Setelah El membujuknya, mengatakan ini dan itu, Asya akhirnya setuju untuk ikut bersama El ke kantor. Kini ia sedang duduk di samping El, tersenyum-senyum tanpa alasan. Tidak, bukan tanpa alasan, jelas saja karena kejadian tadi pagi membuatnya senang.
"Asya" sentak El membuat Asya terkejut. El sudah berkali-kali memanggil Asya, memintanya turun karena mereka telah sampai. Tetapi gadis itu, malah melamun dan tersenyum layaknya orang gila.
"Ma..mas El" jawab Asya terkejut. Bagaimana tidak, jarak antara dirinya dan El begitu dekat. Pasti kini El melihat wajah memerah istrinya.
"Turun" ucap El. Asya segera saja menuruti perintah tanpa mengatakan apapun, ia sudah tidak bisa menahan diri jika berada didepan sang suami.
Asya berjalan mengikuti El masuk kedalam kantor. Sesekali ia melirik sekitar, ah suasana ini, ia tidak menyukainya.
"Nyonya El, jalanmu sangat lambat" teriak El. Ia menoleh kebelakang, mendapati sang istri yang jauh darinya. Sontak saja semua mata memandang ke arah mereka.
"Bunga cantik untuk wanita tercantik" ucap seseorang sembari memberikan setangkai bunga mawar untuk Asya. Asya menerima bunga itu, ia tersenyum megah.
"Zio, perlakuan mu sangat manis, tapi aku tidak menyukainya. Jangan goda istriku, pergilah" ujar El seraya berjalan mendekati Zio dan Asya.
El menjewer telinga Zio, mendorongnya menjauh dari Asya. Ia merangkul pundak istrinya untuk kembali berjalan.
"Adik Ipar sangat manis" puji Asya diselingi senyuman.
El menghentikan langkahnya, menarik pinggang Asya untuk mendekat. Kini jarak mereka semakin dekat, bahkan Asya bisa merasakan hembusan napas El. Ah, jantung Asya kembali berdetak kencang. Tatkala El terlihat begitu tampan dan mempesona. Ia mendekatkan wajahnya, memperpendek jarak.
Cup....
Arghhhh, kecupan manis di hidung mungil sang istri. Tak hanya Asya, El membuat semua orang yang menatap mereka luluh karena perlakuan manisnya. Asya tanpa sadar menghentakkan kakinya karena begitu gembira. Sekali lagi El sukses membuat hatinya berbunga-bunga.
"So sweet" celetuk Zio yang sudah ada diantara mereka. Asya dengan senyum malunya, sedangkan El dengan ekspresi yang sama. Ah, pemuda dingin itu, bagaimana bisa membuat wanita tergila-gila? Hanya dengan perlakuannya, tanpa bumbu ekpresi, ia mampu membuat sang istri jatuh dalam dekapannya.
"Kakak Ipar ini kejutan, pagi-pagi kau sudah ada disini? Apakah ada hal penting yang akan kalian lakukan?" Tanya Zio penasaran.
"Mas El bilang, dia akan menunjukkan tentang bisnis kepadaku" jawab Asya.
"Tentu, aku akan mengajarimu. Kau tenang saja" balas Zio menyombongkan dirinya.
"Bukan kau yang akan mengajarinya Zio" sela El. Zio mengernyitkan dahinya, jika bukan dia siapa lagi yang akan mengajarkan bisnis pada Asya? Tak ada yang melebihi dirinya jika tentang bisnis di kantor ini.
"Ada. Suaminya" jawab El ketus. Ia melarang Zio masuk keruangannya. Dan mewanti-wanti Zio untuk mengetuk sebelum masuk kedalam ruangannya. Zio tentu menatap El dengan tatapan nakalnya. Pikirannya mulai memproduksi kepingan-kepingan bayangan yang akan El dan Asya lakukan. Bahkan senyuman liciknya juga mengembang dengan megah.
Asya berpikir jika semuanya akan berjalan begitu menyenangkan, tetapi ia salah. Selama tiga jam yang ia lakukan hanya bermain ponsel di sofa, memandangi suaminya yang terus berkerja. Ia mulai menerka jika El lupa akan kehadirannya.
"Mas El" panggil Asya pelan. Ia sudah berdiri disamping suaminya dengan raut wajah sedih.
"Mas El" panggilnya sekali lagi seraya menepuk pundak El.
"Asya? Kau ada disini?" Tanya El tampak terkejut.
Asya membuka mulutnya karena terkejut, ia bahkan tak bisa berkata-kata. Ia berniat untuk pergi namun El menahannya. El mencoba berpikir, sepertinya ia melakukan kesalahan. Dan seperti dugaan Asya, El memang melupakan kehadirannya.
"Maaf, aku lupa. Kerjaan ini jadi..." El ingin membuat alasan tetapi wajah Asya sudah terlihat tak ingin mendengarkan apapun.
El sangat tahu bagaimana cara membuat senyuman diwajah istrinya. Ia menarik Asya untuk duduk dipangkuannya. Mencium tangan Asya dan kembali mengucapkan kata maaf. Ia sungguh melupakan segala hal ketika sudah fokus pada pekerjaannya.
Ttookkk... tttookkk.... Ttookkk....
Pintu ruangan El terbuka. Zio masuk bersama senyum megah diwajahnya.
"Waw kejutan. Kalian berdua didalam ruangan begitu lama, aku penasaran apa yang kalian lakukan. Jadi, apakah sebentar lagi aku akan memiliki keponakan?" Goda Zio.
Asya nampak kesal, ia berdiri dari pangkuan El dan berjalan menghampiri Zio.
"Kau tau, dia bahkan melupakan kehadiranku, aku mau pulang saja. Adik Ipar antar aku pulang, kumohon" pinta Asya memohon.
"Yah, dia benar-benar parah. Tentu aku akan mengantarmu Kakak Ipar, ayo kita pergi" ajak Zio.
"Tidak" El menghentikan niat keduanya untuk pergi. Ia berjalan mendekati Asya dan Zio. Duduk disalah satu kursi dan menarik Asya kembali dalam pangkuannya.
"Mau minum gak malam ini? Kita kan gak pernah minum bareng" ajak El seraya memeluk pinggang istrinya.
"Minum? Maksud Mas El alkohol?" Tanya Asya memastikan. El mengangguk, ia menebak dari cara Asya bertanya, sepertinya sang istri belum pernah minum alkohol atau semacamnya.
Rupanya benar, sekali lagi Papa melarang. Banyak sekali larangan yang Papa tetapkan untuk Asya. Sebab dia seorang perempuan, peraturan begitu ekstra.
"Sekarang kau milikku, jadi peraturan yang harus kau laksanakan semuanya berasal dari aku" ucap El.
"Malam ini ya, sambil nonton film yang kamu tonton bareng Bunda dan Mama" goda El. Ia tak bisa menahan senyumannya jika mengingat hal itu.
Manis, tampan, Asya tak menyangka akan bisa melihat senyuman suaminya secepat ini. Rupanya suaminya memang sangat tampan dan menawan.
"Uhhum, Mas El kalau senyum kelihatan maniisssss banget" ujar Asya. Ia bahkan tak bisa menyembunyikan senyumannya. Bisa menatap El sedekat ini, dan senyuman itu.
"Kau pikir aku tidak bisa tersenyum?" Tanya El spontan. Dan Asya dengan polosnya mengangguk membenarkan hal itu. Ia memang sempat berpikir jika suaminya memiliki hati sedingin es.
"Kakak Ipar kau tidak tahu? Dia bisa tersenyum lebar saat bersama para wanita seksi di bar" sela Zio. Asya sontak menoleh ke arah Zio, matanya terbelalak tak percaya.
"Mas El suka main perempuan?" Ujar Asya tak yakin. Ia melihat suaminya bukan seperti seseorang yang suka bermain dengan kupu-kupu malam atau semacamnya.
Semakin lama hubungan mereka berjalan, perlahan setiap rahasia mulai terkuak. Sifat asli dari pasangan kita pun akan terlihat secara nyata.
"Zio, keluar" perintah El dingin. Ia menatap Zio dengan kesal, sedangkan Zio melangkahkan kakinya keluar sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Mas El, beneran? A..aku gak apa-apa kok Mas. Kata Papa, itu pasti akan terjadi padaku, karena aku seorang perempuan. Papa bilang, laki-laki butuh lebih dari satu wanita dan itu pasti. Papa juga udah ngajarin aku kok, biar jadi wanita kuat" jelas Asya dengan bibir bergetar.
"Bagus deh kalau kamu tahu" sahut El singkat.
Asya berdiri dari pangkuan El, sedang wajah sedih dan nada bergetar, ia berkata, "A..aku boleh pulang Mas? Pasti aku ganggu kerjaan Mas El kan? A..a..aku bisa naik taksi kok Mas. Sampai jumpa"
Setelah berpamitan Asya keluar ruangan dan pergi meninggalkan kantor dengan taksi yang telah ia pesan. Dan El? Membiarkan Asya pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Nia Kurnianingsih
pasangan yg aneh
ko g pd peka susminya jg seperti itu
istrinya masa iya ..20 th lo usianya
2022-02-01
1