Mobil Box melaju kesebuah pabrik tua. Pabrik tua itu terlihat sudah tidak terurus selama puluhan tahun. bahkan pintu besi sudah berkarat.Riki menyuruh untuk parkir agak jauh dari lokasi pabrik. Riki mengeluarkan beberapa headset, dia memberikan kepada Moris, Seir, dan Pak Jian. Riki kemudian mengeluarkan sebuah piringan dan kotak dengan controler analog. lalu mengambil laptop yang ada di mobil. Setelah tombol di tekan piringan tersebut terbang.
"Moris, Seir, kendalikan benda ini. dengan ini kita bisa melihat pergerakan musuh dari layar controler dan laptop." Riki menyerahkan kontroler dron pada Moris.
"Siap" Moris dan Seir senang di serahkan peralatan baru.
"Pak Jian segera hubungi Pak Savik, dan ceritakan masalah ini." Riki memerintah
"Baik"
Riki mengendap-endap,
"Moris apa ada orang di balik tembok?" Riki
"Aman, tidak ada siapa pun." Moris menjawab sedangkan Seir mengoperasikan dron.
Riki melompat pagar dan segera mencari posisi pintu masuk.
"Riki, kami sudah tidak bisa melihat apapun di dalam gedung." Moris
"Lihat 3 titik pojok kanan atas?" Riki bertanya
"Iya, lalu?" Moris
"Pilih Setting, lalu pilih kamera, Lalu pilih mode Unwall" Riki
"Wahh... ini keren sekali, kita bisa melihat siapapun di dalam gedung." Moris
"Waww... coba lihat itu kenapa ada banyak perempuan di dalam ruangan." Seir melirik sekikas monitor.
"Riki, apa boleh meminjamkan aku mainanmu ini? satu hari saja boleh ya?" Moris
"Kamu pikir aku tidak tahu? kamu cuma ingin mengintip mba-mba yang ngekos di sebelah rumah mu. Ini alat masih belum resmi di luncurkan, jangan di pakai yang tidak-tidak." Riki memarahi Moris.
"Ya kan sekalian pengujian." Moris
"Pengujian palamu." Riki
"Rik, arah lorong sebelah kanan, ada 2 orang menuju ke tempatmu." Moris memberitahukan.
Riki segera berhenti sambil menghitung jarak langkah musuh. Saat kedua orang tersebut sampai di persimpangan, Riki dengan cepat menyerang keduanya.
Buk...
Buk...
Kedua orang tersebut langsung pingsan terkena pukulan Riki. Riki melihat tidak jauh dari situ ada sebuah kotak yang ditutupi kain. Riki memastikan isinya kosong, jadi segera memasukan kedua orang yang pingsan kedalam kotak.
"Moris sudah dapatkah lokasi Elsa?" tanya Riki
"Ada di lantai 3, ikuti arahan kami. Belok kanan setelah itu jalan lurus, nanti ada tangga sebelah kiri." Moris
"Ok" Riki bergegas pergi
"Hati-hati ada 3 orang yang sedang duduk-duduk disitu." Moris
"Baik"
Riki mengikuti arah yang di sebutkan Moris. Setelah dekat, Riki mulai berjalan perlahan. Riki bersembunyi di balik tumpukan barang. Tidak lama kemudian ketiganya mulai bertanya-tanya tentang dua orang yang tadi ingin ke toilet. Karena dirasa cukup lama salah satunya ingin memastikan.
"Kok rasanya ada anak yang lari ke sana ya?" penjaga itu melihat sekilas Riki yang berlari bersembunyi. Untuk memastikan, dia mencoba meneriksa area tumpukan barang.
Bukk...
Tranggg...
Riki yang berada diatas tumpukan barang melompat dan memukul leher penjaga hingga pingsan.
"Siapa disana?" kedua penjaga mendengar penjaga yang pingsan menjatuhkan barang hingga berbunyi. Kedua penjaga menemukan Riki yang masih berdiri melihat penjaga yang pingsan.
Riki ingin lari namun tidak jadi, karena mendengar salah satu penjaga meremehkannya.
"Saya kira siapa, ternyata cuma bocah yang mau melarikan diri." ucap salah satu penjaga kemudian melangkah mendekat. "Bocah..., cepat kemari. Paman gak jahat kok." ucap penjaga berbaju ungu membujuk Riki.
Riki mendekat dan penjaga pun terlihat senang karena bujukannya berhasil. Namun yang dia tudak menyangka, Riki tiba tiba menghilang dan teman di belakannya menjerit.
"Ahhkkkkhh...., masa depan ku pecah." penjaga berbaju biru memegangi batang masa depannya. Keringat dingin bercucuran. Rasa sakitnya sulit untuk dijelaskan.
Dari belakang penjaga berbaju biru mencul kepala Riki yang tersenyum lebar. Penjaga berbaju ungu marah dan bergegas menyerang Riki.
Riki menendang bokong penjaga berbaju biru hingga terlempar ke depan dan menabrak penjaga berbaju ungu. Penjaga Berbaju ungu terbaring tertindis penjaga berbaju biru.
"Sepertinya tidak adil jika cuma satu saja yang mengalami siksaan duniawi." kata Riki menatap celah antara kedua paha penjaga berbaju ungu.
"Ja...Janggaaan.... Aaaakkkhhhhhh....." Penjaga berbaju ungu berteriak merasakan rasa sakit yang tidak tertahankan.
Tendangan Riki dengan tepat sasaran menghancurkan tongkat masa depan kedua penjaga. Selain itu tubuh kedua penjaga itu terbang menghantam dinding yang berada 5 meter di belakang ke dua penjaga. Riki segera membereskan kedua penjaga yang pingsan kemudian menutupnya dengan terpal.
"Ada berapa orang di lantai 2?" tanya Riki.
"Ada 15 orang" Jawab Moris.
"Seir, buka cup merah, tekan tombol yg berlogo bom!" perintah Riki.
"Oh yang ini. ok sudah." jawab Seir
"Sekarang di layar kontroler sudah ada titik merah. Arahkan titik ke tumpukan drum di dekat gerbang. Di kanan ada tombol hijau yang sekarang jadi merah?" Riki mengarahkan Seir.
"Ohh benar, sekarang warnanya merah. jadi ini di tekan ya?" Seir lalu dengan santai menekan tombol.
Booommmm.....
Terdengar ledakan dari arah pabrik.
"Riki kenapa kamu tidak bilang kalo ledakannya sebesar itu. Kalo ada polisi nanti kami harus bilang apa?" Seir terkejut karena ledakan yang nyaring.
"Sudah tenang, biar Pak jian yang urus itu. Perhatikan berapa musuh yang tersisa di lantai 2 dan 3." Riki berkata santai.
Semua orang di lantai 2 segera turun untuk memastikan apa yang menyebabkan ledakan.
"Sekarang hanya ada 2 orang di lantai 2 dan 2 orang di lantai 3." Moris melaporkan.
Mendengar hal itu Riki bergegas naik ke lantai 2, Namun sesampainya di lantai 2 hanya ada seorang laki-laki buta. Dengan seorang gadis yang ada di sampingnya sedang melayaninya. Sepertinya gadis itu adalah orang yang di paksa untuk melayani orang itu.
Tampak ada memar di wajah gadis itu, dan matanya sembab seperinya habis menangis. Riki mencoba mengendap-ngendap.
"Kamu sudah sampai disini, kenapa harus seperti tikus pengecut." Pria buta itu kemudian memancarkan aura dari tubuhnya.
"Aku tidak menyangka akan bertemu kultivator di sini." Riki berkata santai.
"Apa kamu takut sekarang?" Pria buta itu mengejek.
"Tentu saja tidak, kamu hanya berada di tingkat 2 pembentukan Qi. Bagiku kamu hanya semut tanpa gigi." Riki balik mengejek.
"Kurang ajar, aku akan membunuh mu jika begitu." Pria buta itu segera berdiri ingin mulai menyerang Riki.
Bukk....
Krakkk...
"Bajiingann..., kenapa kamu menyerangku saat aku belum siap?" Pria buta marah.
"Huh dasar kultivator amatiran. Baik... apakah kamu sudah siap?" Riki bertanya.
"Maju, akan ku buat kamu mengerti perbedaan kita." Pemuda buta bersiaga. Sebenarnya dia juga sedikit khawatir karena pergerakan lawannya tidak terdengar juga tendangannya sangat kuat.
Riki maju dan melesatkan tinju ke perut bawah pemuda buta. Pemuda buta menghindar namun sebuah tendangan datang dari sisi lainya.
Bbuuukkk...
Pria buta terlempar dan memuntahkan darah.
"Kamu hanya mengunakan gadis perawan untuk meningkatkan kekuatanmu. Padahal dasarmu saja masih berantakan. Terlebih jurusmu belum sempurna dasar kultivator sampah." Riki mengarahkan tinjunya untuk menghancurkan dantiannya.
"Akkkhhhhh.... Guruku tidak akan mengampuni kamu." Pria buta itu mengancam.
"Jika gurumu ingin membalas dendam, aku akan menunggunya." Riki kemudian melepaskan aura membunuh untuk menekan Pria buta.
"Ka..kamu ada di tahap apa?" Pria buta ketakutan, gurunya penah marah hingga membuatnya takut, namun perasaan yang di dapatnya saat ini lebih seperti nyawanya yang seperti benang sudah ada diantara dua mata gunting. Tinggal ditekan sedikit saja nyawanya akan putus.
"Aku harap kamu tidak lagi mendalami kultivasi sampah itu." Riki kemudian melepas tekanan miliknya. Pria buta itu segera pingsan setelah itu.
"Siapa kamu bocah?" Seorang pria dengan jaket kulit hutam mengarahkan moncong senjatanya ke arah Riki.
"Bukan siapa-siapa paman, saya hanya lupa nomor rumah teman saya." Riki tersenyum
"Apa kamu yang membunuhnya?" Pria jaket hitam mengarahkan pistolnya ke arah wanita.
"Bu..bukan saya, dii..dia yang melakukannya." Wanita itu ketakutan dan menunjuk Riki.
"Jangan bohong! Aaaa..." pria jaket hitam membentak. tapi tiba-tiba pistol sudah terlepas dari tangannya sedangkan jari telunjuknya terlipat berlawanan arah yang seharusnya.
"Dia tidak berbohong, karena memang saya yang melakukanya." Ucap Riki santai
"Ka..kamu sii.. siapa sebenarnya." Pria jaket hitam ketakutan karena Riki berjalan di udara.
"Aku penunggu gedung ini, kalian sudah mengganggu ketenangan ku. Hihihi....." Riki tertawa seperti hantu.
"Ampun... ampun mbahh..., Saya salah.. saya salah... mbah minta apa pasti akan kami penuhi. Ayam? kambing? sapi? kerbau? mobil, rumah, gadis perawan?..."
"aku mau kepalamu" Riki kesal dan memukul kepala pria jaket hitam hingga pingsan.
Riki berbalik dan ingin bertanya pada gadis yang diperbudak tadi. Namun tampaknya gadis itu sudah pingsan karena ketakutan mengira Riki hantu.
Di lantai 3, Dua orang sedang berjaga di depan ruangan, untuk melepas jenuh mereka saling berbincang-bincang.
"Paman! Paman! apa kamu lihat mami ku?" Riki bertanya.
Kedua penjaga tertegun, tidak menjawab.
"Nyet co..coba periksa apa dia beneran melayang?"
"Suu..dah Mbee, dia beneran melayang." Kata penjaga itu dengan tubuh menggetar.
Kedua penjaga itu ketakutan hingga sulit bergerak. Cairan hangat mengalir dari batang masa depan keduanya hingga membasahi lantai.
"Lohh.. Paman! ini bukan toilet kenapa kencing disini?" Riki berkata santai, namun dalam hati dia ingin tertawa terbahak-bahak. Rupanya seru juga mengerjai orang.
"Ampun... Ampun tolong jangan ganggu kami. Kami tidak tahu apa-apa, Kami disini hanya di suruh bos kami." Kedua penjaga berlutut sambil bersujud, bahkan tidak perduli lantai tempat dia sujud dipenuhi air seni mereka sendiri.
"Ohh..., Siapa bos kalian?" Riki bertanya.
"Ini... ini... Bos kami bernama Hato Petera." Jawab penjaga.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Riki
"Dia sedang berbisnis dengan Harry Douz." penjaga menjawab.
"Ok terimakasih kalau begitu, bye." Riki
"Ter....Aaaa..." belum sempat mengucapkan terimakasih Riki sudah memukul leher keduanya hingga pingsan.
"Seir, hubungi paman mu, beritahu Elsa bersama kita. Tarik kembali dron aku segera sampai."
Riki memasuki ruangan dan menemukan Elsa sedang tertidur karena pengaruh obat bius. Riki mengendong Elsa dan melompat dari jendela dan berlari di udara kemudian turun tidak jauh dari mobil yang mereka tumpangi. Tidak lama setelah Riki pergi polisi segera mengepung pabrik tua itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurul
ini monyet satunya lagi kambing🤣🤣🤣ga tau harus namain apa kayanya sih si thor
2022-04-22
0
♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️
bocil dilawan....
2022-03-06
0
Scurity MT
116..
2022-01-21
0