Hubungan yang hangat, mencintainya tanpa syarat. Suara adonan dibanting terdengar, "Sayang..." racau Vincent memeluknya dari belakang, baru terbangun dari tidurnya.
"Aku sedang memasak," ucapnya tersenyum lembut, jemarinya masih menguleni adonan.
"Kamu membuat apa?" tanyanya tersenyum, dengan rambut masih acak-acakan.
"Roti, bibi Lidia menyukai roti coklat yang kemarin," jawab Frea tersenyum. Tidak tinggal bersama, namun cukup dekat dengan ibu dari kekasihnya. Bos? Benar, Lidia (ibu Vincent) adalah pemilik restauran tempatnya bekerja.
Mengijinkan Frea yang dulu masih menginjak bangku SMU, bekerja di sore hingga malam hari. Mengamati dari remaja, pegawainya yang cerdas dan baik hati. Menantu idaman bukan? Karena itulah hubungan sehat yang dijalani pegawai dan putranya disetujuinya.
"Sayang..." Vincent kembali mencoba mencium pipi kekasihnya lagi. Namun, Frea malah tersenyum, membubuhkan tepung pada wajah kekasihnya.
"Berani-beraninya!!" Vincent tersenyum, mengambil tepung, mengejar Frea yang berlari. Tepung dilemparkannya berkali-kali penuh senyuman.
Bubuk berwarna putih itu jatuh bertebaran, bagaikan salju yang indah menghiasi senyuman dan tawa dari sepasang kekasih.
"Aaaa..." Frea jatuh terpeleset oleh licinnya lantai yang bertebaran tepung.
Vincent menipiskan bibir menahan tawanya, namun suara tawa itu tetap terdengar, sulit untuk ditahan. Pemuda itu, mulai menggelitik tubuh kekasihnya yang masih duduk dilantai berbalut tepung.
"Vincent, hentikan!!" Frea tertawa kegelian.
"Kamu yang duluan, rasakan pembalasan Ultraman...piu...piu...piu...," jemari Vincent, tiada hentinya bergerak penuh tawa. Namun sejenak tawanya menghilang, menyentuh dagu Frea. Mata yang saling bertemu, tertegun sesaat.
Senyuman menyungging di wajahnya,"Aku mencintaimu..." ucapnya mengecup bibir gadis yang dicintainya, hanya kecupan singkat yang membuatnya bahagia.
"Aku juga..." Frea yang awalnya terkejut, ikut tersenyum.
"Astaga!! Dapur jadi berantakan!!" Lidia datang menyela,"Ini salah siapa?" tanyanya pada sepasang kekasih yang masih terduduk di lantai.
Kedua orang itu saling menunjuk,"Salah Vincent!!"
"Salah Frea!!" ucap mereka bersamaan saling menuduh.
"Kalian benar-benar kompak, cepatlah lulus kuliah dan menikah..." ucap Lidia tertawa melihat sepasang muda-mudi yang bagaikan tempura berbalut tepung.
Saling melirik dan tertawa bersama. Begitulah keindahan cinta bukan?
Lulus kuliah? Memang kini sudah 5 tahun mereka menjalani hubungan. Vincent telah lulus kuliah, sementara Frea masih menanti acara wisuda.
Saling tersenyum dalam kebahagiaan, perasaan yang indah dan hangat. Tangan pria yang selalu digenggamnya erat.
***
"Emmmhhh..." terdengar suara erangan panjang disertai napas yang tidak teratur dari dua insan.
"Aku mencintaimu," pria itu kembali mengumbar kata cinta. Meski hatinya hanya tertuju pada satu orang, mengecup kening seorang wanita, salah seorang pegawai baru ibunya.
Tempat parkir? Benar tempatnya melakukan kegiatan panas mereka, tempat parkir bawah tanah pusat perbelanjaan. Merapikan pakaian karyawati ibunya, mengancingkan satu persatu. Kemudian mulai kembali mengenakan celana panjangnya.
Hubungannya dengan Frea? Wanita yang berhubungan dengannya itu, mengetahui benar siapa kekasih anak bosnya. Namun, kaya, rupawan, pandai merayu? Siapa yang tidak mau walaupun hanya sebagai penghangat tempat tidur. Menanti kesempatan dimana pemuda itu akan mencintainya.
"Kamu sudah minum obat kontrasepsinya?" tanya Vincent memastikan, bersamaan dengan membuang alat pengaman yang tadi dikenakannya pada tempat sampah yang berdampingan dengan mobilnya, tidak ingin memiliki celah melakukan kesalahan sedikitpun.
Wanita itu mengangguk mengiyakan, pertanda dirinya sudah meminum obat yang dimaksud.
"Ini hadiah untukmu," ucap sang pemuda memberikan anting-anting emas yang indah.
"Tidak bisakah menikah denganku?" tanya wanita itu, sembari meraih sepasang anting yang terlihat indah. Menggenggam jemari tangan Vincent.
Pemuda itu tersenyum, menarik jemari tangannya. "Aku mencintaimu, tapi tidak bisa. Frea satu-satunya orang yang tidak ingin aku lukai. Jadi jangan pernah membocorkan hal yang kita lakukan, saat setiap membeli keperluan restauran,"
Wanita itu hanya mengangguk, mengiyakan, menyadari statusnya yang bagaikan wanita simpanan. Berusaha tersenyum, mengenakan sepasang anting emas yang indah.
Vincent tersenyum lembut, mengecup keningnya,"Kamu terlihat cantik..." ucapnya.
Mesin mobil mulai dihidupkannya, meninggalkan area parkir. Angin semilir menerpa rambut wanita yang terdiam menatap ke arah jendela mobil. Bagaikan memiliki banyak beban.
Area parkir restauran terlihat, perlahan Vincent turun dari mobil diikuti security dan Dona (sang karyawati) membawa beberapa kotak peralatan makan yang sebelumnya mereka beli di pusat perbelanjaan.
Vincent menghela napas kasar, menatap kekasihnya yang melayani pelanggan penuh senyuman. Hingga seorang kurir datang membawa sebuah paket, tertuju untuk Frea.
Perlahan Frea membukanya disela waktu istirahat, menatap origami bangau kertas dalam jumlah banyak beserta sebuah surat. Kotak besar dan surat itu dibuangnya penuh rasa jengkel.
"Siapa yang mengirim?" tanya Vincent protektif.
"Tidak tau, orang gila yang menyumpahiku menjadi perawan tua," jawab Frea kembali tersenyum.
"Lehermu merah lagi, alergimu semakin parah," ucapnya polos, meraba leher kekasihnya penuh kecemasan.
"Iya, aku sudah kedokter, mungkin alergi perubahan cuaca..." Vincent tersenyum, seolah sudah terbiasa berbohong.
Mencintai kekasihnya? Tentu saja, tidak menginginkan Frea terluka jika mengetahui segalanya. Tidak menginginkannya kecewa jika memaksakan kehendak untuk memenuhi hasratnya, sebelum pernikahan. Egois bukan? Namun, rasa kasihnya hanya pada gadis ini.
***
Malam mulai menjelang, hari itu memang merupakan hari Minggu. Sehingga Vincent seharian berada di restauran membantu ibunya. Tidak pergi ke kantor tempatnya bekerja.
Acara kejutan ulang tahun direncanakan Frea dan Lidia. Frea mulai merias dirinya bagaikan kuntilanak, menatap kue yang dibuatnya selama kepergian Vincent membeli peralatan.
Cincin diletakkannya di dalam kue. Ide gila bukan? Seorang wanita berbalik melamar kekasihnya. Tentunya ini semua ide dari Lidia, yang gemas pada pasangan muda itu, mengingat besok adalah hari dimana Frea akan wisuda.
Kamera kecil dipasangnya yang terhubung langsung dengan laptop Lidia, dekat wastafel toilet pria. Merekam khusus untuk disaksikannya, adegan lamaran yang cukup aneh. Antara putranya dan calon menantu kesayangannya
Frea bersembunyi dalam salah satu bilik toilet, lengkap dengan kostum kuntilanak, serta kue indah yang dihiasnya seorang diri. Tersenyum penuh harap, dengan persiapan.
Restauran saat itu sudah hampir tutup menghindari jika ada pelanggan yang ingin ke toilet. Frea sebelumnya telah berbohong pada Vincent, ijin pulang lebih awal.
Senyuman menyungging di wajahnya, menghela napas menenangkan diri. Kue indah dengan sepasang cincin didalamnya, dilihatnya dengan jantung yang berdebar cepat.
Dengan uang tabungannya? Benar, Frea membeli sepasang cincin dengan uang tabungannya. Lidia ingin membelikannya, namun gadis itu memohon. Mengingat rasa cinta dan kasih layaknya keluarga, yang diberikan Lidia serta Vincent 5 tahun ini. Sesuatu yang tidak dapat dibalasnya, mungkin dengan kejutan indah ini dapat membalas rasa kasih Vincent.
Dalam ruangan Lidia...
Wanita itu, menanti putranya yang memiliki kebiasaan ke toilet sebelum pulang, dari kamera kecil yang terpasang. Menanti indahnya lamaran sepasang muda-mudi, sesuatu yang nanti akan diunggahnya di media sosial. Disimpan sebagai kenangan, ketika dirinya memiliki cucu nanti.
"Buk, ada suplayer yang datang," ucap seorang pegawai.
"Sial!! Kenapa datangnya sekarang?" Lidia menghela napas kasar, meninggalkan laptopnya terbuka dalam keadaan merekam.
***
Vincent? Pemuda itu berdiri di depan wastafel, mengirim pesan pada kekasihnya. Pesan yang cukup singkat, namun dapat membuat gadis itu tersenyum. 'Jangan lupa makan, aku mencintaimu,'
Frea tidak membalasnya, hanya tersenyum dalam bilik toilet. Bersiap-siap untuk keluar, memegang handel pintu. Namun, sesuatu menghentikan gerakan tangannya, suara seseorang wanita.
"Sayang," Dona masuk tanpa permisi, sudah mengikuti jejak Vincent sedari tadi.
"Kamu cantik," terdengar suara rayuan dari mulut kekasihnya.
Tangan putih kuntilanak itu lemas seketika, melepaskan pegangannya dari hendel pintu. Cantik? Kekasihnya berkata cantik untuk menggoda wanita lain?
"Aku mencintaimu..." Vincent tersenyum, mulai mencium bibir wanita di hadapannya. Rok Dona disingkapnya, tubuh wanita itu didudukannya di atas wastafel. Masih berpangut mesra. Suara erotis, diselingi decapan bibir terdengar samar-samar.
Air mata Frea mulai mengalir, menduga hal yang terjadi di luar sana. Bagian bawah bilik yang terbuka memperlihatkan, celana panjang pria serta rok dan pakaian dalam wanita yang terjatuh ke lantai.
"Aku hamil..." Dona mengucapkan kala tubuhnya masih diguncang oleh gerakan Vincent. Kalimat yang tidak didengarkan sang pemuda, masih terhanyut akan kenikmatan, dengan napas terengah-engah.
Namun, wanita yang tengah menangis didalam bilik toilet mendengarnya. Menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya. Tidak ingin tangisannya terdengar.
Kebaikan? Cinta? Ternyata semuanya semu, sesuatu bodoh yang dilapisi dusta. Make-upnya mulai luntur, air matanya menetes membasahi kue yang dibuatnya sepenuh hati.
5 tahun? Berharap cinta pertamanya adalah cinta terakhirnya? Hanya sekedar harapan, omong kosong. Kue ditinggalkannya, di atas lantai. Mulai pergi, dari fentilasi yang terbuka, tidak disadari sepasang mata yang bercumbu penuh hasrat.
Langkah kakinya gontai, tertawa seorang diri dalam tangisannya, bagaikan orang tidak waras. "Aaaaaggghhh..." teriaknya, mulai berjongkok, menitikkan air matanya.
Apa aku tidak pantas dicintai? Apa yang kurang? Apa jika aku menyenangkanmu di tempat tidur? Akan mengikat hatimu. Cinta yang bodoh... tangisan lirihnya terdengar, memecah hari yang hampir tengah malam.
Kecewa, sakit dikhianati, semua tumpah menjadi satu. Hubungan yang sudah dijalinnya bertahun-tahun. Satu-satunya orang yang dianggapnya sebagai anggota keluarga, setelah kedua orang tuanya memiliki keluarga baru.
"Aaangggg..." tangisnya semakin terisak menepuk-nepuk dadanya, berjalan menuju gang rumah kost tempat tinggal 2 tahun ini. Tempat yang letaknya dekat dengan restauran.
Frea memasuki kamar kostnya yang kosong, mulai duduk di hadapan meja rias. Membersihkan makeup kuntilanak yang melekat di wajahnya. Air matanya menetes, kala wajah itu bersih sedikit demi sedikit. Rupa cantiknya kembali terlihat.
Frea terdiam membisu, menatap ke arah cermin. Bayangan wajah Vincent terlihat, berbaring di tempat tidur bermain game di handphonenya. "Berbaringlah di dekatku," fatamorgana pemuda itu menepuk-nepuk sisi tempat tidur yang kosong.
"Frea!! Hari ini hari pertama aku gajian, kita makan pizza!!" pantulan bayangan pemuda itu terlihat memasuki kamar. Kemudian menghilang, tersadar semua hanya fatamorgana.
Air matanya jatuh semakin banyak, menepuk dada, rasanya tidak mampu menghilangkan rasa sesaknya.
Frea mengambil kopernya, mengemasi barang-barang yang tidak banyak. Tidak banyak? Tentu saja, Frea tidak pernah meminta atau menuntut apapun dari Vincent. Bahkan meminta kekasihnya menabung, untuk pernikahan mereka nanti.
Pernikahan yang sudah tidak mungkin terjadi. Gadis itu menyeret kopernya, mengunci pintu tempat kostnya. Menitipkan kunci untuk tuan rumah.
Tujuan? Wanita itu tidak memiliki tujuan, rambutnya masih diikat asal, makeup di wajahnya telah bersih sempurna, memakai gaun kuntilanak berwarna putih. Menunggu bis malam yang lewat tanpa tujuan yang jelas.
Dan benar saja, sembarang bis dihentikannya, berkeliling tanpa tujuan, mungkin lebih baik saat ini. Tidak tertidur sedikitpun dalam bis malam yang melaju.
Vincent, mungkin lebih baik melupakanmu... gunamnya dalam hati, pergi tanpa tujuan.
Jemarinya mengetikkan pesan, tidak menitikkan air matanya lagi, mungkin sudah mulai mengering menjadi luka, menatap gelapnya malam yang dingin dari dalam bis.
'Terimakasih sudah menyayangiku selama ini. Rawatlah anak kalian baik-baik, gunakan cincin yang aku letakkan di dalam kue untuk menikah. Sebagai restuku untuk kalian,'
Frea
Frea kembali menyenderkan kepalanya, setelah pesan terkirim, melepaskan kartu sim card handphonenya. Melemparkannya ke luar jendela.
Menghapus luka kenangan lama, memulai hidup baru tanpa apapun. Seperti 6 tahun yang lalu saat dirinya menginginkan tinggal sendiri tanpa perhatian kedua orang tuanya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TYPE PRIA SPRTI VINCENT TKKN PUAS DGN SATU WANITA, MSKI LO LAYANI NAFSU VINCENT DGN BRZINAH DGN NYA, TK MNJAMIN VINCENT UNTUK BRZINAH DGN WANITA LAIN, SKALI PRIA MRASAKN MILIK WANITA LAIN, AKN MNJADI CANDU UNTUK DIRINYA.. MSKI DIA SDH MNIKAH . HRSNYA FREA BRSYUKUR, SLMA BRHUBUNGN DGN VINCENT, TIDK JDI KORBAN ZINAHNYA, DN BRSYUKUR DISEKINGKUHI SAAT BLM MNIKAH..
2024-01-20
2
Sulaiman Efendy
FREA YG LUGU GK TAU TANDA BEKAS KISSMARK DIBILANG ALERGI..
2024-01-20
1
mamae zaedan
niat memberi kejutan malah sebaliknya,dikejutkan dengan perselingkuhan kekasihnya hingga hamil😔😖
2023-12-24
1