Seminggu setelah pertemuan hari itu.
Asya sedang berada di kampus, berbincang bersama temannya, Gita dan Jihan. Gita dan Jihan adalah sahabat karib Asya, mereka sudah berteman sejak kecil. Karena Mama mereka juga memiliki pertemanan yang sama seperti anak-anak mereka.
Mereka bertiga selalu pergi kemanapun bersama-sama. Seperti tak pernah terpisahkan, walau salah satu diantara mereka memiliki kekasih, waktu untuk persahabatan mereka tak pernah berkurang. Terkadang teman-temannya memanggil mereka anak kembar karena terus bersama kemanapun mereka pergi.
Asya sudah menceritakan semua yang terjadi kepada sahabatnya itu. Mereka juga merasakan kepedihan yang Asya alami. Walau begitu, kedua teman Asya, berusaha sebaik mungkin untuk menghiburnya.
"Udahlah Sya, gak usah pusing terima aja. Lagian nikah enak loh" ujar Gita sembari memakan makanannya. Asya terdiam, ia tidak yakin dengan pendapat Gita. Bagaimana bisa itu enak, ini bukan makanan. Lagipula, jika harus mengorbankan impian, bukankah itu hal yang buruk.
"Benar kata Gita. Nikah itu enak loh, bisa enak-enak sepuasnya. Hahaha" goda Jihan seraya melakukan tos dengan Gita. Keduanya begitu kompak menggoda Asya. Asya sangat malas jika kedua sahabatnya menggoda dia seperti ini. Karena kedua sahabatnya tak akan pernah membiarkan Asya, sebelum dirinya benar-benar kesal.
Gita mengedarkan pandangannya, matanya menangkap satu sosok tampan yang sedang berdiri bersama seorang wanita. "Gila, si Eci, cowok mana lagi tuh? Tapi yang ini ganteng pake banget, anjir deg-degan jantung gue" heboh Gita. Jihan dengan sigap menoleh ke arah pandang Gita, ia juga berteriak histeris menatap cowok tampan itu.
"Sya, Sya Oppa Oppa" teriak Jihan seraya menepuk-nepuk lengan Asya. "Mana Oppa? mana? mana?" Ujar Asya yang ikut heboh.
Eci dan pemuda tampan itu berjalan mendekati mereka bertiga. Eci terlihat begitu ceria dengan lambaian tangannya. Gita dan Jihan mulai menelisik, mencari tahu pemuda tampan disamping Eci. "Jangan tanya gue, tanya Asya nih. Dia nyari Asya" jawab Eci dengan santai.
Pemuda itu berterimakasih pada Eci, lalu Eci pun pergi meninggalkan sang pemuda yang sedang memandangi Asya. "Hp kamu mati ya? Aku telepon gak bisa" ujar pemuda itu datar.
Asya terkejut, ia langsung merogoh sakunya, menggeledah tas mencari ponsel miliknya. Gadis itu hanya bisa cengengesan, karena ponselnya mati kehabisan baterai. "Bisa kita pergi? Aku merasa tidak nyaman berada disini" ujar pemuda itu lagi.
"Kemana Mas?" Tanya Asya bingung. Pemuda itu tak menjawab, ia langsung saja menarik tangan Asya. Sayangnya, Gita dan Jihan menghentikan pemuda itu.
"Maaf ya Mas, kita tahu anda tampan dan menggoda. Tapi Asya bukan cewek sembarang, jadi lepasin dia. Atau gue bakal teriak nih, gue teriak nih ya" ancam Gita berusaha melepaskan genggaman tangan pemuda tersebut. Jihan juga membantu aksi Gita.
"Heh kalian, lepasin tangannya, dia Mas El, calon suamiku" ujar Asya. Gita dan Jihan segera melepaskan tangan mereka dan berjalan kebelakang Asya. Kini mereka berdua menyalahkan Asya karena tindakan bodoh mereka. Asya hanya bisa menahan tawa, melihat wajah panik kedua sahabatnya.
"Boleh saya ajak dia pergi sekarang?" Tanya El dengan ramah. Gita dan Jihan mengangguk cepat, mereka membantu Asya berkemas dan mendorong gadis itu agar segera pergi manjauh.
Kedua gadis itu berdiri saling bertatapan, lalu tertawa kegirangan. "Heh gue pegang tangannya, wangii deh, cowok ganteng emang gitu ya" celetuk Jihan heboh. "Iya, tangannya aja wangi, apa lagi yang lain. Emh gemes gue" timpal Gita tak kalah heboh. Mereka berdua begitu asik membicarakan calon suami Asya tanpa peduli orang-orang disekeliling yang menatap mereka dengan aneh.
Asya berjalan dibelakang El, ia tak ingin bertanya, takut mengusik kesibukan pria didepannya. El terus saja menerima telepon dan berbincang serius. Asya menjadi ragu bahkan hanya sekadar untuk bertanya.
"Bocil, mau kemana? Kamu udah gak ada kelas lagi?" Tanya seorang pemuda yang menghampiri Asya saat dirinya hendak masuk kedalam mobil El. "Nando, iya aku udah gak ada kelas. Ini mau pergi, ada apa?" Ujar Asya dengan ramah.
Nando adalah teman Asya sejak SMA. Mereka sangat dekat, Nando juga sangat baik pada Asya. Sebab pemuda itu telah menyimpan rasa pada Asya sejak duduk dikelas tiga SMA. Walau Asya tak pernah menyadari itu, ia menganggap kebaikan Nando karena mereka adalah teman lama. Tetapi, Jihan dan Gita tahu semuanya.
"Gak apa-apa, hati-hati ya" ucap Nando seraya menepuk pucuk kepala Asya. Ia pun pergi berlalu bersama teman-temannya.
Asya membuka pintu mobil dan masuk kedalam. Ia masih melihat El yang sibuk menelepon. Gadis itu menunggu sembari bersenandung kecil menatap kerumunan orang dihadapannya.
"Ini" kata El sembari memberikan power bank pada Asya. Gadis itu menerimanya, kemudian mulai mengisi daya baterai ponselnya.
El mulai melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Tempat yang tidak pernah Asya datangi sebelumnya. Tak ada pembicaraan diantara mereka, El yang fokus menyetir, sedangkan Asya memainkan jarinya sambil menatap jalanan.
"Ehm, laki-laki tadi itu pacar kamu?" Celetuk El memulai pembicaraan. "Bukan, cuma teman" jawab Asya singkat.
El melirik Asya singkat, ia sedikit ragu dengan jawaban Asya. Sebab, El melihat ada rasa cinta yang begitu besar dalam mata Nando untuk Asya.
"Kita mau kemana sih Mas?" Kini giliran Asya bertanya. El tidak menjawab pasti kemana tempat tujuan mereka, ia hanya memberitahu Asya akan pergi ke suatu tempat.
Asya kembali merasa bosan karena perjalanan yang cukup jauh, dan kemacetan yang amat menyebalkan. Hari masih siang, di jam seperti ini pastilah jalanan macet karena banyak orang yang akan pergi makan siang. Gadis itu terus menatap jendela disampingnya, memperhatikan seorang anak kecil yang mengamen dibawah panasnya terik matahari.
"Kasihan ya, padahal dia masih kecil" gumam Asya sedih. Gadis itu lalu merogoh sakunya mencari uang untuk diberikan ke si pengamen kecil. Karena tak menemukan uang disakunya, gadis itu mengambil dompet didalam tasnya. Dompet yang hanya berisikan lembaran merah.
"Tunggu, kasih ini aja" ujar El seraya memberi Asya lembaran uang lima ribu. "Itu kebanyakan" imbuh El lagi.
Gadis itu menatap pemuda dihadapannya dengan banyak pertanyaan. Bagaimana bisa itu terlalu banyak, sedangkan El adalah seorang yang memiliki begitu banyak uang. Asya menolak uang itu, ia tetap mengambil selembar berwarna merah dari dalam dompetnya.
Asya menurunkan kaca mobilnya, menatap anak kecil itu dengan ramah. "Adik, ditabung ya" ucapnya sembari memberikan uangnya. Asya melarang anak itu untuk melihat, dan menyuruhnya untuk langsung dimasukkan ke dalam saku. "Terimakasih kakak cantik" puji si pengamen kecil lalu pergi menghampiri mobil lain.
"Kamu buang-buang uang" kritik El kejam. "Mas, itu bukan buang-buang uang. Kan uangnya bermanfaat bagi orang lain" jelas Asya dengan ramah.
"Kalau mereka mau uang, ya harus kerja. Mau uang banyak kok gak mau usaha. Itu namanya omong kosong" balas El. Pemuda itu segera melakukan mobilnya setelah jalanan sedikit lengang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ginting
betul tuh kata si El...
2022-09-22
0
Sinsi Kagawa Clalu ChayankRamzy
nyimak aja dulu
2022-04-25
0