Frea melangkah, memulai hidup barunya, menatap penampilannya di cermin. Hanya berbekal ijazah SMU? Benar, Frea tidak berniatan kembali ke kampusnya, hanya untuk wisuda. Tidak ingin menatap wajah Vincent, agar dapat melangkah kedepan. Bagaimanapun, kekasihnya itu harus bertanggung jawab pada janin tidak berdosa.
Tersenyum? Sejenak kembali menitikkan air mata, kemudian menyekanya. Menghapus luka, mungkin merupakan hal yang sulit, memerlukan waktu berbulan-bulan. Mungkin bertahun-tahun untuk memulai menata hatinya.
Sinar matahari menyengat, Frea mengamati sisa uang tabungannya yang tidak seberapa. Membuka warung kecil menjadi pilihannya, sekaligus menjalani hobinya berlatih judo. Memulai harinya menginginkan untuk membasuh luka lamanya.
Tapi sampai kapan hati gadis berusia 22 tahun itu akan tertutup? Vincent, pemuda yang dicintainya, telah menorehkan lubang besar dihatinya.
***
12 tahun kemudian...
Seorang gadis cantik berdiri mengamati anak-anak serta orang dewasa yang berlatih di arena pelatihan judo. Pelatih? Benar dirinya saat ini berprofesi sebagai pelatih.
"Benahi posisi kuda-kuda mu..." ucapnya tersenyum.
"I..iya," sang murid baru, tertegun menatap pesona pelatihnya.
Hingga tiba waktunya istirahat, dilanjutkan dengan latih tanding.
"Frea," Erwin (pria yang dikenalnya dari media sosial) tersenyum menyodorkan dua botol minum isotonik.
"Terimakasih..." Frea tersenyum padanya, meraih minuman pemberiannya.
Profesi? Erwin adalah seorang guru honorer dengan gaji kecil. Berbeda Frea yang kini memiliki beberapa toko yang diawali dari sebuah warung kecil. Beruntung? Begitulah perasaan Erwin saat ini, merasa hampir berhasil mendekati gadis cantik, baik hati, serta royal.
Untuk pertama kalinya menemui Frea di tempatnya menjalani hobi, biasanya di cafe atau restauran, tempat mereka berjanji bertemu. Tersenyum menatap gadis yang terlihat keren. Tapi apa anggapannya akan sama setelah melihat sesi latih tanding?
"Aku lanjut sebentar lagi, setelah ini kita makan siang ya?" ucapnya tersenyum bagaikan malaikat, pada Erwin.
"Iya, jangan lama-lama, kata 'Dilan' merindukanmu itu berat," Erwin tersenyum pada Frea.
"Kamu lucu..." ucap Frea tertawa kecil
Gadis itu naik ke arena latih tanding, menunduk memberi hormat pada lawan latih tandingnya.
Bagaikan pendekar wanita, dengan dua gerakan memutar, lawan bertubuh lebih besar dirobohkannya. Bahkan tersungkur meringis.
Gadis ini iblis, sedikit saja berbuat kesalahan aku akan mati... gumam Erwin dalam hati ketakutan, tidak ingin melanjutkan pendekatannya pada Frea ke tahap selanjutnya.
Jemari tangannya gemetaran, pria berkulit hitam, berambut keriting itu, meletakkan kedua minuman isotonik yang dibelinya. Ketakutan pada gadis yang baru dikenalnya beberapa bulan.
"Cantik sih cantik, tapi sekali tersinggung aku akan mati..." gumamnya, berjalan meninggalkan tempat berlatih judo. Menghapus nomor Frea dari handphonenya.
***
Beberapa belas menit berlalu, Frea turun dari arena latih tanding, mengelap keringatnya beristirahat. Duduk di sebuah bangku panjang. Matanya menelisik, mengamati Erwin yang telah menghilang,"Pria sialan!!" umpatnya, meremas botol minuman isotonik, hingga tidak berbentuk dengan satu tangan.
Menyerah, begitulah dirinya saat ini, menerima siapapun yang mendekatinya. Mengingat usianya yang sudah menginjak 34 tahun, walaupun wajahnya terlihat masih berusia awal 20an. Baru memulai mencari pasangan beberapa tahun ini? Mungkin karena hatinya yang hingga kini belum sembuh benar, hanya tertuju merindukan Vincent walau sudah dilukai terlalu dalam, namun tidak ingin kembali.
Berusaha menerima siapapun? Walaupun pasangannya setuju, tapi setiap kali dipertemukan calon mertua. Usia selalu menjadi acuan, mengingat semakin bertambahnya umur maka akan semakin sulit memiliki keturunan.
Beberapa kali gagal, menginginkan memiliki pasangan, membangun keluarga kecil yang meramaikan hidupnya.
Hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Frea menghela napas kasar,"Aku harus pulang seorang diri lagi..." gunamnya. Mengingat cemoohan keluarga baru ibunya saat ini.
***
Pesta kalangan atas? Bukan, hanya pesta kalangan menengah. Suara alunan musik terdengar dari rumah bernuansa minimalis. Dengan tamu undangan kalangan menengah serta beberapa kalangan atas tentunya.
Frea hanya memakai riasan tipis, sebuah minidrees berwarna krem membalut tubuhnya. Tanpa satupun aksesoris, hanya sepasang anting dan sebuah jam tangan murah. Simpel bukan?
Namun tidak dianggap begitu oleh keluarga ibu kandung dan ayah tirinya. Hanya penampilannya yang paling sederhana, sebagian besar dari mereka bahkan menyempatkan diri untuk ke salon. Bahkan memesan pakaian pada butik.
Orang-orang mulai mencibir tentang kedatangannya.
"Kasihan Frea dilangkahi menikah adik tirinya,"
"Siapa yang mau? Berdandan saja tidak pintar,"
"Wena (adik tiri, tidak sedarah Frea) sudah mau punya dua anak, dia malah belum nikah,"
"Mungkin karena dilangkahi menikah, jadi perawan tua,"
Masih banyak lagi cibiran mulut ibu-ibu kelas menengah yang sok kaya berucap. Menatap penampilan Frea dari jauh.
Ondel-ondel... gumamnya dalam hati menatap, wanita paruh baya yang menggunjingkannya memakai pakaian warna warni. Makeup tebal, dengan alis dilukis, gincu tebal merah menyala, menutupi wajah keriput mereka. Rambut disasak bagaikan tokoh antagonis sinetron.
Tidak peduli? Itulah dirinya, namun dalam hatinya sebenarnya cemas, mengingat usianya semakin bertambah saja. Bukannya pemilih, namun kisah cintanya memang selalu gagal, kandas di tengah jalan.
Tidak mencintai rupa, berusaha menerima pria yang mendekatinya apa adanya. Namun bagaikan seperti kutukan, berapa kalipun menjalin hubungan. Akan berakhir perpisahan dengan pria yang mencari alasan untuk berselingkuh atau meninggalkannya. Miris bukan?
Hari ini, Frea tersenyum menatap ibunya dengan adik tirinya yang tengah hamil besar.
"Ibu, ini hadiahku, semoga ibu panjang umur," ucapnya sungkan. Memang tinggal satu kota namun tidak begitu dekat dengan ibunya.
Rini (ibu Frea) menghela napas kasar, membuka hadiah dari putrinya, sebuah kalung emas yang terlihat indah,"Kenapa datang sendiri? Ibu sudah cukup malu, diusia ini kamu belum juga menikah..." ucapnya.
"Wena, sudah akan melahirkan anak kedua, Fani sebentar lagi menikahi manager, anak cabang perusahaan JH Corporation. Tidak bisakah kamu mencari pasangan? Tukang kebun juga tidak apa-apa!!" tanyanya dan banyak lagi wejangan dari mulut ibunya. Wejangan yang didengarkannya dengan seksama, tapi sudah diketahui isinya. Menyombongkan kedua adik tirinya dengan pasangan mereka.
Frea masih berusaha tersenyum, namun dalam hatinya jengkel... Ibu, Wena memang menikah lebih dulu dariku, dengan pria tampan mata keranjang. Bercerai kemudian menikah lagi dengan direktur gemuk perusahaan kecil. Ibu bangga dengan kesuksesan rumah tangganya...
Sejenak perhatiannya teralih, menatap saudari tirinya yang lain. Dengan selisih usia 8 tahun darinya. Fani, berusia 26 tahun, memiliki kekasih dengan penghasilan tinggi, seorang manager cabang anak perusahaan asal Singapura.
Bergandengan tangan, terlihat anggun, gaun panjang mahal membalut tubuhnya. Dengan seorang pemuda, memakai setelan jas, terlihat berharga fantastis untuk kalangan menengah.
Meraih minuman sirup, rasa buah dengan berbagai macam warna, dari nampan yang dibawa seorang pelayan berpakaian kebaya. Pelayan yang salah kostum bukan? Saat para undangan mengenakan gaun.
"Kak Frea!!" ucapnya berjalan cepat menyambut saudari tiri yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali dengannya.
"Fani, kamu semakin cantik saja. Bagaimana usaha berlian yang katanya akan kamu rintis?" tanya Frea, menghina sebelum dihina.
Fani terdiam canggung, kemudian tersenyum,"Perkenalkan ini pacarku Yahya, manager anak cabang perusahaan besar. Kakak pernah dengar JH Corporation?" tanyanya menyombong.
"Tidak..." jawab Frea, kesal sudah mengetahui jalan satu-satunya sang adik untuk menghinanya.
"Masak kakak tidak tau? Makanya bergaullah dan cari pacar di kalangan pebisnis," ucapnya tersenyum menghina,"Ayo sayang, kita pergi..." lanjutnya.
"Dia siapa?" Yahya mengikuti kekasihnya sambil berjalan pergi.
"Kakak tiriku, kelihatannya saja muda, usia aslinya sudah 34 tahun. Mungkin nasib buruknya, menjadi perawan tua. Wanita kasar yang bisa menghajar beberapa pria berbadan besar..." jawab Fani, dengan suara yang agak sedikit keras. Supaya Frea mendengarnya.
"Sialan..." umpat Frea geram, berusaha tetap tersenyum.
Beberapa puluh menit berlalu, kue bertingkat tiga, berukuran besar mulai keluar. Rini (ibu Frea) tersenyum, meniup lilin yang berjejer disana. Diiringi tepukan tangan para tamu.
Frea kembali menghela napas kasar, menatap senyuman ibunya, menyuapi ayah tirinya dengan potongan kue. Tersenyum bahagia bersama di atas panggung kecil yang didekorasi indah dengan dua orang putri dari ayah tirinya, serta menantu dan calon menantu mereka.
Keluarga yang bahagia bukan? Walaupun Frea tidak ikut naik, hanya tersenyum dari bawah, bersama tamu undangan lainnya. Mendoakan kesehatan dan umur panjang untuk ibunya.
***
Apartemen yang tidak begitu besar, miliknya sendiri. Terlihat tertata rapi, sebuah surat tergeletak di depan pintu apartemen.
Sebuah surat undangan pernikahan, Frea menghela napas kasar. Menatap nama salah satu mantan kekasihnya yang hanya menjalin hubungan 4 bulan dengannya.
Akhir yang bahagia? Tidak, semuanya kandas, sang pria menginginkan agar dirinya bersedia tidur dengannya sebelum pernikahan. Namun Frea menolaknya.
Hingga akhirnya pria itu, meniduri sahabat Frea sendiri. Cantika, seorang janda yang menyewa apartemen di sebelahnya. Mirip dengan kejadian Vincent bukan? Namun bedanya Frea tidak menangis karena pria yang hanya menjalin hubungan dengannya selama 4 bulan.
Gadis itu menangis, menatap pengkhianatan sahabat sekaligus tetangganya. Orang yang sempat dibantunya berpisah dari suaminya yang kasar.
"Tidak apa-apa, tidak semua orang dapat jujur dan tau terimakasih bukan?" ucapnya menepuk-nepuk dadanya yang sesak. Melirik ke arah apartemen di sebelahnya, apartemen yang disewanya untuk membantu wanita yang dulu merebut kekasihnya.
Frea menghela napas kasar, mulai membuka pintu apartemen miliknya. Ruang tamu yang kosong, tidak memiliki sahabat, keluarga, atau kekasih. Hidup kesepian, kembali, hanya terdengar suara mesin AC dan lemari pendingin di ruangan luas itu.
Air matanya mengalir, namun tangannya mengerat masih berharap... "Aku ingin memiliki keluarga kecil," gumamnya, menatap langit-langit ruangan, merebahkan tubuhnya yang lelah.
"Kenapa Tuhan begitu kejam padaku? Aku tidak pilih-pilih, hanya ingin seseorang yang dapat menemani hingga akhir hidupku..." ucapnya, namun tidak ada yang menjawab, hanya ruangan sepi dengan suara alat pendingin yang menjawabnya.
***
Sementara itu di sebuah lorong, seorang pemuda berpakaian kapten kapal, melepaskan topinya. Menghela napasnya dengan pakaian serta wajah putihnya, berlumuran darah segar.
"Dia masih kritis?" tanyanya pada perawat.
Sang perawat mengangguk, membenarkan.
"Kamu mau kemana?" seorang kakek tua menghentikan langkahnya.
"Selama bertahun-tahun aku hidup hanya untuk membantunya, sekarang dia sedang tidak sadarkan diri. Saatnya, hidup untuk diriku sendiri, menemui cinta sejati yang aku cari selama bertahun-tahun..." jawabnya, membuka E-mailnya, menggunakan tablet, mendapatkan informasi dari orang sewaannya. Profil seorang gadis bernama Frea.
"Bocah sombong!! Tidak akan ada wanita yang mau mendekati pria dengan pakaian berlumuran darah..." sang kakek menghela napas kasar.
"Benar juga..." pemuda rupawan itu tersenyum simpul.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI PASTI BOCAH YG DI KASIH MAKAN DN DIOBATI FREA.
2024-01-20
1
Sulaiman Efendy
ENAK BENAR NGAJAK ANAK GADIS ORG TIDUR, TPI NIKAH SAMA ORG LAIN..
2024-01-20
2
mamae zaedan
mundur sebelum maju untuk perang😏☺️
2023-12-24
1