang kau oergi dan jangan kau tampaakn mukamu itu padaku. " Thariz yang sudah emosi saat ini.

Veronica akhirnya pergi begitu saja dengan perasaan kesal dan malu tentunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!