Felichia sudah nyaris kehilangan nafasnya akibat cekikan dari sang mama mertua, saat tiba-tiba sang papa mertua masuk ke dalam kamar perawatan dan menyelamatkan Felichia.
"Hentikan, Ma!" Ucap pria paruh baya yang biasa Felichia sapa sebagai Papa tersebut dengan nada galak.
Itulah Papa Panji Prakasa yang merupakan papa kandung Erlan Prakasa, suami Felichia.
"Mama mau menjadi seorang pembunuh, lalu dijebloskan ke penjara?" Cecar papa Panji lagi memperingatkan mama Astri yang memang mudah sekali tersulut emosinya.
"Erlan kritis karena wanita sialan ini, Pa!" Mama Astri sudah ganti menangis histeris sekarang dan menghambur ke pelukan Papa Panji.
"Dasar wanita pembawa sial!" Maki mama Astri sekali lagi pada Felichia yang matanya juga sudah berkaca-kaca.
"Maafkan Feli, Ma!" Lirih Felichia dengan suara yang terbata-bata.
"Kenapa bukan kau saja yang sekarat atau mati sekalian?" Mama Astri menunjuk - nunjuk ke arah Felichia dengan emosi yang meluap-luap.
"Sudah, Mama! Sudah!" Papa Panji berusaha menghentikan sang istri yang sudah seperti orang kesetanan.
"Ayo kita keluar!" Ajak Papa Panji sedikit menyeret sang istri untuk keliar dari kamar perawatan Felichia.
Felichia hanya bisa menangis tergugu sekarang, meratap nasibnya yang menyedihkan sejak awal pernikahannya dengan Erlan.
****
Flashback tiga bulan sebelumnya.
Felichia mengeratkan gamitannya pada lengan Erlan, saat pria itu mengajak Felichia ke rumahnya dan bertemu dengan kedua orangtuanya untuk pertama kali. Felichia benar-benar grogi.
"Erlan, bagaimana nanti kalau Mama dan Papa kamu mengusirku?" Tanya Felichia merasa khawatir.
"Mereka tidak akan mengusirmu, Feli! Mereka akan merestui hubungan kita," jawab Erlan penuh percaya diri.
Felichia menarik nafas panjang berulang kali sebelum mengikuti langkah Erlan masuk ke dalam rumah bergaya skandinavian tersebut.
"Sore, Ma, Pa!" Sapa Erlan pada kedua orang tuanya yang rupanaya sudah menunggu kedatangan Erlan dan Felichia.
"Selamat sore, Om, Tante!" Felichia ikut menyapa kedua orang tua Erlan seraya menunduk dengan segan.
"Dia siapa, Erlan?" Tanya Mama Astri to the point seraya menatap remeh ke arah Felichia.
"Dia Felichia, Ma! Kekasih Erlan yang tadi malam Erlan ceritakan ke Mama dan Papa," jawab Erlan sedikit menjelaskan.
Mama Astri bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Felichia dan memindai secara terang-terangan penampilan gadis tersebut dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Nama lengkap kamu?" Tanya Mama Astri menyelidik.
"Felichia," jawab Felichia menjaga nada bicara agar tetap terdengar sopan.
"Felichia saja? Nama keluarga? Kau berasal dari keluarga yang sepadan dengan Erlan, kan?" Cecar mama Astri penuh selidik.
Felichia menggeleng lemah.
"Apa pentingnya nama keluarga dan status sosial, Ma? Erlan dan Feli saling mencintai, dan kami akan menikah!" Ucap Erlan dengan tegas dan lantang.
"Jangan berteriak di depan mamamu, Erlan!" Sergah papa Panji yang sejak tadi hanya diam. Pria paruh baya tersebut memperingatkan sang putra untuk menjaga sopan santun.
"Mama tidak mau punya menantu seorang gadus miskin, Erlan!"
"Navya lebih segalanya ketimbang gadis kampungan ini!" Mama Astri kembali mencela Felichia yang hanay tertunduk dan diam.
Felichia mengepalkan erat tangannya dan berusaha mengendalikan emosinya agar tak meledak.
"Erlan akan tetap menikah dengan Felichia, Ma! Dengan atau tanpa restu dari amama dan Papa!" Ucap Erlan keras kepala.
"Erlan! Jangan keras kepala! Atau-"
"Atau apa? Papa mau mengusir Erlan keluar dari rumah ini?" Erlan memotong kalimat sang papi.
"Baiklah! Erlan keluar hari ini!" Lanjut Erlan tetap denagn nada tegas dan berani.
"Erlan!" Mama Astri berusaha melepaskan tangan Erlan yang menggenggam erat tanga Felichia.
"Erlan jangan keras kepala!" Teriak Mama Astri marah.
"Mama itu yang keras kepala karena memaksa Erlan untuk menikah Navya Orlando! Erlan hanya mencintai Felichia, jadi Erlan hanya akan menikah dengan Felichia!" Ucap Erlan sekali lagi tetap keras kepala.
"Ayo, Feli!" Erlan yang sejak tadi menggenggam tangan Felichia langsung menarik kekasihnya tersebut untuk keluar dari ruamh kedua orangtuanya.
"Erlan!" Panggil Mama Astri berteriak pada Erlan yang kears kepala.
Namun Erlan tetap acuh dan melanjutkana langkahnya untuk terus menjauh dari rumah besar tersebut.
"Erlan!" Felichia berusaha menahan langkah Erlan.
"Erlan, kita tidak bisa begini! Kita tidak bisa menikah!" Ucap Felichia yang langsung membuat Erlan menghentikan langkahnya.
"Erlan, kita harus meminta restu dari papa dan mama kamu," nasehat Felichia lembut.
"Aku seorang pria dewasa! Aku tak butuh persetujuan dari Mama dan Papa untuk menikah!" Jawab Erlan tetap keras kepala.
"Tapi-"
Erlan meletakkan telunjuknya di bibir Felichia.
"Kita tetap akan menikah dengan atau tanpa restu dari mama dan papa. Aku mencintaimu!" Ucap Erlan sebelum pria itu mengecup bibir Felichia.
Dan semua adegan mesra di sejoli tersebut, rupanya tak luput dari tatapan marah mama Astri.
"Kau tidak akan pernah bahagia bersama wanita miskin itu, Erlan!"
Batin Mama Astri penuh kebencian.
Flashback off
****
Felichia masih menangis tergugu di atas bed perawatan. Tak ada tempat berkeluh kesah, karena sejak sepuluh tahun yang lalu, Felichia memanglah seorang gadis sebatang kara yang tak lagi punya orang tua.
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Felichia sempat tinggal bersama sang paman, meskipun rasanya begitu menyakitkan. Felichia harus bekerja keras membantu sang bibi menjadi buruh cuci sepulang sekolah atau dirinya tak akan mendapatkan jatah makan.
Itu juga yang menjadi alasan Felichia kabur dari rumah sang paman dan bibi setelah dirinya tamat SMA. Bermodalkan ijazah SMA, Felichia melamar kerja di toko atau pekerjaan apa saja asalkan bisa menghasilkan uang.
Hingga akhirnya Felichia menjadi seorang pramuniaga di sebuah toko dan menjadi awal pertemuannya denga Erlan. Bermula dari sikap mulia Felichia yang menyimpan serta mengembalikan dompet Erlan yang tertinggal di toko, akhirnya membuat Erlan dan Felichia menjadi akrab, lalu keduanya menjalin hubungan hingga akhirnya menjadi sepasang kekasih.
Sayangnya, jalinan cinta keduanya harus terhalang oleh restu dari kedua orang tua Erlan yang menginginkan menantu dari keluarga kaya dan terpandang agar sepadan dengan Erlan. Dan Felichia tidak pernah memenuhi semua kriteria tersebut.
Meskipun pada akhirnya Erlan tetap keras kepala dan menikahi Felichia, namun kecelakaan yang baru saja menimpa Erlan dan Felichia, sepertinya akan menjadi akhir dari pernikahan Erlan dan Felichia yang bahkan belum genap tiga bulan.
Cepatlah bangun, Erlan!
Kamu pasti kuat!
Kamu harus kuat!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Alivaaaa
kasihan Feli
2024-07-29
0
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-07-27
0
fa _azzahra
aku smp flashback ke cerita ghea nyari tau dean itu siapa.dah lama baca jd lupa😁
2022-02-05
1