Seorang pemuda rupawan menghirup napas dalam-dalam, membawa sebuah ransel di punggungnya. Berjalan keluar merasakan terpaan angin, udara luar yang dirindukannya.
"Tuan muda..." seorang pria paruh baya tertunduk memberi hormat, membukakan pintu mobil untuknya.
Sang pemuda segera memasuki mobil, duduk di kursi penumpang bagian belakang.
"Bagaimana kabar ayah?" tanyanya disela mobil yang tengah melaju.
"Dua tahun ini, tuan masih tetap sehat. Semua masalah sudah diatasinya..." jawab sang supir menghela napas kasar.
Sang pemuda menatap ke arah jendela mobil yang sedikit terbuka, memberanikan dirinya bertanya,"Apa ayah sudah menemukan Tomy?" tanyanya mengepalkan tangannya yang gemetaran bagaikan ketakutan.
"Belum, jejak terakhir tuan muda ketiga sempat kuliah di National University of Singapore," jawab sang supir masih konsentrasi pada jalan raya.
"Beberapa tahun ini ayah hanya peduli untuk mencarinya. Anak haram gagap, pecundang..." cibirnya, masih berusaha menghina saudara beda ibunya.
Sang supir menghela napas kasar, "Bukan hanya rasa bersalah sebagai alasan belakangan ini tuan mati-matian mencari tuan muda ketiga (Tomy). Mike (kakak kedua Tomy), tuan muda kedua yang merupakan harapan terbesar bagi tuan (Adrian) untuk mewariskan perusahaan, meloloskan beberapa proyek besar untuk perusahaan lain,"
"Apa Mike bodoh!? Kenapa berbuat begitu!?" tanya Irgi membentak.
"Nyonya Lia (mantan istri Adrian) yang mempengaruhinya. Perusahaan pesaing yang diberikan tender secara cuma-cuma oleh Mike adalah perusahaan milik ayah kandungnya, suami nyonya Lia saat ini. Nyonya Lia dulu memang berselingkuh, namun tuan Adrian tidak pernah mencurigai tuan muda Mike bukan anak kandungnya,"
"Hingga, hari dimana perusahaan kacau balau. Mike lepas tanggung jawab, mengambil banyak keuntungan menggemukkan rekening pribadinya dan kini tinggal dengan nyonya Lia dan ayah kandungnya yang sudah lama menikah. Mike dan nyonya Lia sendiri yang memberikan hasil tes DNA, melempar tepat di wajah tuan Adrian," jelas sang supir.
"Jadi ayah sekarang hanya sendiri?" tanya Irgi kembali.
"Tuan Adrian sudah tidak peduli lagi dengan nyonya Lia dan Mike. Satu tahun ini perusahaan sudah kembali stabil, bahkan tuan Adrian menginjak (melebihi/menekan dalam arian berusaha menghancurkan) perusahaan milik ayah kandung Mike,"
"Tuan memberikan anda pilihan, berpihak pada nyonya Lia atau tuan Adrian..." lanjutnya, tidak menjawab pertanyaan Irgi.
"Aku belum bodoh, tidak mungkin dapat mengalahkan naga tua itu, walaupun berhasil menjatuhkannya sekali. Aku akan berpihak pada ayah..." jawabnya tersenyum menatap ke arah jendela mobil yang melaju.
"Tuan muda ketiga (Tomy) masih belum ditemukan, kelihatannya menyembunyikan dirinya. Apa tidak sebaiknya anda belajar memimpin perusahaan?" sang supir kembali bertanya.
Irgi menatap tajam, dari spion mobil,"Kamu tidak lihat, aku seorang rocker!!" ucapnya dengan suara sedikit memekik.
"Tapi jika tuan Adrian..." kata-kata sang supir terhenti, menghela napas kasar.
"Cari si gagap sampai ketemu!! Lagipula aku tidak memiliki semangat datang memakai jas ke kantor..." ucapnya, menghela napas kasar, menatap jenuh.
Menikmati hidup itulah yang ada dalam diri Irgi, alasannya di penjara? Memukuli beberapa orang pria hingga masuk ICU, karena mengeroyok temannya.
Hidup bebas, tidak terikat keluarga atau pernikahan. Tidak ingin memiliki beban dan tanggung jawab, begitulah dirinya menjalani hidup.
"Maaf sebelumnya, tuan ingin mengatur perjodohan untuk anda. Jika anda tidak datang, beliau akan memotong rambut anda," sang supir menghela napas berkali-kali, melirik dari kaca spion bagian dalam, seorang pemuda berpakaian serba hitam dengan rambut pendek rapi namun sedikit bagian belakangnya dipanjangkan terikat rapi, sebagai ciri khas penampilannya di atas panggung.
Tuan Adrian benar, jika diperhatikan rambutnya yang dipanjangkan seperti ekor, dasar anak muda zaman sekarang... gumam sang supir.
"Aku menumbuhkan dan merawatnya bertahun-tahun!! Aku akan datang!! Tapi aku pastikan dia akan menolak perjodohan..." Irgi tersenyum penuh rencana.
"Sebaiknya jangan, hampir semua keluarga kelas menengah keatas menolak putri mereka dijodohkan dengan anda. Hanya keluarga ini yang bersedia..." sang supir menghela napasnya berkali-kali, menatap Irgi yang senang bermain-main dengan fansnya, yang notabene sebagian besar wanita urak-urakan. Tapi tidak pernah menjalin hubungan serius.
"Yang penting aku datang..." Irgi masih tersenyum tanpa dosa.
***
Tempat pertemuan? Frea tidak ingin dijodohkan, janji pernikahan masih dipegang teguh olehnya. Karena itu, tempat pertemuan yang dipilihnya adalah arena pelatihan judo.
Membuat Irgi melarikan diri seperti pria lainnya menjadi tujuannya. Tomy? Pemuda itu tersenyum, menatap dari jauh di kursi penonton ke arah istrinya yang tengah mengajar.
Setelah pulang bekerja tentunya, masih memakai setelan jas kantor. Memakan kentang goreng. Secara kebetulan duduk berdampingan dengan seorang pria berkacamata dengan kulit gelap.
Frea tersenyum melambaikan tangannya ke arah Tomy. Tomy membalas senyumannya, membuat tanda hati dengan jarinya. Frea yang sudah terbiasa dengan sifat bagaikan anak SMU yang jatuh cinta ala suaminya, membalas membuat tanda hati yang lebih besar dengan mengangkat kedua tangannya keatas.
Sedangkan pria yang duduk di samping Tomy. Juga terlihat tersenyum ke arah Frea seolah dirinyalah yang tadi dilambaikan tangan dan dibuatkan tanda cinta bentuk hati oleh wanita itu.
Erwin? Benar dia adalah Erwin pria yang melarikan diri setelah mengetahui kemampuan beladiri Frea. Namun setelah mencari beberapa minggu ini, tidak ada wanita secantik, seroyal dan sesempurna Frea.
"Nunggu pacar latihan ya?" tanya Erwin pada Tomy.
"Bukan pacar, istri..." Tomy berucap penuh senyuman, memakan kentang gorengnya.
Erwin mengenyitkan keningnya, mempertimbangkan untuk kembali mengejar Frea, tanpa tahu siapa istri dari pemuda yang duduk di sampingnya. "Apa jika mempunyai istri yang jago bela diri akan sering membanting, memerintah atau memukulmu!?" tanyanya pada Tomy.
"Tidak, dia peduli, perhatian dan tersenyum manis ketika di rumah. Pertarungannya di arena latih tanding, jangan samakan dengan sifatnya di rumah. Lagipula wanita yang jago bela diri terlihat seperti pendekar cantik di film kerajaan Cina," jawab Tomy dengan mulut penuh.
"Benar juga, kalau dilihat dari sisi lain sangat cantik, seperti Dewi..." Erwin menatap ke arah tempat latihan tanpa berkedip sedikitpun.
"Siapa wanita yang kamu sukai!?" bentak Tomy posesif, mencurigai Erwin.
"Wanita yang aku sukai masih singgel. Dari segala hal istrimu tidak ada apa-apanya. Dasar bocah..." ucap Erwin kesal, melirik pemuda yang terlihat jauh lebih muda darinya.
Perkiraan Erwin, istri Tomy mungkin salah satu murid di tempat latihan bela diri, tempat Frea mengajar. Mungkin perempuan manja berusia di bawah 28 tahun.
***
Setelah mengajari pemula, dan pemanasan saatnya sesi latih tanding. Frea hanya mengamati, mengawasi dan memisahkan bagaikan wasit. Tomy mulai tersenyum, menatap kedatangan seseorang, teman kencan istrinya hari ini. Pria yang dijodohkan dengan Frea.
"Maaf, siapa disini yang bernama Frea!?" tanyanya dengan menghilangkan wajah rupawannya. Memakai makeup tebal dengan bibir dan bagian mata hitam ala anak punk, rambut diberi gel, naik ke atas. Pinggangnya lengkap berisikan rantai, celana jeans robek, menambah penampilan sempurnanya, sebagai pria berandalan yang paling tidak disukai wanita kalangan atas.
"Aku..." Frea selaku guru disana mengangkat tangannya, sembari tersenyum. Rambut panjangnya di kuncir keatas, tidak terlihat anggun sama sekali, keringat masih membasahi pipinya yang putih.
Aneh? Irgi tertegun diam, tidak menyukai gadis kalangan atas yang manja, dan sering ke salon. Mungkin Frea-lah tipenya. Cantik alami, tidak terlihat seperti anak manja.
Namun sejenak semua ditepisnya. Jangan terpedaya atau ayah akan memaksamu menikah... gumamnya dalam hati.
"Aku Irgi, ayahku bernama Adrian. Aku residivis kasus kekerasan yang baru keluar dari penjara, aku menantangmu bertarung!!" ucapnya penuh keangkuhan, ahli di bidang olahraga tinju, merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya. Menginginkan agar Frea sendiri yang membatalkan perjodohan mereka.
***
"Semakin menarik..." Tomy tersenyum, masih menakan kentang gorengnya. Mengetahui kemampuan Frea? Tentu saja, semua tentang istrinya harus diketahui olehnya bukan?
"Aku akan menelfon polisi," Erwin terlihat panik.
"Tidak perlu, orang itu adalah kakakku," ucap Tomy dengan mulut penuh.
"Kalau begitu, hentikan dia!!" bentaknya.
"Tidak, aku ingin melihat kakakku tersayang dihajar menjadi bubur..." Tomy tersenyum menyeringai, penuh kesenangan, kembali membuka kripik kentang yang baru.
***
Contoh gerakan bela diri untuk murid-muridnya, saatnya pelatih yang angkat tangan untuk bertarung. Frea menunduk memberi hormat, sebelum bertarung.
"Cepat aku sudah tidak sabaran..." Irgi memakai sarung tinju di kedua tangannya. Menghajar wanita? Ini arena pertarungan, tidak ada istilah wanita dan pria. Lagi pula untuk membatalkan perjodohan, semua hal harus dilakukan bukan?
Pertarungan dimulai, antara pelatih judo dan atlit tinju. Frea terlihat tenang memasang kuda-kudanya, mengambil ancang-ancang. Tersenyum unggun, bagaikan pendekar yang akan bergerak halus melumpuhkan lawannya.
Irgi, melompat-lompat kecil, mengambil posisi untuk memukul, hingga akhirnya menyerang terlebih dahulu. Tinjunya hendak mendarat ke wajah Frea. Tangan halus itu bergerak perlahan, membelokkan arah serangan Irgi, memutar, dengan cepat tiba-tiba mengunci pergerakannya. Membantingnya dengan menggunakan tenaga dan berat tubuh Irgi sendiri.
Pemuda itu terbaring di lantai menatap ke arah lampu terang diatasnya. "Kekuatan pukulan mu besar, tapi keseimbangan mu kurang," Frea tersenyum mengulurkan tangannya.
Keren... gumam Irgi dalam hatinya, untuk pertama kalinya dirobohkan seorang wanita. Tidak, tidak boleh, aku ditakdirkan menjadi seorang roker idola. Tidak boleh menikah...
"Kita tanding ulang!!" Irgi mulai bangkit, menepis jemari tangan Frea.
"Baik, tanding ulang..." ucap Frea penuh senyuman, memberikan contoh gerakan pada murid-muridnya.
Terjadi lagi...lagi...dan lagi... hal yang sama. Irgi di banting berkali-kali. Dijatuhkan, dikunci, bahkan tubuhnya sempat diinjak wanita yang bertubuh jauh lebih ringan darinya. Sekujur tubuhnya terasa sakit, tidak ada yang tidak sakit.
Hingga akhirnya, setelah sekian kali pertarungan. Bahkan murid-murid Frea telah pulang, kata-kata itu keluar juga,"Aku menyerah..." ucapnya meringis. Frea kembali mengulurkan tangannya, hendak membantu Irgi berdiri.
Wajah yang halus, namun dengan kemampuan berkelahi yang tidak main-main. Irgi tertegun sejenak,"Aku bersedia menikah denganmu," ucapnya.
"A... apa?" Frea mengenyitkan keningnya, berharap dengan mengalahkan Irgi dirinya akan ditolak. Tapi pemuda itu menginginkan untuk menikahinya.
"Aku menyukaimu, jadi mau tidak mau, kita menikah, jangan terlalu percaya diri, ini juga karena suruhan ayahku..." ucapnya, menghela napas kasar, menatap wajah rupawan wanita di hadapannya.
"Tidak bisa, aku sudah memiliki orang yang aku sukai," Frea menunjukkan cincin di jari manisnya.
"Lalu kenapa kamu setuju untuk bertemu?" tanya Irgi penasaran, mulai bangkit.
"Terpaksa, keluargaku tidak setuju dengannya. Itu suamiku..." Frea tersenyum menatap Tomy yang berjalan turun bersamaan dengan Erwin dari kursi penonton.
"Sayang..." Frea berjalan ke arahnya, Erwin merentangkan tangannya, menyambut pelukan dari wanita yang didekatinya. Namun Frea melewati Erwin, jatuh dalam dekapan Tomy.
"Istriku, cantik bukan?" Tomy tersenyum, merangkul pundak Frea. Menyuapinya dengan kripik kentang.
Frea tersenyum, memakan kripik kentang dari suaminya.
"Frea kamu? Dia?" Erwin mengenyitkan keningnya.
"Kami baru menikah satu bulan yang lalu, perkenalkan namanya Tomy," jelas Frea penuh senyuman.
"Irgi, maaf, tolong beri tau ayahmu untuk membatalkan perjodohan ya!?" Frea menghela napas kasar, tersenyum masih dirangkul suaminya yang mengenakan setelan jas kantor.
"A...aku ditolak?" Irgi tertegun diam.
"Tentu saja," sang supir yang menyaksikan dari awal hingga akhir menatap jenuh.
"Kenapa?" tanya Irgi tidak sadar diri.
"Aku tidak tau dia sudah menikah. Kamu tau suaminya? Dia adalah Tomy, asisten pemilik JH Corporation," jawab sang supir yang memang sering mengantar Adrian ke berbagai pertemuan kalangan atas. Bertemu dengan supir lainnya di parkiran, menyombongkan tentang majikan mereka. Tentunya salah satu supir JH Corporation akan menyombongkan tentang Tomy.
"Tomy? Adikku si gagap?" tanya Irgi, dijawab dengan gelengan kepala oleh sang supir.
"Hanya nama panggilan yang mirip, dia kuliah di Okinawa. Tuan muda ketiga di Singapura. Selain itu, penampilan dan cara bicaranya berbeda jauh," jawab sang supir.
"Benar juga, jika dia si gagap. Dia akan berlari pada ayah, memeluknya dan mewarisi perusahaan. Dari pada bekerja sebagai asisten," Irgi mulai berjalan keluar, memegangi pinggangnya yang sakit. Kemudian berjalan ke parkiran, masuk ke dalam mobil.
"Tolong hubungi ayah, atur agar aku menikah dengannya, dan menceraikan suaminya. Keluarganya pasti jauh dibawah kekuasaan naga tua (Adrian) kan?" ucapnya tersenyum, mengambil kapas dan cairan penghapus makeup, menampakkan wajah rupawannya sedikit demi sedikit, menghilangkan penampilan ala anak punknya.
"Keluarganya memang, tapi suaminya," sang supir nampak ragu.
"Asalkan suaminya bukan si gagap, ayah akan menuruti semua keinginanku, melawan siapa saja. Omong-omong, pesankan aku beberapa setelan jas, dan atur pertemuan dengan baber shop profesional," ucapnya, menyisir rambutnya agar tidak berdiri.
"Untuk apa!?" sang supir mengenyitkan keningnya.
"Memotong rambut belakangku yang panjang. Aku akan mulai ke kantor, ternyata orang kantoran keren juga ya!?" ucapnya tersenyum tanpa dosa.
"Apa ini karena suami Frea? Anda ingin, bersaing dengan suaminya, kemudian merebutnya?" sang supir mengenyitkan keningnya.
"Tidak!! Mana mungkin aku menyukai perempuan kasar sepertinya!!" bentak Irgi, jemari tangannya masih memegangi phonecellnya, membuka sedikit kaca mobilnya, memotret Frea dari jarak jauh.
"Tidak menyukai!? Ayah dan anak sama saja!! Itulah kenapa tuan Adrian tidak perlu melakukan tes DNA khusus untuk anda!! Dasar lain di mulut, lain di hati!!" bentak sang supir.
Namun tiba-tiba, perhatiannya sedikit teralih. Tidak mirip dengan sosok tuan muda ketiganya, ketika kecil. Namun, mata Tomy sebelum memasuki mobil hampir serupa, melirik ke arah mobilnya. Sedikit tersenyum sinis, kembali menatap jalanan di hadapannya.
Sang supir tertegun, mata sinis yang sama dilihatnya, ketika mengemudikan mobilnya, melewati sang anak. Menyetir mobil berisikan kedua anak majikannya yang lain, 17 belas tahun yang lalu.
Anak yang terlihat menyedihkan, kulit kotor, pakaian cumpang-camping dengan banyak peniti berkarat. Menunggu sang ayah jika tidak dibukakan gerbang besar oleh security. Menunggu hanya untuk sedikit uang, membeli makanan, mengganjal perutnya yang lapar.
Mata sinis yang serupa, memandang iri pada dua saudaranya yang lain, hidup berkecukupan tanpa meminta apapun. Sedangkan dirinya harus menunggu di depan gerbang, terkadang diusir bagaikan benalu.
"Tidak mungkin, hanya perasaanku saja," tangan sang supir gemetar. Sosok yang tidak serupa, namun tatapan sinis yang sama.
"Kenapa!?" Irgi mengenyitkan keningnya.
"Bukan apa-apa..." jawabnya ragu, kembali mengemudikan mobilnya.
***
Erwin terdiam sejenak, masih sendirian berdiri di arena judo. Seorang cleaning service, membuyarkan lamunannya.
"Pak..." ucap sang cleaning service.
"Frea, salah satu pelatih disini sudah menikah?" tanyanya memastikan.
"Iya, satu bulan yang lalu, suaminya sering kesini. Masih muda, ganteng lagi..." sang cleaning service memuji penuh kekaguman.
"Saya juga ganteng, Frea dulu mengejar saya, bahkan pernah bantu saya bayar kost. Setiap ketemuan di restauran atau cafe dia yang bayar," ucap Erwin antusias bercerita.
"Itu namanya pria tidak bermodal. Lalu kenapa tidak menikah setelah sukses menjadi pria tidak bermodal?" tanya sang cleaning service mengamati penampilan Erwin dari atas sampai bawah yang tidak sebanding dengan Tomy.
"Aku yang menolak Frea mentah-mentah," jawabnya menyombongkan diri.
"Gendeng (Gila)!! Udah jelek, tidak bermodal, sombong lagi. Untung Frea masih waras, jadi dapat bronis keju..." sang cleaning service mengelengkan kepalanya heran, sembari mengepel lantai.
"Brownis keju?" tanyanya tidak mengerti.
"Brondong Manis, Keren Juragan duit, mobilnya saja sport. Bumi dan langit..." sang cleaning service menghela napas, menatap perbandingan Erwin dan Tomy.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEORANG CS SAJA BISA MNILAI ERWIN..
2024-01-20
3
Sulaiman Efendy
GK TERBALIK...
2024-01-20
1
mamae zaedan
lah ini supirnya yang peka👍👍🫰
2023-12-24
1