"Mas El hujaaan" teriak Asya setelah merasakan rintik air yang jatuh. El berlari sekuat tenaga, ia tak ingin jika istrinya kehujanan. Terlebih Asya masih belum sepenuhnya sembuh.
Asya mendekap El dengan sangat erat, ia benci kala kilatan petir menyambar. Asya menenggelamkan wajahnya pada punggung El, menutup mata dan berharap mereka segera sampai dirumah. Rintik hujan semakin deras, mereka sudah basah kuyup.
Ketika sampai dirumah, El menurunkan Asya dari punggungnya. Ia menatap wajah polos itu. "Kau takut petir? Kenapa ada banyak hal yang kau takuti?" Tanya El.
Asya menunduk dan memanyunkan bibirnya. El benar, ada banyak hal yang Asya takutkan. Mungkin itu juga alasan mengapa Papa tak begitu menyukai dirinya.
"Ayo masuk ganti baju, nanti kamu tambah sakit" ujar El. "Ganti baju bareng? Mauuuuu" sorak Asya gembira.
El segera membuka pintu, menarik Asya untuk masuk dan mengunci pintunya kembali. Istrinya memang tak memiliki otak, bagaimana jika tetangga dengar, gadis bodoh.
Asya mengikuti El masuk kedalam kamar. Setelah El mengambil baju, ia pergi berganti pakaian di kamar mandi bawah. Sedangkan Asya, El menyuruhnya berganti pakaian di kamar mandi dalam.
"Dasar, Mas El gak asik" gerutu Asya lalu masuk kedalam kamar mandi.
Asya membasuh tubuhnya dengan air hangat, ia sangat senang bermain di kamar mandi, hingga lupa waktu.
"Asya, apa kau tertidur?" Teriak El yang sudah menunggu satu jam lamanya.
Ddoorrr....ddooor...dooor
El terus menggedor pintu kamar mandi. Mengantisipasi bila saja ada hal buruk yang terjadi pada istrinya.
"ASYA" teriak El dengan penuh rasa kekhawatiran.
Ceklek ...
"Ada apa sih Mas? Kenapa teriak-teriak? Kalau tetangga dengar gimana?" Oceh Asya yang baru saja membuka pintu kamar mandi.
El menatap istrinya yang keluar dari kamar mandi hanya dengan selembar handuk. Handuk putih yang membalut tubuh mungilnya.
Duuuuaaaaarrrr....
Kilatan petir tiba-tiba saja menyambar dengan kencang. Asya terkejut dan langsung memeluk El yang ada dihadapannya.
Gelap. Lampu rumah mereka juga ikut padam karenanya. El membalas pelukan Asya, namun ada yang aneh, ia mencoba meraba punggung istrinya. Kosong, halus, Asya tak mengenakan apapun disana.
"Asya, handukmu terlepas?" Tanya El spontan.
Asya kembali menenggelamkan kepalanya ke dada El, ia merasa malu. Walau mereka tak dapat melihat apapun karena gelap, tetap saja Asya merasa malu karenanya.
"A..a.aku cari handuknya, Mas jangan lepasin tanganku ya, aku takut" ujar Asya terus menggenggam erat tangan El.
Asya meraba-raba lantai, mencari handuknya yang terjatuh. Setelah cukup lama ia menemukannya dan kembali melilitkan handuk pada tubuhnya.
"Mas El bawa hp gak? Nyalain senter, mau ambil baju" ucap Asya. El merogoh kantongnya, mengambil ponsel yang sedari tadi ia simpan. Karena Asya kehilangan handuk, ia jadi urung untuk menyalakan lampu senter.
El menerangi sebagian ruangan, mencari lemari Asya. Asya mulai mencari-cari pakaiannya didalam lemari.
"Mas El, bajuku kok jadi gini semua" celetuk Asya seraya menunjukkan pakaian yang bukan miliknya. Pakaian ketat dan super pendek. Asya tak pernah memiliki pakaian seperti ini sebelumnya, karena Papa pasti akan memarahinya jika memakai baju seksi dan tak menutupi tubuhnya.
"Pasti Bunda dan Mama. Udah pakai itu aja, nanti kita cari baju kamu" perintah El.
"Boleh pakai gitu Mas? Kalau Papa tau nanti marah" sahut Asya. El mengambil baju dan memberikannya pada Asya, lalu mendorong istrinya untuk masuk kedalam kamar mandi. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi, Asya bisa sakit jika tak memakai baju.
Sembari menunggu Asya berganti pakaian, listrik akhirnya kembali menyala. El kembali berbaring di ranjang, memainkan ponselnya, memeriksa setiap email yang masuk.
"Hooam, jadi ngantuk deh, males makan" celetuk Asya lalu berbaring disamping El.
El memandangi istrinya, ah, lekuk tubuh Asya mulai menggodanya.
"Sya, kamu boleh pakai baju apapun. Tapi kalau bajunya terlalu seksi, jangan keluar kamar, pakai didalam saja" pinta El. Ia pun mengikuti istrinya berbaring diatas kasur.
"Kok gitu? Terus percuma dong gak ada yang lihat" sahut Asya.
"Ada aku kan. Kamu lihatin ke siapa? Cuma aku yang boleh lihat" balas El. Perkataan manis itu, sangat romantis walau raut wajah El tetap datar saat mengatakannya.
Asya tertawa kecil, ia lebih memilih diam dan mencoba untuk tidur. Dalam hitungan detik, keduanya tertidur dengan lelap.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Pagi menjelang, El dan Asya masih tertidur pulas. Karena semalam mereka tidur terlalu larut.
Ttookk... Ttokkkk... Ttookkk....
Terdengar suara ketukan pintu. Asya samar-samar mendengarnya, ia pun berjalan menuju pintu.
"Sayang, masih tidur?" Tanya Mama. Mama dan Bunda sudah berdiri didepan pintu kamar Asya. Mereka menatap Asya dari atas hingga bawah. Keduanya pun saling berpandangan setelah menatap pakaian yang Asya kenakan.
"El masih tidur?" Tanya Bunda mencoba melihat kedalam kamar.
"Iya Bund, semalem habis olahraga, pasti Mas El capek banget" jawab Asya dengan tawa kecilnya.
"Rin, olahraga mereka. Yaudah lanjutkan ya olahraganya. Bunda sama Mama cuma mampir sebentar kok, dah sayang" ujar Bunda. Mama dan Bunda bergantian mencium Asya lalu pergi begitu saja.
Asya kembali menutup pintu setelah Bunda dan Mama tak terlihat olehnya. Ia melihat jam, ternyata sudah jam lima pagi. Hari ini dia tidak ada kelas, tapi suaminya pasti akan berangkat ke kantor.
"Mas El bangun, mandi udah pagi" ucap Asya membangunkan El. Ia menggoyang-goyangkan tubuh El. Mencoba membuat sang suami bangun dari tidurnya.
"Mm.. Kamu kok udah bangun?" Tanya El setengah sadar.
Asya menjelaskan pada El bagaimana ia bisa bisa terbangun. Dan juga ia merasa heran dengan kedatangan Bunda dan Mama di pagi buta seperti ini.
"Kamu gak ada kelas kan hari ini? Main ke kantor aku ya" pinta El. Asya nampak ragu dengan ajakan itu. Jujur, ia tak ingin pergi kesana lagi.
"Disana kamu akan belajar bagaimana dunia bisnis" imbuh El. Ia berusaha untuk membujuk istrinya.
"Tapi Mas, bukannya aku gak mau, tapi..." ucap Asya ragu.
"Ini perintah bukan permintaan" jawab El ketus. Asya menatap suaminya, terkadang pemuda dihadapannya ini tidak pengertian sama sekali.
Asya hendak beranjak pergi, namun El menariknya hingga terjatuh di kasur. Asya menatap suaminya bingung, sedangkan El masih menutup matanya rapat.
Asya mencoba untuk pergi sekali lagi, tetapi El masih menahannya. Kini tangan El malah mengunci tubuh Asya, menariknya dalam dekapan.
"Mas El, aku mau mandi. Ada apa sih Mas?" Tanya Asya mulai kesal karena El terus menghentikan dirinya.
"Aku masih mengantuk, jangan pergi, temani aku tidur" jawab El singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Karate Cat 🐈
akibat terlalu lama ditekan keinginan dan perasaan ya.. jadi terlihat seperti bego. yg kayak gini kudu diterapi dulu.
2022-09-27
0
Ginting
menurutku Asya itu bukan bego...
tp mentalnya yg kurang......
karna selama 20thun hidup,dia dibawah tekanan dari orang tua...dan tidak ada yg membela...jdi saat ini dia seolah olah selalu mencari perhatian..
ketakutan,asal apapun di bilang keluarganya (mama,bunda,El)pasti dia nurut .....biar tidak dimarahi dan di tekan...
2022-09-23
2
Sony Phn
Gak punya otak kok di nikahi. heheheh....
2022-09-18
0