El dan Zio memperhatikan dokter yang sedang memeriksa kondisi Asya.
"Dokter, saya mau pulang" pinta Asya lirih.
Dokter tersebut mengangguk, beliau sudah memastikan jika Asya baik-baik saja. Penjelasan tersebut juga beliau sampaikan pada El dan Zio yang sedang menunggu hasilnya.
"Dokter, uhuk-uhuk, ganteng kayak Oppa" puji Asya sembari cekikikan.
"Terimakasih Nona cantik, jangan sakit lagi ya" balas Dokter itu sebelum pergi meninggalkan ruangan.
El dan Zio menghampiri Asya. Gadis itu baru menyadari jika ia memakai baju berbeda setelah melihat kemeja suaminya yang masih basah. Asya membuka selimut dan menatap pakaian yang ia kenakan, kemudian menatap ke arah El.
"Bukan aku, suster yang gantiin" celetuk El sebelum istrinya bertanya dan berpikir yang tidak-tidak.
"Kenapa bukan Mas El? Hm.." rengek Asya seraya memanyunkan bibirnya.
Zio berpamitan pada keduanya, ia hendak pergi membeli baju untuk El dan Asya. El menatap Asya yang tersenyum riang. Ia tidak mengerti kenapa istrinya masih bisa tersenyum padahal dirinya hampir saja kehilangan nyawa. Walau masih terbatuk-batuk, Asya sama sekali tak terlihat sedih.
"Kamu hampir tiada" celetuk El dingin.
"Tidak mungkin Mas, aku yakin Mas El akan datang menolongku. Dan itu benar, uhm, uwu uwu, kayak di drakor loh Mas. Adegan tenggelam-tenggelam" seru Asya heboh.
El sangat marah mendengar hal itu. Bisa-bisanya pikiran Asya malah seperti ini. Nyawanya hampir saja melayang dan dia malah memikirkan drama. Ia juga merasa kesal karena Asya memuji dokter itu setelah ia sadar.
Asya bangun dari tidurnya, ia memposisikan dirinya duduk seraya bersandar diatas ranjang. "Papa, gak ikut kesini Mas?" Tanya Asya sembari mencoba mencari keberadaan Papanya.
"Papa pasti lagi sibuk ya Mas, kalau gak sibuk pasti jengukin aku. Hehehe" jawab Asya mencoba meyakini kebohongan itu. El mengelus rambut istrinya. Gadis yang malang, bahkan Papa lebih menyukai El daripada putri kandungnya.
"El, nih bajunya, kalian ganti baju gih. Aku mau urus administrasi dulu" sahut Zio memberikan beberapa bungkusan lalu pergi keluar tanpa singgah.
El mengambil pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi, Asya juga mengikutinya. "Aku dulu" ujar El menghentikan istrinya.
"Bareng aja" jawab Asya kembali menghampiri El. Tentu saja El menolaknya, ia secepat mungkin masuk dan mengunci pintu kamar mandi. Membiarkan Asya yang terus mengetuk dan memanggil namanya.
"Ah, Mas El gak asik banget sih, kan kita suami istri. Lihat massa gak boleh, jahat" teriak Asya kesal.
"Fix nih cewek gak waras" gumam El sembari sibuk mengganti pakaiannya.
Asya masih terus menggedor dan memanggil nama El. Mengoceh tanpa henti, tenaganya telah kembali lagi hingga bisa berteriak ria.
Ceklek...
Pintu kamar mandi terbuka, El sudah mengganti pakaiannya. Ia mengedarkan pandangannya, tak menemukan Asya dimanapun.
Zio yang baru saja datang juga tak tahu kemana Asya pergi. Ia malah berpikir jika Asya dan El berganti pakaian bersama.
"Tadi aku datang udah gak ada orang, aku pikir kalian.." jelas Zio seraya mendekatkan kedua jari telunjuknya.
"Asya" panggil El sembari menatap sekitar. Ia mencari-cari ke tempat dimana Asya bisa bersembunyi. Zio juga ikut mencari keberadaan Asya.
"ASYA" bentak El ketika mendapati Asya sedang cekikikan dibawah ranjang. El meminta istrinya untuk keluar namun gadis itu menolak. Ia tak bahkan memunggungi suaminya, tak ingin berbicara dengan El.
El yang geram, menarik pakaian Asya sekuat tenaga. Asya malah tertawa karenanya. El menatap mata istrinya dengan tatapan dingin. Bisa ia lihat tawa mengembang diwajah sang istri, tetapi tatapan mata Asya sangat sendu.
"Kau ingin pulang kan?" Tanya El seraya membantu Asya untuk berdiri. Gadis itu mengangguk riang, ia segera masuk kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Didalam mobil.....
Asya yang mengantuk tertidur pulas di belakang. Sedangkan Zio dan El sedang membahas tentang makanan. Mereka belum sempat makan karena terlalu sibuk berbincang saat di pesta.
"Mau makan dimana El?" Tanya Zio seraya memelankan mobilnya menatap sekitar.
"Pinggir jalan aja, aku gak mau kalau harus bangunin Asya" jawab El singkat.
Zio kembali menatap sekitar mencari penjual makanan dipinggir jalan. Hingga mereka memutuskan untuk makan sate. Zio turun dan memesan dua porsi sate untuk mereka.
"Asya.." gumam El seraya menatap istrinya.
"Dia udah makan banyak El, perutnya sampai buncit hahaha" sahut Zio seolah tahu apa yang El pikirkan.
El mengangguk mengerti, ia kemudian melahap makanannya dengan nikmat. Pikirannya masih tak bisa berpaling dari Asya. Terlebih sikap Papa juga mengusik dirinya. El tidak mengerti, kenapa Papa begitu kejam pada Asya. Padahal Asya adalah putri kandungnya. Hanya karena Asya seorang perempuan, beliau begitu marah pada kehadiran Asya.
Tanpa perempuan, tidak akan ada anak laki-laki. Karena dari merekalah semua anak terlahir didunia.
"Mertuamu, kenapa dia begitu membenci Kakak Ipar. Dia gadis yang baik, manis, penurut dan ceria. Dia juga pandai dan memiliki banyak teman" oceh Zio tak kunjung henti.
"Zio, sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku selalu melihatnya menangis. Seperti katamu, dia gadis yang baik, apakah pernikahan ini salah?" Timpal El.
Walau tak menunjukkan raut wajah apapun, Zio tau El juga sedih karena ini. El pasti menyalahkan dirinya atas kesedihan Asya.
"Kenapa kau pusing, sangat mudah membuatnya ceria kembali. Kau ajak saja dia berciuman" saran Zio.
El yang mendengar saran bodoh itu, memegang bagian belakang leher Zio. Membuat pria itu meringis karena sakit bercampur geli.
"Jangan mengajarinya hal yang tidak-tidak Zio. Atau aku akan menghajarmu" ancam El. Zio hanya terkekeh melihat kekesalan El. Tidak ada salahnya jika mereka semakin dekat, karena mereka adalah suami istri. Lagi pula, Zio ingin melihat pengantin baru ini bahagia.
"Uhuk-uhuk" suara batuk Asya membuat kedua pemuda itu menoleh.
Terlihat Asya masih meringkuk dalam tidurnya. Zio melihat wajah Asya sedikit pucat, ia pun mendekat dan menaruh tangannya di dahi Asya. "El, badannya panas" gumam Zio.
Padahal tadi dia sangat riang, kini malah jatuh sakit. Hari ini adalah hari yang buruk untuk Asya. Bahkan hadiah dari El pun tak bisa mengalahkan semua kejadian buruk ini.
El mengambil piring Zio dan mengembalikannya pada pedagang. Setelah selesai membayar, mereka segera melajukan mobilnya pulang kerumah.
El menggendong Asya, ia baringkan dikamar. Zio datang dengan perlengkapan kompres ditangannya. Mereka saling berpandangan, tidak tahu harus bagaimana. Sebab suhu tubuh Asya semakin naik.
"Papa..Papa.. Asya sayang Papa" Asya terus saja mengigau memanggil Papanya.
Zio keluar kamar untuk menelepon dokter.
Asya perlahan membuka matanya, samar ia menatap seseorang dihadapannya. Dengan senyuman kecil, Asya berkata "Asya tau, Papa pasti khawatir"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Awan Mendung
akau yakin author nya korban kpop 😆😆😆 ....kasih saran itu yg cwe nya jgn trll kelihatan, nyosor nya thor biar agak kaleman dikit napa,...
aku jdi inget ke drama korea v lupa judul nya cwe nya ceria agresif, v hanya menutupi kerapuhan nya gitu..pasti author terinspirasi dari drama itu yea
2022-09-29
0
ww
lu nya kyk anjing, mknya dibuang
2022-09-21
0
ww
wanita anjing
2022-09-21
0