Asya kembali mengemas koper El, ia juga mengemas semua bajunya di koper. Tatapannya tak luput dari poster-poster idolanya. Ia peluk satu persatu seraya mengucapkan selamat tinggal. Tak ada yang bisa ia lakukan selain meninggalkan semua ini, karena El sudah mewanti-wanti dirinya agar tak membawa poster apapun.
"Sekarang kenapa lagi?" Celetuk El yang sukses membuat Asya terkejut.
Gadis itu menunjukkan wajah sedihnya seraya menunjuk deretan poster dikamarnya. El sekali lagi dengan tegas menggeleng. Ia tak ingin kamarnya dipenuhi khayalan konyol istrinya. Pemuda itu lalu turun membawa semua koper yang telah dikemas oleh Asya.
"Kalian mau pergi sekarang? Gak mau tinggal disini beberapa hari lagi?" Tanya Mama saat melihat El turun dengan koper-koper nya. El mengangguk pasti, mereka memang harus segera pergi.
"Mas El kan harus kerja Ma. Sini Mas, biar aku taruh mobil tasnya, Mas El sarapan dulu" pinta Asya kemudian membawa semua koper menuju mobil El.
Selepas memasukkan semua koper kedalam mobil. Asya kembali menuju meja makan, menyiapkan makanan untuk suaminya. Ia menyiapkan semua makanan hingga menuangkan minuman untuk El. Pemuda itu sedikit tak nyaman dengan perlakuan Asya, tapi gadis itu menjelaskan jika ini adalah tugas seorang istri. El tak bisa menyangkal apapun dan membiarkan istrinya berbuat semaunya.
"Kakak" panggil Aqilla seraya memainkan pakaian Asya.
"Kakak? Bukan Kakak sayang, tapi Bibi" jawab Asya berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Aqilla. "Oh tidak tidak, itu kuno, panggil Bibi Asya dengan sebutan Imo. Oke cantik?" sambung Asya kemudian mencium pipi Aqilla.
Gadis kecil itu mengangguk, tetapi raut wajahnya menjadi sedih. Ia tak mengatakan apapun pada Asya, hanya memegangi perutnya. Asya tertawa lucu melihat Aqilla, lalu membawanya menuju kamar mandi. Rupanya keponakan kecil Asya sedang sakit perut.
"Adel, massa Asya yang harus urusin anak kamu? Kamu itu.." ucapan Farel terpotong. Ia sudah lelah terus bertengkar dengan istrinya.
"Anak kamu juga Mas" sahut Adelia ketus.
Pertengkaran kecil mereka membuat suasana dimeja makan menjadi canggung. Walau begitu para ibu-ibu berusaha mencairkannya dengan menggoda El mengenai malam pertamanya. Mereka menghujani El dengan begitu banyak pertanyaan. Berbeda dengan Asya yang polos, El menjawab semua pertanyaan dengan cuek, sehingga terkesan seakan tak terjadi apapun diantara mereka berdua. Membuat para ibu itu kecewa.
Asya telah kembali bersama keponakan kecilnya, ia membantu Aqilla memberikan minyak pada perutnya yang sakit. Gadis kecil itu terus mengeluh sakit perut, membuat Asya khawatir dibuatnya. "Imo, pasti karena kemarin aku banyak makan. Habisnya makanannya semuanya enak, aku sukaaa" cerita Aqilla begitu menggemaskan.
El telah menyelesaikan makannya, ia mengajak istrinya untuk segera pergi. "Ayo" ajaknya singkat.
Asya masih mendekap Aqilla dalam peluknya, menenangkan keponakan kecilnya yang sedang sakit perut. Tapi El tak peduli hal itu, ia menyuruh istrinya untuk memberikan Aqilla pada kedua orangtuanya. "Tapi Mas.." sanggahan Asya terpotong karena El menarik tangannya untuk pergi.
Terpaksa gadis itu memberikan Aqilla pada Bunda, lalu pergi mengikuti El keluar rumah. Asya tidak mengerti mengapa suaminya begitu kasar dan dingin. Padahal Aqilla adalah keponakannya.
Mobil El melaju meninggalkan rumah begitu saja, seolah ada amarah dalam dirinya. Ia hanya berpamitan singkat tanpa basa-basi lalu pergi tanpa mendengar balasan apapun dari keluarganya.
"Mas, ada apa? Mas El kelihatan marah" tanya Asya ragu. Ia mencoba membuka pembicaraan.
Jawaban El hanyalah gelengan kepala, ia tak mengatakan apapun. Lebih tepatnya ia tak ingin membahas apapun dengan Asya. Asya mencoba mengerti, berpikir jika suaminya sedang lelah. Ia pun mulai mencari kesibukan di dalam mobil. Benar, menonton drakor kesukaannya.
Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba saja ada panggilan grup masuk di ponsel Asya. Siapa lagi jika bukan kedua sahabat karibnya itu.
Asya : "Halooo, kangeeen"
Jihan : "Samaa, gimana pernikahan loe? Lancar kan?"
Gita : "Malam pertamanya juga gimana? Asyik kan?"
Asya : "Iya lancar kok, padahal aku cantik benget kayak putri, tapi kalian gak bisa lihat sedihh deh"
Jihan : "Kita udah lihat kok, dari insta story nya Mas Galen. Cantik banget Asya kita"
Gita : "Omo Omo, bener cantik bangeeet"
Asya : "Tau gak, bener kata kalian. Mas El juga punya abs kayak oppaaa gemes aku tuhhh"
Mendengar perkataan Asya, El segera menarik ponselnya. Mematikan obrolan sang istri dengan para sahabatnya.
"Lohh, apa sih Mas? Kan aku lagi teleponan" rengek Asya meminta ponselnya.
"Aku kasih, tapi gak boleh bahas itu lagi. Sya, jangan ceritakan hal pribadi" perintah El dengan nada dinginnya. Asya mengangguk cepat, ia berjanji tidak akan menceritakan hal seperti itu lagi pada teman-temannya.
Ponsel itu akhirnya kembali pada tangan Asya. Ia memulai panggilan lagi dan meminta maaf karena teleponnya terputus. Gadis itu menghentikan pembicaraan mereka mengenai El, dan kembali membahas mengenai pernikahan Asya. Ia juga menceritakan betapa baiknya sang suami yang hendak merayakan kembali pernikahan mereka hanya untuk teman-teman Asya.
Jihan dan Gita kembali memuji betapa baiknya El. Walau mereka tak mengenal El, tapi wajah tampannya menjelaskan semuanya. Mereka sangat asyik berbincang ria hingga lupa waktu. Bahkan Asya tak sadar jika dirinya telah sampai dirumah barunya.
"Turun" celetuk El. Asya mengakhiri teleponnya dan turun mengikuti sang suami.
Pak Agus dan Mbak Ipah sudah menunggu mereka, mengeluarkan semua koper Nyonya dan Tuannya.
Asya mengikuti El masuk kedalam kamar. Kamar yang bersih dan semuanya tertata rapi. Sederhana tapi terkesan mewah, berbanding jauh dengan kamar Asya yang memiliki banyak kehaluan disana.
"Ah, kamarnya Mas ngebosenin. Aku tata ulang ya?" Pinta Asya dengan manja.
"Tidak" Jawab El lalu pergi keluar kamar. Ia bergegas masuk kedalam mobil karena harus segera sampai di kantornya.
Meninggalkan sang istri yang hanya bisa menatapnya melalui balkon kamar. Asya melambaikan tangannya pada mobil El yang melaju semakin jauh dari rumah. "Hati-hati Mas" gumam Asya.
Kamar yang membosankan, membuat Asya enggan menatapnya lebih lama. Pikiran nakalnya mulai berkelana. Karena sang suami tak dirumah, ia berinisiatif untuk mengatur ulang semuanya.
"Nyonya, Maaf, tapi Tuan tidak suka jika kamarnya tidak sesuai keinginannya" ucap Mbak Ipah setelah mendengar permintaan Asya yang ingin merubah kamar.
Seringkali Mbak Ipah kena omelan El hanya karena memindahkan beberapa barang. Sebab El menjadi kesulitan menemukan apa yang ia cari, itulah sebab ia tak ingin mengubah apapun.
"Baiklah Mbak, aku tidak akan merubah apapun" balas Asya sedih. Ia mulai menata pakaiannya di dalam lemari. Rupanya El telah menyiapkan sebuah lemari untuk pakaian Asya.
Terkadang terlihat baik, terkadang sangat kejam. Asya masih tidak mengerti, seperti apa suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments