Sudah 1 bulan Riki menjalani latihan di hutan kuno. Riki keluar dan segera menuju rumah Savik. Riki sudah memerintahkan Savik untuk membeli beberapa oleh-oleh dan juga mengambil beberapa foto untuk Savik edit.
Riki mengubah beberapa foto yang semula hanya Savik sendiri menjadi bersama dirinya. Foto yang semula tidak ada orang berubah menampilkan dirinya sedang berpose senang.
Kemampuan editing Riki adalah salah satu yang terbaik di dunia. Profesional saja bisa tertipu apa lagi orang awam seperti keluarganya sendiri. Setelah menyelesaikan beberapa foto jika orang rumahnya meminta bukti. Riki pulang membawa beberapa oleh-oleh.
Ayah dan ibu Riki sangat senang, terutama ibunya yang sangat senang di belikan baju dan peralatan bayi yang bagus. Ayah dan ibu Riki mengajak Savik untuk makan bersama sebelum Savik pulang.
Dua hari kemudian, Ayah dan Ibu Riki sudah memakai baju yang di belikan Riki dari liburan ke luar negeri. Riki juga sudah bersiap untuk berangkat dengan kedua orang tuanya pergi ke sekolah.
Hari ini orang tua murid diundang untuk mengambil sertifikat kelusan. Sebelumnya sudah beredar kabar sekolah mereka menjadi sekolah terbaik dengan persentasi kelulusan 100%. Selain itu salah satu peserta juga dinyatakan mendapat predikat lulusan terbaik tingkat nasional. Itu sebabnya pihak sekolah membuat acara kelulusan yang berbeda.
Semua murid mencoba menebak siapa yang menjadi lulusan terbaik. Namun sampai saat ini pihak sekolah masih menutupi hal tersebut. Namun banyak pihak yang berpikir Stev Dier dari kelas 6A yang menjadi lulusan terbaik.
Saat sampai sekolah, kepala sekolah sendiri yang menyambut orang tua Riki dan menempatkannya di barisan paling depan. Di barisan paling depan Sudah ada orang tua dari Moris dan Seir.
Hal ini sedikit mengejutkan, karena orang tua Stev Dier justru berada di baris kedua. Di baris pertama adalah barisan yang di isi oleh tokoh-tokoh penting. Robie Douz Wali kota yang juga ayah Seir, lalu ada Harry Douz penguasa bawah tanah kota magir yang juga ayah Elsa, Savik sebagai pengusaha muda terkaya, Zuna Serk yang merupakan wakil kepala dinas pendidikan pusat. Atas dasar apa bocah-bocah perusuh bisa duduk di barisan depan.
Banyak yang berpikir hal itu hanya salah penyusunan. Jadi beberapa orang tua mulai meragukan kinerja panitia.
"Pak Zoun! bagaimana kalian menusun susunan tempat duduk ini." Martin Dier mengeluh.
"Tuan Dier, apa ada yang salah dengan tempat duduk anda?" Qit Zoun bertanya.
"Coba tuan Zoun perhatikan, bagaimana bisa anak-anak pintar ditempatkan di deretan kedua. sedangkan murid yang tidak punya kemampuan duduk di deretan depan." Martin Dier mengutarakan keberatannya.
"Siapa yang anda maksud tidak punya kemampuan?" Qit Zoun bingung. Dia orang yang tidak pernah membandingkan murid-muridnya. Baginya murid sekolah dasar adalah murid yang labil dan butuh banyak bimbingan untuk mengetahui potensinya. Dia pernah berbicara dengan ketiga murid yang sering berbuat ulah tersebut. Dia tahu ketiganya bukan murid bodoh, hanya saja mereka asik dengan dunianya sehingga malas belajar. Jadi dia sangat tidak suka ketika ada orang tua murid merendahkan dan membandingkan sesama murid.
"Siapa lagi kalau bukan anak dari keluarga Hanz. Bapak tahu sendiri sehari-hari dia hanya membuat ulah." Martin Dier
"Tuan Dier, sepertinya anda salah memahami. Mereka memang suka membuat ulah dan cenderung malas, tapi mereka bukan tidak berguna. Mereka berusaha keras belajar sebelum kelulusan. Jadi jangan pernah meremehkan mereka." Qit Zoun.
"Jadi maksud Bapak Zoun?" Martin Dier merasa tidak senang.
"Maksud saya sangat jelas, Mereka bisa duduk di deretan terdepan karena mereka pantas." Ucap Qit Zoun santai. Rumah Qit Zoun tidak jauh dari rumah moris. Dia melihat sendiri ketiganya belajar, setiap Sore berlatih soal-soal ujian.
Karena jawaban Qit Zoun tegas, Martin Dier hanya bisa mengumpat dalam hati. Jika dia membuat keributan, takutnya akan mengganggu keluarga Douz. Dia tidak ingin mendapat masalah dari keluarga Douz. Jadi dia segera duduk dan tidak ingin melanjutkan protes.
Acara dimulai dengan beberapa sambutan. Kemudian satu persatu nama murid dipanggil. Ibu Riki yang sedang mengandung sedikit merasa jenuh karena Riki tak kunjung di panggil. Kedua orang tua Riki juga tidak mengetahui bahwa orang yang ada di barisan depan pasti di panggil paling akhir karena merupakan murid berprestasi.
Untungnya Ibu Elsa juga mengenal baik Ibu Riki kareana memang keduanya dari sekolah yang sama saat SMA. Jadi keduanya bisa saling berbincang untuk melepas rasa jenuh.
Ibu Elsa melirik Riki, tampak Riki sedikit berbeda dari terakhir dia melihat. Ibunya Seir dan Ibunya Moris juga ikut bergabung, Ibu Seir berterimakasih karena beberapa minggu sebelum ujian Riki membimbing. Ibu Moris juga senang Moris bisa berteman dengan Riki yang mau meluangkan waktu untuk membimbing temannya.
Elsa yang mendengar hal itu sedikit terkejut. Saat dia mendengar Seir belajar kelompok di rumah Moris, dia pikir mereka hanya ingin bermain-main. Siapa sangka Ibu Moris sendiri yang menceritakan bagaimana Riki mengajari kedua temannya itu hingga benar-benar bisa lulus ujian.
Sebuah senyum terukir di bibir Elsa, sambil menatap Riki yang asik bercerita dengan Seir dan Moris. Dalam hatinya dia merasa bangga mempunyai tunangan yang bisa diandalkan. Sekarang persepsinya tentang Riki sedikit berubah. Dan benih-benih cinta mulai tersebar.
Elsa merasa Riki semakin misterius saja. Mulai awal Riki yang bodoh dan usil, sampai menjadi Riki yang pintar. Elsa bertanya-tanya apakah Riki itu sebenarnya pintar tapi hanya pura-pura bodoh?
Pada dasarnya Riki memang pintar, hanya saja Riki adalah orang yang malas untuk menonjol. Sejak kecil Riki selalu ingin tahu, jadi dia akan meneliti setiap apa yang di sukai sehingga dia malas mengurusi yang lain. Riki sangat menyukai tentang teknologi. Dia selalu membaca majalah-majalah HP, Mobil, Motor, produk elektronik. Kemudian membandingkan suatu produk dengan produk lainya. jadi dia tidak tertarik dengan pelajaran sekolah.
Sampai di sekolah menengah dia baru mengenal keterkaitan suatu pelajaran dengan teknologi. kemudian dia baru sungguh-sungguh belajar. Selain itu, ada seorang wanita yang dia sukai yang mendorongnya untuk belajar dan tampil lebih pintar.
Saat Riki mengenang masa lalunya. Tiba-tiba dia teringat dengan wanita yang membuatnya jatuh cinta sekaligus membuatnya tidak ingin mengenal cinta.
"Dikehidupan ini aku tidak akan terjebak lagi seperti dulu." pikir Riki.
Setelah lama waktu, Akhirnya murid yang masuk 10 terbaik akhirnya di panggil. Elsa menjadi terbaik ke 4, Moris menjadi terbaik ke 3, Seir menjadi terbaik ke 2.
"Sekarang kita sambut murid terbaik pertama, sekaligus peraih nilai tertinggi tingkat nasional adalah Riki Hanz."
"Kepada tuan Serk dipersilahkan memberikan sertifikat dan juga piagam penghargaan. Terimakasih."
Kedua orang tua Riki sangat terkejut, mereka sering kali di panggil guru karena ulah anaknya. Namun hari ini anaknya justru mampu menjadi lulusan terbaik. Ibu Riki menangis terharu sangking senangnya. Dia langsung memeluk Riki yang baru saja turun dari podium.
"Bibi, Ayo ke sana biar Seir bantu ambil foto." Seir mengajak Riki dan orang tuanya untuk berfoto di tempat yang sudah di siapkan.
Setelah sesi serah terima sertifikat kelulusan dan foto-foto selesai. Undangan dipersilahkan menikmati sajian makanan juga bisa melihat lukisan terbaik dari murid-murid. Serta beberapa hiburan yang dibawakan oleh murid-murid, tentu Seir, Moris, dan Riki juga kembali menampilkan pertunjukan mereka.
Elsa menatap lukisan yang berjejer di dinding. Ibunya juga mendampinginya untuk melihat-lihat. Ibu Elsa sangat menyukai hal-hal berbau seni.
Elsa menunjukan lukisannya yang di pajang. Namun mata Ibu Elsa justru melihat ke arah lukisan lain. Dia merasa wanita yang ada di lukisan itu mirip dirinya saar masih muda.
"Kenapa aku seperti melihatmu saat masih gadis?" tanya ayah Elsa.
"Kamu juga merasa seperti itu?" Ibu Elsa terkejut, dia pikir hanya dirinya yang merasa seperti itu jadi dia tidak mengatakan apapun takut dikatakan terlalu percaya diri.
"Benar, aku masih ingat wajah mu saat aku masih mengejarmu dulu." Jawab ayah Elsa.
"Ngomong-ngomong siapa yang melukis ini? Aku merasa lukisan ini mengandung kesedihan." Ibu Elsa bertanya.
"Apa lukisan itu lebih bagus dari lukisan anak ibu sendiri?" Elsa kesal dan menggembungkan pipinya yang cubi.
"Bukan seperti itu sayang, Ibu dan Ayah merasa gadis yang ada di lukisan itu mirip ibu saat masih gadis." Ibu Elsa menjelaskan.
"Haa.., lalu apakah Elsa akan secantik gadis di lukisan itu saat dewasa?" Elsa bertanya.
"Heemmm... tentu anak ibu akan menjadi lebih cantik." Ucap Ibu Elsa sambil mencubit pipi Elsa yang menggemaskan.
"Ibu mau tahu siapa yang melukis itu?" tanya Elsa.
"Elsa tahu siapa yang melukis ini?" Tanya Ibu Elsa.
"Em..., itu lukisan Riki." jawab Elsa.
"Hemm... pantas dia bisa jadi lulusan terbaik." ucap Ibu Elsa.
"Tentu saja" Elsa berkata dengan bangga, Bagaimanapun Riki adalah tunangannya jadi dia sangat senang bila Riki mendapat pujian.
Waktu pun berlalu, Riki yang masih beristirahat tiba-tiba mendengar suara minta tolong. Seir dan Moris tidak mendengarnya, tapi Riki adalah seorang kultivator jadi dia bisa mendengar suara yang jaraknya cukup jauh.
Riki bergegas menuju parkiran dan melihat Elsa yang dibawa masuk ke sebuah mobil box. Dia ingin mengejar tapi memakai kekuatannya saat ini akan menarik banyak perhatian.
Riki bergegas menuju mobil Savik parkir dan masuk ke dalam mobil.
"Pak Jian, ikuti mobil box yang baru saja kekuar." perintah Riki.
Mobil dinyalakan, namun belum sempat jalan, Moris dan Seir memasuki mobil.
"Kenapa kalian ikut?" tanya Riki
"Apa kamu ingin bersenang-senang tanpa kita?" Jawab Seir.
"Jalan pak cepat." Riki memberi perintah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Scurity MT
116
2022-01-21
0
perrorro-perrorro
i'm back lagi nyari gaya tulisan yang bagus buat nentuin mau pake POV 1 atau 3
2022-01-03
1
Jimmy Avolution
Sippp ...
2021-11-25
1