Felichia masih diam membisu layaknya patung saat Dean selesai menuntaskan hasratnya dan menumpahkan banyak sekali cairan ke dalam rahim Felichia. Dean tak berucap sepatah katapun, dan langsung masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Felichia yang masih belum mengubah posisinya di atas sofa.
Tak berselang lama, Dean sudah keluar lagi dari kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan bathrobe putih. Pria itu langsung keluar dari kamar Felichia tanpa pamit tanpa berucap apapun seperti sebelumnya.
Ya!
Tidak penting juga bagi Felichia.
Setelah kepergian Dean, Felichia baru bangun dan wanita itu langsung merasakan perih yang amat sangat di bagian pangkal pahanya karena sikap kasar Dean.
Dean sialan!
Felichia mendongakkan kepalanya dan berusaha menahan airmatanya yang sudah mendesak ingin keluar. Felichia tidak ingin menangis!
Felichia benar-benar tidak ingin menangis!
Tapi Felichia tak bisa!
Hati Felichia rasanya benar-benar tercabik sekarang.
Felichia segera berlari masuk ke dalam kamar mandi, lalu menyalakan shower dan membiarkan air dingin yang mengalir dari dalam shower mengguyur kepala serta tubuhnya yang begitu murahan.
Felichia benci pada dirinya sendiri!
****
Melanie yang hendak menuju ke ruang makan, sedikit tertegun melihat Dean yang turun dari tangga dan hanya mengenakan jubah mandi. Rasa nyeri mendadak bergelayut di hati Melanie, meskipun wanita itu bisa langsung menepisnya dengan cepat.
Bukankah Dean baru saja melakukan tugasnya?
Jadi kenapa Melanie harus marah atau tersinggung?
"Dean, kau sudah pulang?" Melanie menyapa Dean dengan suara lembut serta senyuman hangat, seolah mengabaikan penampilan Dean yang hanya berbalut jubah mandi.
"Hai, Sayang! Kau sudah bangun?" Dean langsung mengecup kening Melanie cukup lama.
Bangun?
Apa Dean mengira Melanie tadi tidur?
Padahal Melanie sama sekali tidak tidur sejak siang, meskipun Melanie memang hanya mengurung diri di dalam kamar sepanjang sore.
Entahlah!
Pikiran Melanie hanya sedang kalut saja.
"Aku akan ganti baju dulu, lalu kita bisa makan malam bersama," ucap Dean pagi yang kini sudah ganti merangkul Melanie dengan mesra.
"Ya! Aku tunggu di ruang makan," jawab Melanie yang tetap mengulas senyuman manis di bibirnya. Meskipun perasaan Melanie sedang tak karuan sekarang.
"Dean mengecup singkat bibir Melanie, sebelum pria itu menghilang ke dalam kamarnya bersama Melanie di lantai bawah.
Melanie sendiri bergegas memanggil salah seorang maid dan menyuruhnya untuk mengantarkan makan malam Felichia ke lantai atas.
****
Felichia baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah, saat terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.
"Siapa?" Tanya Felichia seperti biasa yang tak langsung membuka pintu.
"Saya mengantar makan malam anda, Nona!" Jawab seorang maid dari luar kamar.
Felichia akhirnya membukakan pintu untuk maid yang memang membawa satu nampan makanan. Jika biasanya Felichia akan mengambil alih nampan dari tangan maid, kali ini Felichia meminta maid untuk masuk dan meletakkan makan malamnya di atas meja.
"Bisa sekalian kau bereskan itu?" Ucap Felichia pada maid seraya menunjuk ke arah baju Dean yang masih berserakan di kamarnya.
Sejak tadi Felichia merasa enggan untuk menyentuh baju milik suami Melanie tersebut. Baru mendekatinya saja, sudah tercium aroma parfum Dean yang membuat Felichia merasa kesal.
"Baik, Nona! Akan saya bawa ke bawah," ucap maid patuh seraya mengambil satu keranjang baju dari dalam kamar mandi, lalu maid tadi dengan cekatan membereskan baju-baju Dean yang berserakan dan membawanya keluar dari kamar Felichia.
"Terima kasih karena sudah mengantar makan malamku," ucap Felichia sebelum maid tadi benar-benar berlalu pergi.
"Sama-sama, Nona! Nanti saya akan kembali lagi jika Nona sudah selesai makan malam."
"Saya permisi!" Pamit maid pada Felichia yang hanya mengangguk. Felichia segera menutup pintu kamarnya. Felichia bersandar di balik pintu kamar dan langsung jatuh terduduk atas lantai. Wanita itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan mulai menangis tergugu.
Felichia tidak tahu kenapa, tapi Felichia benar-benar hanya ingin menangis sekarang. Hati Felichia mendadak terasa hancur karena Felichia yang begitu murahan dan sudah mengkhianati Erlan berulang kali.
"Maafkan aku, Erlan! Maafkan aku!" Cicit Felichia sendirian di tengah isak tangisnya.
"Ba!" Seru Erlan dari balik pintu kamar mandi yang langsung membuat Felichia terlonjak kaget.
"Ya ampun! Kamu mau membuat aku jantungan?" Felichia yang kaget dan kesal langsung memukul pundak suaminya tersebut.
"Baiklah, baiklah! Aku minta maaf!" Erlan langsung mendekap tubuh Felichia yang masih terlihat kesal dan menciumi wajah istrinya tersebut berulang kali.
"Aku belum cuci muka, Erlan," gumam Felichia pada Erlan yang masih tak berhenti menciuminya.
"Tak apa! Aku suka aroma tubuhmu saat bangun tidur," jawab Erlan yang tetap tak berhenti menciumi Felichia.
"Sudah!" Gumam Felichia yang mulai merasa kegelian karena ciuman Erlan yang tak kunjung berhenti.
"Aku punya hadiah untukmu," bisik Erlan yang akhirnya berhenti juga menciumi wajah Felichia.
"Hadiah apa?" Tanya Felichia dengan mata yang sudah berbinar tak sabar.
"Taraa!" Erlan mengeluarkan satu bungkus testpack dan menunjukkannya pada Felichia.
"Aku tahu, kau sudah telat dua hari, jadi mari kita test," ucap Erlan selanjutnya yang sedikit membuat Felichia merengut.
"Baru dua hari, Sayang! Bagaimana kalau hasilnya negatif?" Tanya Felichia pesimis.
"Makanya kita test dulu! Barangkali sudah jadi dan sudah ada Erlan junior di dalam sini," Erlan mengusap lembut perut Felichia.
"Kalau negatif?" Felichia mengungkapkan kemungkinan terburuk.
"Maka kita akan lembur seharian ini! Mumpung aku libur," jawab Erlan sedikit berbisik dan menggigit kecil telinga Felichia.
"Ayo cepat!" Erlan lanjut mendorong tubuh Felichia agar masuk ke dalam toilet.
"Tunggu saja di luar!" Perintah Felichia galak sebelum menutup pintu.
"Bawa keluar, dan biarkan aku yang melakukan test-nya, Sayang!" Seru Erlan dari luar toilet.
"Iya! Dasar bawel!" Felichia sudah keluar lagi dari dalam toilet seraya membawa air seninya.
Wanita itu sedikit menahan tawanya.
"Ada apa?" Tanya Erlan yang tangannya sudah membuka bungkus testpack.
"Tidak ada!" Jawab Felichia masih menahan tawa.
Erlan lanjut mencelupkan testpack ke dalam air seni Felichia, lalu menunggu beberapa saat untuk melihat hasilnya.
"Hasilnya pasti satu garis," gumam Felichia seraya melingkarkan lengannya di pinggang Erlan.
"Dua garis!" Erlan tetap optimis.
Namun nyatanya, hasil test memang hanya satu garis.
"Maaf," bisik Felichia seraya menyusupkan kepalanya di pelukan Erlan.
"Tak apa! Kita langsung lembur hari ini," jawab Erlan santai yang kini sudah menurunkan tali gaun tidur Felichia.
"Aku tidak bisa," cicit Felichia di dalam pelukan Erlan.
"Kenapa?" Erlan mengernyit bingung.
"Aku sedang datang bulan," Felichia akhirnya tak tahan lagi untuk tidak tertawa. Berbeda dengan Erlan yang kini merengut kesal.
"Bisa kau belikan pembalut untukku, Sayang! Kamu ganteng, deh!" Rayu Felichia pada sang suami.
"Satu ciuman dulu!" Erlan memonyongkan bibirnya ke arah Felichia.
"Mmuuah!" Felichia mengecup singkat bibir Erlan.
"Tanggung." Erlan mengulangi ciuman mereka dan suami istri itu saling berpagutan cukup lama.
Felichia meletakkan dengan kasar sendok di tangannya dan wanita itu kembali terisak. Felichia hanya mengaduk-aduk makan malamnya sejak tadi karena kini Felichia benar-benar sudah kehilangan selera makan.
Felichia hanya ingin bertemu Erlan sekarang dan memeluk suaminya tersebut. Felichia benar-benar merindukan Erlan.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Nararya Aruna
ih sedih parah, tercabik banget tuh perasaan feli😭😭😭😭😭
2022-12-22
0
Pricila Bianca Aidelin
kurang ajar kamu Dean,,kamu itu butuh anak gk usah kasar gitu
2022-11-12
0
Lily Miu
aq langsung ngilu, sakit bgt tuh
2022-10-06
0