🍀🍀🍀🍀Maaf aku jajan sembarangan (makan-makanan tidak sehat) jadi muntah-muntah dan mundar-mandir ke kamar mandi (Diare). Pelajaran yang penting, walaupun makan buah sehat, jangan terlalu terlena. Durian + Kepundung (buah lokal) + Mie Instan \= Game Over🤒🤒🤒🤮🤮🤧🤧🤧🍀🍀🍀🍀
Lanjut saja🍀🍀🍀🍀 Happy Reading 🍀🍀🍀🍀
Indah bukan? Bagaikan sebuah mimpi baginya. Tubuhnya diangkat di depan umum ala bridal style, bagaikan pengantin baru, mendapatkan tepukan tangan dan sorakan dari pengunjung club'malam. Diturunkan di dalam mobil, hanya lemas menyender pada tubuh pemuda di sampingnya.
Matanya mulai kembali terbuka, sebuah gaun indah tiba-tiba melekat ditubuhnya, bahkan dapat dipastikan lebih mahal dari gaun yang sebelumnya dikenakan Cantika. Pakaian yang terkena muntahan entah berada dimana. Wajahnya dirias nampak lebih rupawan lagi.
"Aku terlihat cantik..." racaunya tertawa setengah sadar di hadapan cermin, berdampingan dengan beberapa penata rias. Sebuah map disodorkan padanya, wanita mabuk itu masih juga tertawa, kemudian tanda tangan tanpa membaca.
Malam yang cukup sepi, alunan musik terdengar, dengan sempoyongan dirinya melangkah diatas sebuah karpet merah. Seorang pria tua tidak dikenal, membantunya berjalan ke altar. Tangan pemuda rupawan terulur membantunya naik, dibalik kain tipis yang menutupi wajahnya.
Sumpah yang dikatakan pendeta sesuatu yang menjadi impiannya akan terjadi. Yang dulu hanya bisa menatap satu persatu pernikahan sahabatnya. Mengikuti mimpi indahnya, mengatakan 'bersedia'. Pemuda di hadapannya? Tentunya juga mengatakan hal yang serupa sembari tersenyum padanya.
Kain tipis yang menutupi wajahnya, disingkap jemari tangan sang pemuda. Menyentuh belakang tengkuknya, menciumnya di hadapan umum. Matanya kembali tertutup. Mimpi yang benar-benar indah.
***
Sinar matahari menyilaukan mata Frea yang kini tubuhnya hanya berbalut piayama. Perlahan mata gadis itu terbuka, mengerjap, tanpa disadarinya, jari manis tangannya telah berhiaskan cincin berlian memegangi kepalanya yang sedikit sakit, akibat baru pertama kali mengkonsumsi alkohol.
Namun, senyuman menyungging di wajahnya mengingat mimpi indahnya semalam."Aku bermimpi menikah..." ucapnya tersenyum mengacak-acak rambutnya, sembari tertawa kecil.
Hingga, seorang pemuda memasuki kamar, membawa nampan dengan makanan beraroma menggoda. Pemuda yang ada dalam mimpinya, seseorang yang mengulurkan tangannya, membantunya naik ke altar,"Sayang, makanlah sarapannya..." ucapnya, tersenyum cerah, senyuman yang dapat menggoda mata gadis manapun yang melihatnya.
"Ka... kamu siapa?" Frea terbata-bata, masih belum dapat menerima hal yang terjadi. Seseorang keluar dari dalam mimpi? Apa dirinya masih bermimpi?
"Suamimu..." jawabnya, membelai rambut Frea.
"Hah?" tidak percaya atau mengerti itulah yang ada di fikirannya, mencubit tangannya pun, mimpi ini belum berakhir juga. Pemuda itu tetap tersenyum ramah padanya, dibalik otaknya yang picik.
"Jangan bercanda aku dapat menuntutmu untuk..." kata-kata Frea terhenti, pemuda itu melemparkan sebuah dokumen ke hadapannya.
"Akte nikah, kartu keluarga yang baru, semuanya sudah diurus. Kamu sudah menandatanganinya," jelas sang pemuda, menyentuh dagu gadis di hadapannya.
"Ini palsu kan? Namaku masih ada di kartu keluarga ibuku, juga catatan sipil, tidak mungkin buka..." Frea mengungkapkan alasan lain. Dalam kondisi kacau? Tentu saja, menikah dengan orang tidak dikenal, seseorang yang bahkan tidak diketahui nama dan latar belakangnya. Ini benar-benar kesalahan gila yang dilakukannya.
"Aku sudah menghubungi ibumu, dengan senang hati dia mengirim supir tengah malam untuk membawa kartu keluarga, menghilangkan namamu dari daftar kartu keluarganya. Katanya tidak peduli menikah dengan siapapun, tukang kebun juga tidak apa-apa..." jelasnya tersenyum tanpa dosa.
Wajah Frea pucat pasi, mendengar kata 'tukang kebun' kata-kata yang memang sebelumnya diucapkan ibunya. Tidak mendengar kata-kata pemuda yang terus mengoceh kumat-kamit menjelaskan.
"Catatan sipil, mereka bangun tengah malam khusus untukku. Seharusnya mereka merasa beruntung karena menjadi tamu undangan satu-satunya pada hari pernikahan kita. Setelah ini kita akan bulan madu kemana? Kamu ingin punya berapa anak? Bagaimana jika 20, 10 laki-laki, 10 perempuan..." kata-kata yang tidak dengarkan Frea. Gadis itu masih tertegun saat ini, dengan tangan gemetar.
Perlahan berkas dibukanya, informasi tentang pemuda yang katanya telah menikah dengannya terlihat,"Tomy? 28 tahun?" tanyanya menatap pemuda di hadapannya.
Sang pemuda mengangguk, sembari tersenyum. Menggenggam jemari tangan Frea erat, bagaikan tidak ingin melepaskannya.
"Tunggu..." Frea menarik tangannya mengenyitkan keningnya."Aku, bukan orang kaya kamu salah mencari sasaran!! Jika akan mencari tante-tante untuk menjadi sandaran hidup,"
"Namaku adalah Tomy, pernah buka majalah bisnis? Kamu tidak merasa familiar?" tanya sang pemuda, mengenyitkan keningnya.
Frea menggeleng-gelengkan kepalanya, pertanda tidak mengetahui siapa sosok yang ada di hadapannya. "A...apa kita semalam melakukannya?" tanyanya terlihat cemas.
Melakukan apa? Setelah menikah kamu langsung tidak sadarkan diri. Aku ingin menyentuhmu, wanita pertama yang ingin aku sentuh... gumam Tomy dalam hatinya.
"Iya, kamu sangat liar. Ingin beberapa kali lagi, membuatku kewalahan. Bahkan minta ganti berbagai posisi..." dustanya, menggigit bagian bawah bibirnya sendiri, tersenyum menggoda.
"Sial!! Aku menikah dengan gigolo dan bahkan tidak ingat malam pertamaku!!" racaunya, mengacak-acak rambutnya frustasi.
Gigolo? Penampilan sempurna dari atas sampai bawah, ditemuinya di club'malam. Terlihat pandai menggoda, menginginkan wanita yang sudah berusia sepertinya. Apa lagi profesinya jika bukan gigolo? Itulah pemikiran gila seorang Frea.
"Aku bukan..." Tomy membulatkan matanya hendak menjelaskan.
"Diam!! Aku tidak begitu kaya, jika ingin mengikatku sebagai sandaran hidup, jujur saja, aku hanya memiliki apartemen kecil, serta beberapa toko. Jadi jangan mengharapkan hidup mewah, setelah kita menikah!!" bentaknya, memasukkan dirinya ke dalam selimut.
Tomy menghela napas kasar memijit pelipisnya sendiri, setidaknya masih dianggap suami bukan? Tapi disangka sebagai gigolo?
"Aku bukan pria bayaran, aku..." kata-katanya terhenti, terdengar suara ketukan pintu dari kamar hotel yang disewanya. Tomy mulai bangkit berjalan beberapa langkah, membuka pintu.
"Sayang, akhirnya aku menemukanmu..." entah kebetulan atau bukan seorang wanita yang 18 tahun lebih tua darinya memeluknya, menangis penuh rasa haru.
Frea mengintip sedikit dari balik selimutnya, pemuda itu tersenyum lembut membalas pelukan wanita itu, menepuk punggungnya seolah menegarkan wanita yang tengah menangis terisak.
"Kita bicara di tempat lain ya?" ucap Tomy, sedikit melirik ke arah Frea, menghela napas kasar, seolah menunggu saat yang tepat menjelaskan. Pergi meninggalkan kamar bersama sang wanita yang terlihat jauh lebih tua darinya.
Frea membuka selimutnya menatap sinis, "Bukan gigolo apanya? Pagi-pagi sudah bertemu kencan dengan tante-tante..."
"Sial!! Menikah dengan babang-babang tukang kebun juga tidak apa-apa!! Tapi kenapa malah menikah dengan gigolo!!" ucap Frea kesal, menendang-nendang selimutnya, sembari mengacak-acak rambutnya frustasi. Pria setia? Mungkin hanya itu tipenya yang tidak pemilih, karena pengalamannya dikhianati beberapa kali.
Sejenak kemudian dirinya tertegun mengingat wajah wanita yang menemui sang pemuda,"Merlin? Artis senior yang kaya karena warisan almarhum suaminya? Setelah sepuluh tahun kematian suaminya, ternyata dia menyukai berondong sewaan. Dunia selebriti memang kacau," gumamannya, tidak menyangka, artis dengan citra baik ternyata memiliki scandal.
***
Di tempat lain, tepatnya restauran hotel, dua cangkir kopi terhidang serta beberapa kue kering yang mereka pesan.
"Kamu sudah dewasa, maaf dulu memperlakukanmu dengan buruk..." ucapnya tertunduk menatap wajah rupawan putra yang dulu ditelantarkannya.
"Tidak apa-apa, yang penting ibu tetap sehat dan bahagia. Tetaplah tersenyum, seperti di majalah, ok?" anak di luar nikah seorang selebriti? Itulah sosok Tomy. Anak sebelum ibunya meniti karir, saat wanita itu masih menjadi wanita malam, yang kerap menganiaya putranya.
Memaafkan? Bagaimanapun wanita ini yang membesarkan dan melahirkannya. Satu-satunya yang dahulu menjadi tempatnya berlindung. Sebelum pada akhirnya sang ibu juga menelantarkannya, ketika berusia 11 tahun.
Wanita itu, hanya tersenyum tulus, membuka sedikit kacamata hitamnya, menghapus air matanya yang hendak menetes. Menyesal telah menelantarkan putranya, bahkan sempat merahasiakan dari media dan almarhum suaminya."Ibu akan mengumumkanmu sebagai putraku..." kata-kata Merlin terhenti.
"Tidak perlu, aku tidak suka menjadi bahan gosip dan dikejar wartawan seperti ibu. Sungguh tidak modis..." ucapnya menunjuk-nunjuk topi dan kacamata hitam serta masker yang digunakan ibunya ketika memasuki area restauran.
"Apa terlihat jelek?" Merlin mengenyitkan keningnya,"Tidak jelek..." lanjutnya mengeluarkan kaca kecil dari tasnya, memastikan penampilannya sendiri.
"Anakmu setampan ini, mana mungkin ibunya jelek," Tomy tersenyum lembut, sembari mulai meminum kopi di hadapannya.
"Omong-omong siapa wanita di dalam kamar hotel? Kamu tidak senang jajan sembarangan bukan (menyewa wanita malam)?" tanya Merlin menatap curiga. Bersamaan dengan Tomy menyemburkan kopinya terbatuk-batuk.
"Ibu!! Aku bukan tipikal orang yang seperti daun teh kering, senang celap-celup. Wanita tadi istriku, kami baru saja menikah," senyuman menyungging di bibirnya, menatap kopi yang berada di cangkirnya. Tersipu malu? aneh bukan, pria berusia 28 tahun tersipu malu?
"Kamu sangat menyukainya?" Merlin mengenyitkan keningnya, sembari tersenyum.
Tomy mengangguk,"Ibu ingat saat aku diusir dari rumah setelah dihajar paman tidak dikenal, yang ibu bawa? Dia yang memberku makan dan menyuapiku," ucapnya menghela napas kasar,"Karena itu, aku hanya dapat mencintainya..."
Anak gagap yang tidak dihargai siapapun? Itulah identitas Tomy, 17 tahun yang lalu. Tersenyum menatap sinar matahari yang menembus jendela restauran.
Perbuatan kecil? Hanya air dan sebungkus makanan sisa. Serta mengobati sang anak sekedarnya. Namun, itu sudah cukup bagaikan menyelamatkan nyawanya.
"Maaf..." Merlin tertunduk, mengingat perbuatan tercelanya. Menjual dirinya, kerap membawa lelaki hidung belang pulang ke rumah mereka.
"Omong-omong, berapa usia nya?" Merlin tersenyum menatap putranya.
"34 tahun..." jawabnya jujur.
"Ti...tiga pu...puluh empat?" ucap Merlin tergagap, memastikan pendengarannya.
Bersambung
......Jika ditanyakan, bagaimana aku mencintaimu? Aku akan menjawab, seperti tanaman buah tidak terawat di tanah gersang. Mungkin menyiraminya dengan segenggam air yang tidak berarti bagimu, membuat tanaman buah kecil itu bertahan hidup......
...... Hanya hal kecil, sesuatu yang membuat tanaman kecil sepertiku berjuang bertahan, merindukan senyumanmu di dunia yang kejam ini. Berjuang bertahan, agar suatu saat nanti dapat membuatmu bahagia, hidup menua bersama, menikmati segala hal yang aku miliki saat ini......
Tomy...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BENARKN, TU BOCAH YG DIKASIH MAKAN, DISUAPI DN DI OBATI FREA, HINGGA VINCENT CEMBURU..
2024-01-20
2
mamae zaedan
sempat lupa bocah yang bicaranya gagap,, kirain beda usia lebih 5thn😖😏
2023-12-24
1
Ida Irwanto
oh teryata tommy itu anak yg di tolong dan yg gigit tangan vincent mantan pacarnya frea👍👍👍 makin seruh nih 😁
2022-07-15
2