Dokter telah datang dan memeriksa Asya. Beliau memberikan resep obat untuk gadis malang ini. Setelah mengantar dokter, Zio pergi untuk membeli obat.
El mengirimkan pesan pada Mama dan Bunda. Ia tak ingin mengganggu tidur mereka karena menelepon. Pesan yang berisikan informasi mengenai keadaan Asya saat ini. Tak lupa El juga berpesan agar Mama mengajak Papa. Asya jelas merindukan Papanya.
Setelah menerima suntikan dari dokter, Asya akhirnya tertidur pulas. Dan kedua pemuda ini, duduk diruang tamu, menjaga Asya sambil mengerjakan pekerjaan mereka.
Hari berganti pagi....
Asya masih tertidur pulas. Ipah sudah mulai memasak dan membersihkan rumah. El dan Zio juga sudah mulai bersiap untuk berangkat ke kantor.
"El, Asya" panggil Mama yang baru saja tiba bersama Papa.
El mempersilahkan Mama dan Papa untuk masuk kedalam. Menjamu mereka dengan sangat baik. Tak berselang lama, Ayah dan Bunda juga datang kerumah El.
"El, kau pasti terlalu bersemangat. Kau membuat menantuku sakit karena kelelahan" omel Bunda sembari memukuli putranya. Zio tertawa lepas melihat apa yang terjadi, andai saja yang dikatakan oleh Bunda itu benar.
Bunda dan Mama masuk kedalam kamar El. Mendapati Asya yang masih tertidur. Mereka mengelus putri kecilnya dengan sayang. Memanggil-manggil nama Asya agar dia segera bangun dari tidurnya.
"Asya, bangun sayang. El nakal ya, pasti dia nakal. Nanti Bunda marahi dia, bangun sayang" ujar Bunda khawatir.
"Iya benar kata Bunda. Nanti kita marahin suami kamu ya, kamu bangun dong sayang" imbuh Mama tak kalah khawatir.
El menatap Zio yang sedang tertawa sedari tadi. Ia tak mengerti mengapa para ibu ini menyalahkan dirinya. "Kenapa jadi salah ku?" Sela El kesal.
"Terus salah siapa? Kamu pasti ajak main kan setiap waktu" oceh Bunda tak kalah kesal.
"El, Mama tahu kamu kuat karena masih muda. Tapi Asya kan juga bisa capek sayang" timpal Mama.
"Kalian bahas apa? Aku gak ngerti. Ayo Zio kita pergi" sahut El mengajak Zio untuk segera berangkat ke kantor.
Kedua pemuda itu bergabung dengan Ayah dan Papa yang sedang sarapan dimeja makan. Seperti biasa, mereka selalu berbincang membahas pekerjaan. Hari para lelaki ini tak pernah luput dari pekerjaan dan pembahasan bisnis.
"Bagaimana kontrak kalian dengan CJ Grup?" Tanya Papa.
"Masih harus ketemu lagi Pa, ada hal yang masih kurang pasti" jawab El.
"Asya kamu kasih obat tidur ya El? Kok gak bangun-bangun" sahut Bunda yang ikut bergabung dengan mereka. Bunda dan Mama membiarkan Asya yang masih tidur pulas.
Kedua ibu ini memarahi para lelaki yang terus saja membicarakan mengenai perkerjaan di meja makan. Mereka berdua melayani para suami, membiarkan El dan Zio mengambil makanan mereka sendiri. Sembari terus mengomel karena Asya yang tiba-tiba sakit tanpa alasan.
El dan Zio memang tidak menceritakan bagaimana mulanya Asya bisa sakit. Mereka tak ingin jika para orang tua menjadi lebih khawatir. Bahkan Papa juga tak membahas apapun mengenai Asya.
"Mbak Ipaaah, kok aku gak dibangunin sih, Mas El udah berangkat ya? Aku kan harus ke kampus ada ulangan" teriak Asya yang turun tergesa-gesa dari tangga.
"Tadi Mas El udah sarapan belum? Gak ada yang ketinggalan kan barangnya? Kok Mas El gak bangunin aku sih Mbak? Pak Agus Mana? Aku harus sampai kampus, terlambat nih" oceh Asya diselingi oleh batuk.
Asya yang sibuk merapikan pakaiannya, mendongak menghadap ke arah meja makan. Berapa terkejutnya ia melihat seluruh keluarga ada disana. Memandangi dirinya dengan heran.
"Asya, kamu masih kuliah? Kamu lupa Papa bilang apa?" Sentak Papa seraya berjalan menghampiri Asya.
Amarah memancar dari mata Papa, Asya yang takut melihatnya mulai melangkah mundur menjauh.
"Pa, aku yang nyuruh Asya buat lanjut kuliah" celetuk El. Kini semua orang berbalik memandangnya. Asya yang merasa memiliki kesempatan, berlari sekencang mungkin melewati Papa. Ia dengan cepat bersembunyi dibalik tubuh El.
El memegang dahi Asya, panasnya telah turun. Tapi El masih tidak yakin untuk membiarkan Asya pergi ke kampus. "Mas El, aku ada ujian" bisik Asya pada suaminya.
"Tapi kenapa El? Sudah biarkan saja, dia hanya akan bermain-main di kampusnya. Lebih baik dia berada dirumah, les memasak atau menjahit untuk menjadi istri yang ideal" sahut Papa.
"Dirga, biarkan saja. Sekarang Asya adalah tanggungjawab El, kau tidak perlu ikut campur" balas Ayah.
"Tapi Mas..." Papa hendak menyangkal, tapi Ayah sudah menatapnya tajam. Beliau tak ingin ada keributan dipagi hari.
Asya sangat senang mendengar Ayah menyetujui keputusan El. Ia memeluk Ayah dan berterimakasih. "Iya, jangan kecapekan ya, nanti kamu sakit lagi" nasihat Ayah seraya menepuk pelan kepala Asya.
Gadis itu menyukainya, kasih sayang dari seorang Ayah. Hangat, menenangkan hati.
"Asya ayo" seru El. Zio dan Asya segera berpamitan dan mengikuti kemana El pergi.
Kini giliran El yang menyetir, dan Zio duduk dibelakang seorang diri. Asya meminta El menyetir dengan cepat karena ia sudah terlambat.
"Mas El, aku masuk dulu ya" pamit Asya saat mereka telah sampai di kampus. El menahan tangan Asya, menariknya untuk mendekat. Gadis itu menatap El dengan bingung.
Cup...
Satu kecupan mendarat di kening Asya. Gadis itu tertawa riang lalu pergi dengan senyuman. Asya berlari sekuat tenaga menuju kelasnya.
"Ehm.. jadi kau sudah memutuskan untuk memilikinya?" goda Zio.
"Kau benar, dia sangat mudah tersenyum. Harusnya aku tahu, dia menyukai hal-hal seperti ini" ujar El.
"Tunggu apa lagi? Lakukanlah dan beri aku keponakan" sahut Zio dengan tawa liciknya.
El menatap tajam kearah Zio, menyuruhnya untuk bertukar posisi. Masih pagi tapi Zio sudah membuatnya kesal. Segera setelah berpindah posisi, mobil mereka melaju menuju kantor.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Asya masuk kelas tepat waktu, lima menit sebelum dosennya datang. Bersyukur ia tak harus kena marah hari ini.
"Loe tumben Sya datangnya mepet banget?" Tanya Jihan seraya menyantap makanannya.
"Iya tadi gue ketiduran, untung Mas El nyetirnya bisa cepat" jawab Asya.
Seseorang tiba-tiba saja datang lalu menjambak rambut Asya. "Masih hidup loe? Gue pikir udah mati tenggelam" ujar wanita tak tahu malu.
"Apa'an sih loe?" Bentak Gita seraya menarik tangan wanita itu dari rambut Asya.
"Cih, jadi loe udah nikah? Udah punya suami masih aja kegatelan" maki wanita itu lagi.
"Kesya cukup, kenapa loe selalu ganggu Asya. Pergi sana" sela Nando yang hadir diantara mereka.
Kesya bergelayut manja di lengan Nando. Sembari mengatakan jika Asya sebenarnya sudah memiliki suami. Tapi Asya terus saja menggoda Nando. Ia bahkan menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Asya semalam di pesta. Dengan gaun selutut, tidak seperti Asya sederhana yang Nando kenal selama ini.
"Terus urusan loe apa? Dia gini aja cantik, apalagi dandan. Kalau loe iri mending permak sana muka loe. Hush, centil banget jadi cewek" maki Nando sembari mendorong Kesya menjauh darinya.
Kesya merasa kesal, dan pergi bersama kedua temannya.
"Kamu gak apa-apa kan Sya?" Tanya Nando seraya mengelus kepala Asya. Gadis itu mengangguk dan berterimakasih karena Nando telah membelanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
Ini si cewek resek gak dikasih pelajaran gitu...??? masa dibiarin bebas btkeliaran gangguin orang terus..
2024-05-02
0
Soerya Abdul Soerya
Hmmmmmmmmm msih nyimak thorr
Tetap semangat 💪💪
2022-09-27
0