Rahim Untuk Sahabat Suamiku
Hujan baru selesai mengguyur bumi, saat dua sejoli sedang berpagutan di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan di salah satu sudut kota.
"Ayo kita pulang, Erlan!" Ajak Felichia sekali lagi entah sudah yang ke berapa kali.
Erlan masih aktif menyusuri lekuk wajah serta bagian atas tubuh Felichia. Bau akohol sedikit menguar dari mulut suami Felichia tersebut, namun Felichia tak terlalu mempermasalahkannya.
Erlan dan Felichia memang baru pulang dari acara pesta perusahaan Alexander Group.
Erlan yang tadi bertemu dengan Dean Alexander, putra tunggal dari pemilik perusahaan raksasa itu tak bisa menahan diri untuk tak ikut minum. Erlan dan Dean adalah teman baik sejak dulu. Namun belakangan ini, Erlan dan Dean jarang berjumpa karena Dean dan istrinya menetap di luar negara.
"Kau tahu, aku baru saja membaca sebuah artikel," gumam Erlan tiba-tiba yang masih aktif mencecap leher Felichia hingga istrinya itu menggeliat kegelian.
"Artikel apa?" Felichia menahan geli di permukaan kulitnya karena kecupan dari Erlan.
"Kata artikel itu, kalau pasangan suami istri bercinta di dalam mobil. Maka akan lebih cepat hamil ketimbang pasangan suami istri yang bercinta di atas ranjang," tutur Erlan yang langsung membuat Felichia tergelak.
"Itu artikel yang menipu, Erlan!" Felichia masih tak berhenti tergelak.
"Tapi tidak ada salahnya kita coba," Erlan yang duduk di samping kursi pengemudi dan sudah melepaskan sabuk pengamannya sejak tadi, mulai mencondongkan tubuhnya ke arah Felichia yang memang duduk di kursi pengemudi.
Kondisi Erlan yang setengah mabuk, membuat Felichia merasa tidak yakin kalau suaminya ini yang mengemudikan mobil. Jadilah, sejak meninggalkan lokasi acara, Felichia memilih untuk mengemudi dan membiarkan Erlan duduk saja di sebelahnya.
"Erlan, kita sedang di pinggir jalan." Felichia mengingatkan Erlan tentang posisi mereka saat ini.
"Tidak ada yang lihat. Ini sudah lewat tengah malam," jawab Erlan seraya mengerling nakal pada Felichia.
Erlan mulai menurunkan tali gaun dari pundak Felichia, saat tiba-tiba gerakan pria itu tertahan oleh sabuk pengaman Felichia yang masih terpasang.
"Lepaskan!"
Tangan Erlan baru saja akan melepas sabuk pengaman Felichia saat tiba-tiba sebuah guncangan yang sangat keras menghantam mobil Erlan. Guncangan itu begitu keras, hingga membuat tubuh Erlan yang tak mengenakan sabuk pengaman terpelanting ke depan, menabrak kaca depan mobil hingga pecah, lalu kepala dan setengah tubuh Erlan jatuh di atas kap depan mobil.
Sedangkan Felichia yang masih mengenakan sabuk pengaman, tubuhnya tertahan oleh airbag mobil yang langsung terbuka, meskipun wanita itu juga langsung pingsan karena kepalanya terbentur stir mobil. Namun kondisi Felichia tidak separah Erlan yang kini bersimbah darah di atas kap depan mobil.
Tak berselang lama, suara sirine ambulans merobek keheningan malam dan berpacu dengan waktu membawa pasangan suami istri tersebut ke Unit Gawat Darurat rumah sakit terdekat.
Malam kembali hening di lokasi kejadian, menyisakan mobil warna hitam milik Erlan yang kini ringsek di bagian belakang karena di hantam oleh truk sampah yang hilang kendali, serta kaca depannya yang hancur karena di hantam oleh kepala dan tubuh Erlan.
****
Felichia kembali merasakan guncangan hebat yang menghantam mobilnya, lalu bayangan tubuh Erlan yang menghantam kaca depan mobil sebelum kemudian tubuh suaminya tersebut setengah keluar ke atas kap depan mobil.
Semua kejadian itu terus berputar di kepala Felichia seperti sebuah kaset yang diputar berulang kali.
"Tidak!" Felichia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidaaak!"
"Erlan!"
Felichia membuka matanya dengan nafas yang terengah-engah. Kepalanya berdenyut sakit dan sekujur tubuh Felichia terasa remuk redam seolah semua tulangnya baru saja patah. Felichia menatap ke arah langit-langit ruangan yang semuanya berwarna putih ada botol infus juga yang tergantung di atas kepala Felichia, dan kepala Felichia kembali berdenyut sakit.
Felichia mencoba menggerakkan tangan kanannya yang begitu nyeri, saat wanita itu menyadari kalau tangannya sedang di gips sekarang.
Apa?
Beralih ke tangan kiri, Felichia menemukan jarum infus yang terpasang di tangan kirinya tersebut yang juga membuat nyeri. Felichia ganti menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, namun tak ada seorangpun di ruangan tersebut dan Felichia hanya sendirian.
Dimana Erlan?
Bagaimana kondisi Erlan?
Apakah suami Felichia itu baik-baik saja?
Felichia masih larut pada lamunannya, saat suara pintu ruangan yang dibuka dari luar membuat Felichia sedikit tersentak. Seorang perawat yang berpakaian serba putih, memeriksa selang infus Felichia dan memasang senyuman hangat.
"Anda sudah bangun, Nona?" Tanya perawat tersebut yang segera menekan tombol di atas bed perawatan, lalu berbicara pada seseorang di ujung interkom yang intinya memberitahunkalau Felichia sudah bangun dan sadar.
"Suster," panggil Felichia lirih pada perawat tersebut.
"Iya, Nona! Anda butuh sesuatu?
"Saya tidur berapa lama? Lalu, dimana suami saya?" Tanya Felichia to the point karena saat ini Felichia begitu mencemaskan kondisi Erlan.
"Anda tidur hampir dua hari dua malam, Nona." Terang perawat yang tentu saja membuat Felichia kaget.
Felichia bahkan masih bisa mengingat dengan jelas guncangan keras yang meringsekkan mobil Erlan.
"Suami saya? Dia dimana, Suster?" Tanya Felichia tak sabar.
"Tuan Erlan masih berada di ICU, Nona! Kondisinya masih belum stabil," tutur perawat itu yang langsung meremukkan hati Felichia.
Tidak!
Erlan pasti akan bisa melalui semua ini!
Erlan pasti juga hanya tidur sebentar sama seperti Felichia.
"Anda butuh sesuatu, Nona?" Tawar perawat lagi pada Felichia yang kini menatap kosong ke langit-langit kamar perawatan.
"Tidak," jawab Felichia seraya menggeleng lemah.
"Saya permisi kalau begitu, Nona. Anda bisa menekan tombol ini jika butuh sesuatu. Saya letakkan di dekat tangan anda!" Ujar perawat seraya menunjukkan tombol panggil berwarna putih pada Felichia.
Felichia hanya mengangguk samar karena kini jiwa Felichia tidak sedang berada di tempatnya. Felichia ingin melihat Erlan sekarang. Felichia ingin memastikan kondisi Erlan.
Perawat sudah keluar dari kamar perawatan Felichia, dan kini suasana kamar kembali hening. Felichia menatap nanar pada botol infus yang meneteskan cairan.
Satu...
Dua...
Tiga...
Felichia menghitung dalam hati cairan demi cairan yang menetes dari botol infus, lalu masuk ke dalam selang panjang dan berakhir ke dalam pembuluh darah Felichia.
Felichia memejamkan matanya, bersamaan dengan pintu kamar perawatan yang menjeblak terbuka. Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar perawatan dan kembali menutup pintu dengan kasar.
Wanita itu menatap marah pada Felichia yang hanya bergeming.
"Dasar wanita sialan!" Maki wanita paruh baya tersebut seraya menampar pipi Felichia dengan keras.
"Keparat! Pembawa sial!"
"Enyah kau ke neraka!" Teriak wanita paruh baya itu lagi seolah sedang kesetanan. Tangan wanita itu kini sudah berada di leher Felichia dan mencekik Felichia sebelum sebuah suara menghentikan semuanya.
"Mama, hentikan!"
.
.
.
Halo!
Kita ketemu lagi di cerita lanjutan dari cerita sambung menyambung yang sebelumnya. Cerita ini masuk ke seri spin off.
Lebih lengkapnya tentang seri dari karya-karya othor bisa di cek di kolom komentar.
Terima kasih yang masih setia mengikuti karya receh othor.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
teti kurniawati
wow menarik sekali kak novelnya. saya mampir dan sudah menambah kan ke favorit. Mampir juga yuk teman-teman ke karya aku
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun
2024-08-06
0
Alivaaaa
hai Thor aku mampir 😊
2024-07-28
0
Kak Eja🌜
keren....
mampir juga yuk ke novel aku
MENIKAHI WANITA MALAMKU
2024-07-28
0