Bahagia? Tentu saja, walaupun tidak mendapatkan kata mencintai, hanya suka, merupakan kemajuan yang sudah cukup besar untuknya.
"Jika aku tidak dekat dengan wanita lain, kamu akan menyukaiku?" tanyanya memastikan.
Frea menghela napas kasar, kemudian mengangguk, mengiyakan.
Tomy tersenyum seakan telah memiliki dunia ini, jemari tangannya mulai mengangkat roti bakar. Telur dan sosis dimasaknya, diletakkan di atas roti dengan saus tomat yang menghiasi bagian atasnya.
"Sarapan..." ucapnya menghidangkan satu porsi di hadapan Frea dan satu porsi lainnya, di kursi yang berdampingan dengan istrinya. Berjalan, guna mengambil susu di lemari pendingin, sebagai pelengkap sarapan mereka, yang terburu-buru pagi ini.
"Hati?" Frea mengenyitkan keningnya, berusaha tidak tersenyum, menatap saus yang diberi bentuk hati.
"Hatiku, tertuju hanya padamu..." ucap pemuda rupawan itu tersenyum, sembari meletakkan segelas susu di hadapan Frea.
Memiliki suami yang berusia lebih muda? Ternyata tidak seburuk perkiraannya. Pertama kali bertemu dengan Tomy, sosok pemuda manja, egois yang hanya akan menyusahkan hidupnya saja yang terlintas.
Namun, ternyata tidak seburuk dugaannya. Tidak perlu berpura-pura tegar, berpura-pura dewasa di hadapannya, hanya berprilaku apa adanya. Menerima kasih sayang yang manis bagaikan anak remaja pertama kali jatuh cinta.
Mata Frea menatap lekat ke arah suaminya yang tengah membereskan peralatan masaknya."Tidak buruk..." gumamnya tersenyum, menilai suaminya sendiri.
"Apanya yang tidak buruk?" Tomy mengenyitkan keningnya, mulai duduk di kursi samping Frea.
"Sarapan, rasanya tidak buruk," jawab Frea asal.
Tomy termenung sejenak, kemudian menghela napas kasar, memberanikan dirinya bicara,"Frea, kapan kita akan bulan madu?" tanyanya ragu.
Frea yang tengah meminum susu, tiba-tiba tersedak, terbatuk-batuk,"Bulan madu?"
"Iya, bulan madu," jawab Tomy, tersenyum tanpa dosa."Diatas kapal Ferry pribadi yang mewah, di tengah laut yang berguncang, angin laut dingin dengan selimut hangat. Fasilitas kamar pengantin yang akan dilengkapi kolam kecil, dengan pengatur suhu. Kita dapat berendam bersama sambil minum sampanye disana, menikmati pemandangan malam,"
"Dilanjutkan dengan candle like dinner, kamar dan tempat tidur yang dipenuhi kelopak bunga mawar. Menikmati malam yang dingin di dalam kamar yang hangat, jangan khawatir kalau punya banyak anak. Rumah yang cukup besar sudah aku persiapkan, bahkan cukup luas jika anak kita sebanyak satu tim kesebelasan sepak bola," ucapnya, mengungkapkan tentang kapal Ferry pribadi miliknya, sebagai bonus, sekaligus hadiah pernikahan dari keluarga majikannya.
Serta rumah mewah bagaikan istana, dengan perkebunan buah pribadi, hasil tabungan selama bertahun-tahun, memang dipersiapkannya untuk Frea, gadis impiannya dan anak mereka kelak.
Frea menghela napas kasar,"Dalam mimpimu!" ucapnya kesal, mengingat sesuatu yang tidak mungkin. Dengan penghasilan dirinya yang tidak seberapa.
Menyewa kapal Ferry hanya untuk bulan madu? Lebih baik bulan madu di villa saja akan lebih murah...
Sejenak Frea menepuk pipinya sendiri mengingat pemikiran gilanya. Kenapa aku malah jadi terpengaruh fikiran mesum berniat bulan madu? Tapi tubuhnya itu, aku ingin menyentuhnya lagi...
Frea terdiam menggigit bagian bawah bibirnya sendiri, menatap suaminya yang masih hanya mengenakan jubah mandi, bentuk tubuhnya sedikit terlihat. Tubuh yang tadi pagi sempat disentuhnya. Kembali memberikan perasaan aneh pada dirinya.
"Lalu kamu ingin bulan madu dimana?" Tomy mengenyitkan keningnya, menyeka sedikit sisa saus tomat yang menempel di bibir Frea. Jantung keduanya berdebar lebih cepat, saling bertatapan lekat.
"Sausnya masih sedikit tersisa di bibirmu," ucapnya, dengan tatapan sayu, memejamkan matanya, menikmati bibir Frea yang terasa bagaikan candu untuknya. Menelusuri celah demi celah bibirnya.
"Aku mencintaimu..." ucapnya, dengan napas tidak teratur. Frea menarik tengkuk suaminya, melanjutkan ciuman mereka, seolah tidak pernah cukup untuknya.
Ragu akan Tomy? Tentu saja, mengingat banyak hal mustahil, mungkin suatu kebohongan, kata-kata bagaikan penipu profesional yang diucapkan suaminya. Namun, hatinya tidak dapat berbohong, menginginkan dijaga dan merasakan kasih sayang pria yang perlahan mulai dicintainya.
***
Tidak seperti biasanya, pria vampir itu tersenyum-senyum sendiri, masih berjalan cepat memakai earphonenya, entah menghubungi klien atau bawahannya.
"Pak Tomy..." sekertaris bos-nya memberi hormat, mengikuti langkahnya, memasuki lift.
Gadis yang masih berusia 27 tahun itu menatap punggung kokoh pemuda di hadapannya. Selalu nampak dingin tanpa banyak ekspresi, namun hari ini beberapa kali tersenyum? Senyuman yang jarang terlihat.
Jemari tangannya mengepal, sudah hampir satu tahun JH Corporation mendirikan cabang kantor pusat di Indonesia. Dan pada hari itu dirinya mengenal Tomy, asisten pemilik JH Corporation, memiliki lebih banyak tanggung jawab, tentunya dengan penghasilan yang tidak dihitung dengan mata uang rupiah.
Tidak ada yang tau pasti berapa gajinya, namun pemuda di hadapannya sering berinvestasi di bidang saham. Tampan, pintar, mapan, berkarisma tidak ada yang kurang. Rasanya bermimpi terlalu tinggi jika menyukai pemilik JH Corporation yang jarang datang ke kantor, bahkan hanya pernah beberapa kali dalam setahun ini.
Namun, jika seorang sekretaris menyukai atau bersanding dengan asisten bos terlihat sepadan dan serasi bukan? Tomy yang terlalu sibuk menangani keperluan majikannya, membuat Karin (sekretaris) jarang memiliki kesempatan bertemu dengan pemuda itu.
Isu pernikahan Tomy membuatnya tertekan, melirik ke arah jari manis sang pemuda rupawan yang telah tersemat cincin. Karin menghela napas kasar, memberanikan dirinya mendekat, selepas perasaannya akan diterima atau ditolak.
"Pak Tomy, saya membawa kue kering buatan rumah, kue jahe. Anda mau?" tanyanya, menyerahkan paperbag, memberanikan dirinya bicara. Bukan pembicaraan formal seperti biasanya, namun mengakrabkan diri untuk lebih dekat.
"Kue jahe? Itu bagus untuk kesehatan ya? Terimakasih, istriku akan menyukainya," ucapnya tersenyum,"Tolong letakkan di lantai," lanjutnya.
Aneh? Tentu saja, Karin mengenyitkan keningnya menurut, meletakkan paperbag di atas lantai lift. Tomy kemudian meraihnya, bagaikan menghindari dekat atau bersentuhan dengan Karin.
"Kenapa tidak mengambil langsung dari tangan saya!?" tanya Karin tidak mengerti.
"Jaga jarak, istriku berjanji, jika aku tidak dekat dengan wanita lain, dia akan menyukaiku..." ucapnya tersenyum polos, wajah arogan itu bagaikan menghilang tidak bersisa.
Karin tertegun, untuk pertama kalinya menatap wajah dingin Tomy tersenyum secerah hari ini. Otaknya terasa kaku, menatap pemandangan yang begitu menyegarkan paginya, tidak menyadari pemuda itu telah keluar dari lift.
"Karung!? Mana karung!? Aku ingin memasukkannya ke dalam karung dan membawanya pulang..." ucapnya berteriak melemas. Kharismanya sebagai wanita cantik, kaku dan pintar bagaikan menghilang. Untuk pertama kalinya mencair oleh senyuman dari wajah dingin sang vampir rupawan.
***
Tahukah kalian kehidupan pegawai dengan gaji tertinggi di perusahaan itu? Gaji yang bahkan melebihi seorang direktur sekalipun.
Pria elite yang makan di restauran, menenggak wine, menghabiskan puluhan juta hanya untuk makan malam? Tidak, itu bukan sosok seorang Tomy. Pemuda itu, berjalan menuju kafetaria, memiliki fans club sendiri, dimana para wanita mencuri pandang, menatap pesonanya dengan wajah dingin dari jauh.
Nasi diambilnya, dengan beberapa sayuran pendamping, serta tahu dan tempe. Sederhana bukan? Fansnya bahkan memiliki group FB sendiri, memotret dari jauh dengan keterangan.
'Vampir dingin kita yang keren, ternyata seorang vegetarian. Keren!! Sudah tampan tidak menghisap darah lagi. Benar-benar gaya hidup sehat, inilah vampir idola kita,'
Itulah kata-kata yang menyertai foto Tomy yang diunggah dalam group media sosial. Para gadis itu mulai ramai, menuju cafetaria mengambil menu serupa.
Tapi apa benar karena dirinya seorang vegetarian atau karena alasan kesehatan? Tidak sepenuhnya benar, Tomy mengenyitkan keningnya ketika membayar.
"Permen?" ucapnya, mengenyitkan keningnya, ketika mendapat pengganti kembalian tiga buah permen, menggantikan sisa kembaliannya 500 rupiah.
"Maaf, tidak ada kembaliannya," ucap orang di cafetaria.
"Tidak mau, aku tidak berniat membeli permen. Aku dapat menuntutmu dengan tuduhan penipuan jika tidak memberikan kembalianku," Tomy menatap tajam, tidak senang.
"I...iya maaf, aku tukar dulu ya," sang penjaga cafetaria segeral berlari menukar uang.
Ada perbedaan tipis antara irit dan kikir. Bisa dibilang merencanakan untuk masa depan sehingga dirinya dapat disebut irit. Perlahan melihat perkembangan sahamnya di beberapa perusahaan melalui tab-nya, sembari menunggu kembalian yang tersisa 500 rupiah.
"Jika aku punya anak, mereka tidak perlu kelaparan tengah malam. Bersekolah dengan pakaian rapi..." gumamnya menghela napas kasar, tidak ingin jika memiliki anak nanti bernasib serupa dengan dirinya.
"Ini..." kasir cafetaria menghela napas kasar, memberikan kembalian.
"Terimakasih," Tomy mengambil kembaliannya, meletakkan dalam saku, berjalan sembari kembali menatap tab-nya.
"Gajinya paling tinggi, tapi paling irit. Dasar kikir..." hanya pegawai cafetaria yang tau benar, betapa iritnya hidup pria yang berjalan pergi, dengan aura yang sulit didekati.
***
Hari mulai berganti sore, pemuda itu merenggangkan otot-ototnya sejenak. Menghela napas kasar, hingga Karin memasuki ruangannya,"Pak Tomy, Adrian dari Pratama group ingin bertemu dengan anda..." ucapnya.
"Biarkan masuk," Tomy menghebuskan napas kasar, sudah mengetahui cepat atau lambat identitasnya akan dicurigai.
Karin keluar dari ruangan, mempersilahkan Adrian masuk, sementara dirinya mengambil minuman di pantry.
Mata Adrian menatap tajam, mengamati pemuda yang sama sekali tidak tersenyum padanya.
Nama panggilan yang mirip, usia yang sesuai, tapi...
Adrian kesulitan mengenali putranya, tidak pernah tinggal atau menemui Tomy saat anak itu tinggal dengan Merlin mungkin menjadi penyesalan tersendiri baginya. Wajah kusam yang sering tersengat terik matahari itu telah berubah, kembali menjadi putih bersih, layaknya kulit kedua orang tuanya.
Tubuh kurus, dengan pandangan mengiba, kata-kata yang gagap yang biasanya keluar dari mulutnya juga sudah menghilang. Ciri-ciri fisik lain seperti tahi lalat? Mungkin hanya Merlin yang mengetahui sehingga dapat mengenali putranya dengan mudah.
Benar, Tomy memiliki tahi lalat di leher bagian kanannya. Merlin yang awalnya tidak yakin, dengan sosok asisten JH Corporation, pemuda yang memiliki nama serupa dengan putranya, mencari banyak kesempatan untuk mengamati lehernya. Hingga orang sewaannya berhasil mengambil foto Tomy, yang memperlihatkan sedikit bagian leher kanan pemuda itu.
"Silahkan duduk, ada apa tuan Adrian kemari?" tanyanya berjalan menuju sofa, tersenyum dingin penuh kharisma duduk berhadapan dengan Adrian.
Adrian tertegun, cara bicara yang lancar seperti di lihatnya dalam beberapa pertemuan kalangan atas. Namun, dirinya masih ingin tetap berharap, berharap akan menemukan putra gagap yang dicampakkannya.
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menjalin hubungan baik saja. Omong-omong kamu terlihat sangat cerdas, apa kamu lulusan National University of Singapore? Aku ingin memilihkan universitas untuk anak keduaku," tanyanya memastikan jejak terakhir putranya.
Tomy berusaha tersenyum, mengepalkan tangannya,"Bukan, aku kuliah di Jepang, tepatnya di prefektur Okinawa..." dustanya.
Memilih universitas untuk anak keduanya? Iri? Mungkin itulah perasaannya saat ini. Jika bukan tangan pemilik JH Corporation yang terulur, menyokong biaya kuliahnya, mungkin dirinya tidak akan seperti sekarang ini. Tapi anak kedua Adrian yang jelas-jelas bukan anak kandungnya dicarikan universitas terbaik.
Ini adalah sebuah lelucon, putra kandung yang dibuang dan diusir bagaikan benalu. Sedangkan putra orang lain yang dibesarkannya dengan baik. Apa karena dirinya dianggap gagap dan cacat? Anak kotor dari hasil hubungan di luar nikah?
Adrian menghela napas kasar, harapannya bagaikan menghilang,"Jepang ya?" gumamnya, menatap mata di hadapannya. Mata yang terlihat tajam, berbeda dengan mata jernih anak yang meminta memeluknya 17 tahun yang lalu.
"Iya, Jepang aku sempat tinggal di Okinawa, setelah itu, baru kembali tinggal di Singapura," jawab Tomy penuh kebohongan dengan wajah tenang, menyesap secangkir teh yang baru dihidangkan Karin.
Kecewa tentu saja, harapan yang kembali pupus, ternyata bukan Tomy yang dicarinya. "Maaf sebelumnya, aku hanya sekedar berkunjung. Ada hal yang harus aku tangani," ucapnya melihat jam tangannya sendiri, seakan tidak memiliki banyak waktu.
"Baik, datanglah kapan-kapan..." Tomy tersenyum ramah, bersamaan dengan Adrian bangkit, diantar keluar oleh Karin.
Senyuman di wajah pemuda itu lenyap, berganti dengan isak tangisan. Merindukan ayahnya? Benar, dirinya masih merindukan ayah yang dahulu mengusirnya.
Namun, keinginan Adrian sebelum dirinya benar-benar pergi, masih diingatnya. Jangan pernah berharap suatu hari nanti dapat merebut harta anak-anakku...
Membenci dan mencurigai dirinya akan merebut harta ayahnya. Harta milik kedua anak yang paling disayangi ayahnya.
"Lebih baik seperti ini..." gumamannya, tidak ingin ditemukan oleh Adrian. Tidak ingin menjadi tertuduh yang dicurigai akan merebut harta ayahnya lagi. Menyayangi dari jauh? Biarlah anak gagapnya hanya dapat menyayangi sang ayah dari jauh.
***
Dalam mobil yang melaju, meninggalkan JH Corporation...
"Bagaimana tuan?" tanya sang supir, yang sudah puluhan tahun bekerja pada majikannya.
Adrian menggelengkan kepalanya, menatap ke arah jendela mobil,"Perasaanku mengatakan dia adalah Tomy-ku yang gagap. Tapi kenyataannya bukan, apa karena aku terlalu merindukan dan merasa bersalah padanya?" tanyanya.
Air matanya mengalir, anak yang besar tanpa kasih sayangnya. Anak yang diabaikannya, mungkin adalah yang paling menyayanginya. Setiap tahun, akan ada hadiah ulang tahun tanpa alamat pengirim, walaupun hanya sekedar dasi murah.
Kedua anak yang dibesarkannya dengan baik, hanya menadahkan tangan meminta uang. Bahkan ingat ulang tahun atau memperhatikannya pun tidak pernah.
Anak yang selalu memakai pakaian lusuh, dengan banyak bekas jahitan dan kancing berkarat bertengger dimana-mana, menutupi tubuhnya yang kurus kusam tidak terawat. Air matanya mengalir mengingat sosok putranya saat itu.
"Tuan, apa tidak sebaiknya minta maaf baik-baik pada Merlin. Tanyakan pelan-pelan dimana keberadaan tuan muda (Tomy)..." ucap sang supir menghela napas kasar.
"Tidak!! Aku lebih baik mencari sendiri!!" bentaknya, dengan wajah serius, terlihat tegang menyembunyikan sesuatu, mengingat pertemuan terakhir kali yang memalukan.
"Kenapa?" sang supir mengenyitkan keningnya.
"Aku hanya tidak ingin bertemu dengan ikan piranha lagi!! Wanita murahan yang menjual diri!! Dia..." kata-kata Adrian terhenti, sang supir menghentikan laju kendaraannya.
Sudah jenuh setelah sekian puluh tahun, berjalan ke luar dari dalam mobil, membuka pintu kursi penumpang bagian belakang.
Hal yang dilakukannya, tentu saja merebut handphone Adrian, hendak menunjukkan daftar riwayat pencarian informasi di geogle milik majikannya. Kemudian memperlihatkan pada majikannya.
"Anda fansnya!? Atau anak ABG yang setelah sekian puluh tahun, masih tidak berani mendekat tapi cemburu pada pacarnya!?" tanyanya menunjukkan daftar riwayat pencarian akun geogle.
'Pria yang dekat dengan Merlin'
'Kegiatan Merlin'
'Proyek film baru yang akan dibintangi Merlin'
'Foto Merlin yang memakai bikini'
Dan masih banyak hal lainnya, sang supir menghela napas kasar. "Mau saya tunjukkan akun palsu yang anda buat, untuk melawan heaters-nya?" tanyanya, yang selama ini hanya berpura-pura tidak tahu.
"Gajimu bulan ini akan dipotong..." ucap Adrian, merebut handphonenya.
***
Merlin menghela napas kasar, menatap dari jauh Frea makan siang bersama Gea dan Vincent. Mengambil fotonya diam-diam.
Menyimpannya? Benar Merlin tidak akan memberikan pada putranya. Tidak ingin putranya terluka.
Hanya menatap dari jauh, pasangan dengan keluarga yang terlihat bahagia, tersenyum tertawa bersama.
"Dalam sebuah hubungan, orang yang tidak dicintai adalah orang ketiganya. Apa takdir kita akan sama, menjadi orang ketiga?" gumamannya iba pada putranya, yang dengan tersenyum mengatakan tidak pernah mencintai wanita lain, selain Frea.
"Lebih baik menyerah dari awal, sebelum pergi setelah merasa terluka..." lanjutnya, menggenggam erat gelas minumannya.
Menyimpan rapat-rapat hal-hal yang diketahuinya selama beberapa hari ini, menyewa orang untuk mengikuti dan menyelidiki Frea. Wanita yang terlihat akan membuka hati untuk mantan kekasihnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MERLIN JUAL JUGA KRN DIRI LO BNGSAT YG TDK MAU TANGGUNG JAWAB..
2024-01-20
1
Sulaiman Efendy
AYAH BIOLOGIS BANGSATNYA TUHH
2024-01-20
1
mamae zaedan
masih menyayangi dalam kejauhan walaupun sudah pernah tak diakui,, oh tomy sungguh besar hatimu
2023-12-24
1