Extraordinary Husband (Suami Yang Luar Biasa)
...Cinta identik dengan rasa kasih yang membuat bahagia bukan? Namun bagiku hanya sisi lain dari cinta yang aku dapatkan...rasa sakit ketika ditinggalkan......
Frea...
Semua dimulai ketika diriku berusia 17 tahun...
Seorang gadis memakai pakaian pelayan? Itulah sosok Frea. Gadis cantik, baik hati dengan senyuman yang manis, bekerja sambilan di sela waktu sekolahnya.
Brak...
Ahli beladiri, gadis berambut panjang mempesona. Mengalahkan seorang pria yang menjadi seniornya di area pelatihan. Berjalan perlahan, turun dari arena. Sangat mempesona bukan? Gadis baik hati yang tidak segan menolong siapa saja.
Frea mengayuh sepedanya, tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil, setelah perceraian ibu dan ayahnya. Sama-sama tidak nyaman? Begitulah perasaannya, jika diminta tinggal di rumah ibunya yang kini sudah memiliki suami, dan anak tiri. Atau diminta tinggal dengan ayahnya yang juga sudah menikah dengan seorang janda beranak satu.
Memilih tinggal sendiri di tempat yang tenang, dari pada menghadapi situasi canggung.
Pakaian bela diri ditanggalkannya, tubuh putihnya terlihat. Perlahan membasuh dirinya menggunakan gayung.
Celana panjang dikenakannya, lengkap dengan kaos berkerah V. Cukup simpel bukan? Namun, terlihat menawan. Hanya mengenakan lotion tanpa parfum. Suara ketukan pintu terdengar, Frea tersenyum, sudah mengira siapa yang datang.
Pintu perlahan dibukanya,"Frea, selamat ulang tahun..." Vincent (kekasih Frea) membawa sebuah boneka beruang kecil, serta setangkai mawar merah.
"Aku hampir lupa, terimakasih..." ucapnya tersenyum, berjalan kembali masuk diikuti sang pemuda.
Vincent tersenyum penuh maksud menutup pintu kamar kost, menatap gadis yang dicintainya intens, "Frea," ucapnya memeluk kekasihnya dari belakang, mengecup pelan pipinya.
"Nakal," Frea tertawa kecil, mendorong dahi kekasihnya. Sudah 6 bulan menjalin hubungan dengan kakak kelas terpopuler di sekolahnya itu. Namun, berciumanpun tidak pernah. Bagi Vincent itu adalah hal yang sedikit aneh, mungkin karena berbeda dengan beberapa mantan kekasihnya, yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian sang pemuda rupawan.
"Aku harus kembali ke restauran, sudah saatnya bekerja," Frea tersenyum, meraih paperbag di dalam lemari yang berisikan seragam tempatnya bekerja.
Namun, hal yang aneh terlihat, Vincent malah berbaring di tempat tidur Frea,"Aku anak pemilik restauran, kamu bisa libur sesuka hati. Ayo berbaring bersamaku," ucapnya menepuk tempat tidur disampingnya.
Frea menghela napas kasar,"Yang punya orang tuamu. Sudah aku berangkat sendiri saja..."
"Tunggu!! Biar aku antar!!" Vincent mulai bangkit, berlari mengejar kekasihnya.
Motor sport berwarna merah, Frea memegang erat pinggang kekasihnya. Tersenyum? Benar saat ini Vincent tersenyum, menyadari gadis cantik menyender di punggungnya, mendekapnya erat. Tidak dapat dijamahnya pun tidak apa-apa, gadis dengan harga diri tinggi yang dicintainya.
Motor berhenti di area restauran, Frea membuka helmnya dibantu Vincent. Romantis bukan? Pasangan yang nampak sempurna. Perlahan Frea berjalan menuju loker, menggati pakaiannya dengan seragam restauran.
Mulai bekerja mencatat pesanan penuh senyuman, mengantar beberapa makanan. Vincent hanya tertegun tersenyum menatap kekasihnya.
Tapi apa benar pria romantis ini, sangat setia? Hingga 30 menit berlalu, Vincent kembali pergi, meninggalkan area restauran milik orang tuanya.
Wajah rupawan, dari keluarga harmonis yang berada, anak satu-satunya yang dimanjakan. Mencintai Frea? Memang benar, berlian indah yang tidak dapat disentuhnya. Laju motornya terhenti di depan sebuah kost-kostan.
Bersamaan dengan seorang gadis cantik membukakan pintunya. Secantik Frea? Tidak, namun cukup cantik untuk menjadi pelampiasannya.
"Aku mencintaimu," kata-kata penuh rayuan dari mulutnya. Mengecup pelan bibir, wanita yang berusia lebih dewasa darinya.
"Sayang..."sang wanita yang kini menjadi mahasiswi itu tersipu. Membiarkan tubuhnya dijamah anak SMU yang berwajah rupawan itu.
Pertama kalinya? Tidak, berbagai macam hal pernah mereka coba. Tubuh wanita itu diangkatnya, setelah pakai mereka ditanggalkannya. Menyudutkan pada dinding, mulai mengguncang tubuh polos itu seirama. Sembari menjelajahi leher wanita cantik di hadapannya. Melenguh penuh hasrat, melampiaskan perasaannya yang tertahan. Akibat penolakan kekasihnya.
Malam menjelang, Frea merenggangkan otot-ototnya. Berjalan berlalu hendak membuang sampah. Mendengar suara rintihan dari sebuah post ronda.
Seorang anak terlihat mengenaskan, tubuhnya dipenuhi luka lebam. Merintih seorang diri memegangi perutnya.
Frea mengepalkan tangannya tidak tega, berjalan cepat kembali ke area restauran. Mengambil makanan sisa, yang belum habis.
"Dek... bangun..." ucapnya hangat, membawa kertas minyak yang dibungkus asal, membangunkan sang anak. Kemudian membantunya duduk.
"Makan dulu ya?" Frea tersenyum lembut, mulai menyuapi anak yang bertubuh kurus itu dengan dengan segelas air. Jemari tangannya telaten, mengambil nasi dan lauk, menggunakan tangannya, menyuapi sang anak makanan sedikit demi sedikit.
"Te...te... terimakasih, a....a...aku bi...bisa sen...sendiri," Suara sang anak terdengar gagap, mulai makan dengan cepat, bagaikan kelaparan.
"Apa ada orang memukulimu?" tanyanya menatap luka lebam di tubuh sang anak. Namun tidak satupun jawaban yang didapatkannya dari mulut anak itu.
"Jika kamu lapar, kamu boleh kesini setiap malam. Anggap saja aku sebagai kakakmu..." lanjutnya, mengusap-usap lembut rambut anak kurus dengan banyak luka.
Anak itu tertegun diam. Menoleh padanya, menatap senyuman Frea tanpa berkedip.
"Makanlah? Mau kakak suapi?" tanyanya.
Air mata sang anak mengalir, mengangguk, menerima suapan dari gadis yang tersenyum ramah padanya. Bagaikan baru menemukan satu-satunya kebaikan di dunia ini.
Makanan mulai tandas, gadis itu mencuci tangannya di keran dekat post ronda. Menatap sang anak berpakaian lusuh.
"Kamu tidak cuci tangan?" tanyanya. Sang anak mengangguk, mulai ikut membasuh tangannya.
"Anak pintar..." puji Frea.
Anak pintar? Sang anak tertegun, tidak pernah ada yang memujinya termasuk kedua orang tuanya. Bahkan jika mendapatkan peringkat pertama, tidak ada yang peduli. Tapi hanya dengan mencuci tangan, kakak ini memujinya?
"Frea, ayo pulang," Vincent, menyodorkan helmnya. Dari atas motor sport, menatap kekasihnya di dekat area restauran.
"Tunggu, kasihan dia, aku mengobati lukanya dulu ya?" ucapnya.
"Tidak, ini hari ulang tahunmu. Aku sudah membelikan tiket untuk ke bioskop," Vincent mengenyitkan keningnya, menatap aneh pada anak berpakaian lusuh.
"Bocah!! Sudah malam pulang sana!!" lanjutnya protektif, mengamati sang anak melihat Frea dengan tatapan aneh.
"Tunggu sebentar, aku ambilkan kotak P3K ya?" Frea menggengam jemari tangan, anak berpakaian lusuh. Lucunya wajah sang anak sedikit memerah, bagaikan tersipu malu.
Vincent semakin cemburu saja,"Frea ayo pulang!!" bentaknya.
"Kasihan dia!! Biar aku obati dulu..." ucap Frea iba.
"Ka...ka...kakak di...di...dia je...jelek," anak gagap itu mulai angkat bicara.
Frea tertawa kecil, melihat tingkah polos sang anak. Vincent menahan rasa geramnya, menarik lengan kekasihnya erat.
"Kamu pilih dia atau aku!!" bentak Vincent, emosi pada anak berpakaian lusuh.
"Kemanusiaan lebih penting, jadi aku pilih dia," jawab Frea polos.
Sang anak memegang tangan Frea memelas, bagaikan tidak ingin ditinggalkan oleh Frea.
"Kita obati dia dulu ya?" pintanya pada Vincent.
Vincent menatap tajam, pada sang anak, tanpa sadar mengeratkan cengkramannya pada lengan Frea.
Gadis itu sedikit meringis, menahan rasa sakit. Tanpa aba-aba, sang anak menggigit tangan Vincent.
"Sakit!! Anak gila!!" bentak Vincent meniup-niup tangannya.
Frea malah tertawa kencang, sembari menarik kedua pria beda usia itu kedalam restauran guna diobatinya.
Area belakang restauran yang kosong, cairan pereda nyeri dan bengkak disemprotkan Frea mengobati luka sang anak.
"Apa sakit?" tanyanya, sang anak hanya mengangguk tertegun.
"Selesai..." lanjutnya tersenyum.
"Sudah selesai!! Pulang sana!!" Vincent membentak, tidak rela pacarnya mendapatkan pandangan terlalu dalam walaupun dari seorang anak kecil.
Anak itu bangkit,"Te...te...terima... terimakasih," ucapnya gagap, menunduk, berjalan pergi sesekali menoleh.
Vincent mengenyitkan keningnya masih kesal, "Frea ada sesuatu di lehermu," ucapnya mendekati wajah Frea, membuat dirinya seolah-olah berciuman, jika melihat dari di posisi sang anak.
Kecemburuan yang membabi buta bukan? Bahkan seorang anak dicemburuinya. Namun, itulah kenyataannya. Vincent benar-benar protektif terhadap kekasihnya.
"Tanganmu juga terluka bukan? Biar aku obati," Frea mulai meraih kapas mengobati luka yang ditimbulkan sang anak yang menggigit tangan Vincent sekuat tenaga.
"Iya, rasanya sangat sakit," Vincent tersenyum, menatap gadis cantik yang dijaganya dengan baik.
Aneh bukan? Jika mencintai, kenapa harus berkhianat hanya untuk bersenang-senang mencari pelampiasan napsu?
Tapi itulah cinta dan kesenangan yang berdampingan dalam hati Vincent.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SAYANGNYA CINTA VINCENT KE FREA BRLANDASKN NAFSU, DIA TK DPT ZINAHI FREA, MLH BRZINAH DGN WANITA LAIN, MMG BODOH KLO FREA MAU IKUTI NAFSU VINCENT, APALAGI DIA PELATIH BELADIRI .. GOBLOK SANGAT KLO MAU DIZINAHI VINCENT.
2024-01-20
0
Sulaiman Efendy
ANAK KYKNYA YG KELAK JDI SUAMI BRONDONG FREA..
2024-01-20
1
mamae zaedan
ubur² tu
2023-12-24
1