Asya sangat bosan dirumah barunya. Ia mencari-cari pekerjaan agar bisa mengisi waktu luangnya.
"Mbak, kalau nanam bunga disini, Mas El marah nggak?" Teriak Asya seraya menunjuk bagian luar rumah El yang gersang. "Mas El gak suka bunga Nya" jawab Mbak Ipah.
Gadis itu memutar bola matanya malas. Banyak hal yang tak El sukai dan itu adalah hal yang Asya sukai.
Asya mendapatkan telepon dari seseorang, ia bergegas pergi setelah menerima telepon tersebut. Tanpa mengganti pakaiannya dan tak membawa apapun selain ponselnya. Gadis itu hendak memesan ojol tetapi Pak Agus telah siap mengantarkan kemanapun Nyonya nya pergi.
Di dalam mobil.....
"Mas El mobilnya dua Pak?" Tanya Asya yang penasaran. Ia heran mengapa suaminya memiliki dua mobil, dan mengapa ia menyetir sendiri padahal memiliki seorang supir.
"Iya Nya. Baru loh ini Nya, baru datang dua hari yang lalu. Tuan bilang mobil ini hadiah untuk Nyonya. Tuan juga berpesan, saya harus mengantar Nyonya kemanapun Nyonya pergi, karena itu Tuan menyetir mobilnya sendiri" jelas Pak Agus panjang lebar.
Hati Asya meleleh mendengar penjelasan Pak Agus. Senyum dibibirnya tiba-tiba saja terukir tanpa sebab. Manis, perlakuan manis seperti didalam drama. Ia sangat menyukainya hingga begitu heboh didalam mobil mengembangkan senyuman lebar.
"Pak, aku akan lama disini. Pak Agus pulang saja, karena aku harus bekerja. Terimakasih" ujar Asya lalu pergi memasuki kafe.
Pak Agus hanya menuruti perintah Nyonya nya, ia pun pergi sesuai permintaan Asya.
Asya memang memiliki pekerjaan sebagai waitress di sebuah kafe. Tetapi dia bukanlah pekerja tetap, ia hanya melakukannya saat ada event di kafe, itu pun bersama teman-temannya. Bukan tanpa sebab ia bekerja, karena Papanya tak akan memberikan Asya uang lebih dari apa yang sudah beliau bersikap setiap bulannya.
Perawatan, ini dan itu, kebutuhan Asya semakin banyak. Mengharuskan dirinya mencari pekerjaan untuk itu semua. Sang Kakak tidak akan bisa membantu Asya karena Papa bisa mengetahui semuanya.
Asya telah berganti pakaian, ia sangat merindukan Jihan dan Gita. Sudah seminggu mereka tak bertemu karena pernikahannya.
"Wah, berseri-seri nih pengantin baru" celetuk Jihan. Gita memeluk Asya sangat erat, ia sungguh merindukanmu gadis polosnya. "Suami loe, sweet banget sih, jadi pingin nikah muda juga" rengek Gita manja.
"Kalian mau ngobrol atau kerja?" Sela Pak Manager kafe. Mereka bertiga sontak berdiri dengan tegak dan segera bubar ke tempat yang telah ditentukan.
Dengan ramah dan penuh senyuman, Asya melayani setiap tamu yang datang.
Pukul 23:00.....
Asya, Jihan dan Gita keluar dari kafe, mereka hendak memesan taksi.
Plakkk....
Tiba-tiba saja Papa Asya datang dan menampar putrinya. Beliau terlihat sangat marah. "Kamu ini, anak gak tau diri, kamu itu seorang istri. Apa pantas keluyuran hingga semalam ini tanpa memberitahu suamimu? El mencarimu sampai kerumah Papa" bentak Papa Asya.
Pria itu menarik anaknya dengan kasar untuk masuk kedalam mobil. Meninggalkan kedua teman Asya yang hanya bisa menatapnya sedih.
Selain pemarah, Papa Asya juga sangat ringan tangan. Ia tak segan-segan memukul putrinya jika dirasa melakukan kesalahan. Asya hanya bisa diam memegangi pipinya yang memerah. Sembari menahan tangis mendengar omelan Papanya yang tak kunjung henti.
"Kamu mau jadi pel*cur? Mau jadi cewek murahan? Untuk apa kamu keluyuran, Papa sudah bilang jadi istri yang baik. Jangan mencari alasan ini dan itu untuk keluar rumah" bentak Papa sekali lagi. Beliau lalu menyuruh anaknya turun dan masuk kedalam rumah. Karena El pasti sudah menunggunya.
Asya memandangi mobil Papanya yang berlalu pergi, dengan tetesan air mata yang tak bisa ia bendung. Sakit, perih, hati Asya terluka. Papa mengatakan hal yang begitu kejam padanya.
Ceklek...
Suara pintu terbuka membuyarkan fokus El yang sedang bekerja di ruang tamu.
"Kamu darimana?" Tanya El.
"Maaf Mas, aku tadi kerja" lirih Asya mencoba menahan tangisnya.
Terdengar hembusan napas kasar dari El, ia berusaha menahan amarahnya. Sebab Asya tak mengabari dirinya sama sekali. El menatap istrinya yang terus menunduk sambil memegangi pipinya. Ia menarik tangan Asya, ada bekas merah di pipi.
"Ini kenapa?" Tanya El mencoba memperhatikan pipi Asya. Itu adalah bekas tamparan, El tau benar.
Bisa ia rasakan tangan istrinya gemetar, sekali lagi ia melihat air mata jatuh dipipi Asya. Walau Asya berusaha menyekanya, El lebih dulu melihat air mata itu. Senyuman pilu terukir kecil diwajah Asya, mencoba menyembunyikan semuanya dari sang suami.
"Kamu pulang sama siapa?" Tanya El sekali lagi.
"Papa" jawab Asya lalu berlari masuk kedalam kamarnya. El mantap istrinya yang berlari menjauh. Ia menutup pintu dan kembali pada pekerjaannya.
Sedangkan Asya, ia menangis didalam dikamar. Meredam suaranya dengan bantal, batinnya terluka. Tidak, ini bukan pertama kalinya. Papa sering melakukan ini, tapi kenapa? Kenapa perkataan Papa begitu menyakitkan menuduhnya tanpa bukti apapun. Sehina itukah Asya, sebenci itukah Papa, apa kesalahan Asya?
Asya juga tidak ingin menjadi seperti ini. Penyesalan demi penyesalan ia renungkan setiap waktu. Ia tak ingin hidup seperti ini, bukan dia yang meminta untuk dilahirkan di keluarga Papa. Jika ia bisa, ia juga ingin lahir sebagai seorang laki-laki, seperti para Kakaknya.
"Pa, kenapa? Asya juga mau jadi kebanggaan Papa? Apa salah Asya? Terlahir didunia ini? Mengapa Papa begitu membenciku, apa aku pembawa sial, apa aku hanya beban, apakah Asya harus pergi? Asya tidak bisa menahannya lagi Pa. Asya hanya seorang diri, hati Asya sakit, terluka" lirih Asya dalam tangisnya.
El menatap istrinya dari balik pintu, ia mendengar semuanya. Beban sebesar itu, bagaimana bisa gadis itu menanggungnya seorang diri? Di usia semuda ini? Dia belum tahu kerasnya didunia, tapi sudah lebih dulu terluka. Sekeras-kerasnya batu, air dapat mengikisnya. Sekuat apa hati seorang gadis yang belum tahu kerasnya hidup di dunia nyata.
"Asya, kini aku mengerti, kenapa kau selalu mengkhayal menjadi seorang putri. Kehidupan indah yang sering kau lihat dalam drama, tak bisa kau rasakan di kehidupan nyata" gumam El.
"Kau memang remaja bodoh yang suka mengkhayal" imbuhnya kemudian pergi meninggalkan menuju ruang tamu. El kembali melanjutkan pekerjaannya.
Berulang kali ia mencoba untuk fokus, namun Asya membuyarkan semua usahanya. El mulai terusik dengan kehidupan Asya. Ia ingin tahu, alasan Papa Asya begitu kasar pada putri satu-satunya, putri bungsunya.
Pada akhirnya El memutuskan untuk menghubungi Zio, orang kepercayaan El, sekaligus sahabat karibnya sejak SMP.
Zio : "Halo, tumben malam-malam gini telepon? Kangen ya?"
El : "Hm, Zio, cari tahu segalanya tentang keluarga Dirgantara"
Zio : "Keluarganya Kakak Ipar? Tapi kenapa?"
El : "Cari tahu dulu, besok kita bahas"
El menutup teleponnya begitu saja. Ia kembali mencoba fokus untuk melanjutkan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Neneng cinta
kok aku mewek ya...😭
2022-11-14
0
Karate Cat 🐈
bapakne lucknut 😡
2022-09-27
0
Sinsi Kagawa Clalu ChayankRamzy
hhhmmmmm
2022-04-25
0