"Whats up guys?!" seru Julio yang baru saja memasuki kelas.
"Heh, darimana aja lo? Ke ruang Bu Ros aja lama banget, sampai satu jam pelajaran baru balik," cecar Rangga menyelidik.
"Tenang-tenang," Julio mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Pasti lo ke kantin,” tebak salah satu siswa.
Julio menyengir. "Iya, lah, gue itu udah kelaparan tingkat akut, se-enaknya aja Bu Ros nyeret gue buat ikut ke ruangannya, baru aja gue keluar dari ruangannya, eh, udah bel masuk, gile nggak tuh. Mana gue belum sempat sarapan tadi pagi."
"Curhat, Pak!" teriak Toriq meledek.
"Buruan, Jul, bacain kelompoknya, lama lo."
"Oh, oke-oke," Julio mengambil kertas dalam saku celananya. "Ehem! Dengerin baik-baik wahai saudara-saudaraku."
Puk!!
Sebuah buku melayang mengenai lengan Julio.
"Lama woiii!"
"Sabar, napa, sabar, ngegas banget masnya,” jawab Julio tengil. "Gue enggak mau ngulang, jadi, dengerin pake kuping bukan telinga."
"JULIOOOOO!!!" serentak satu kelas memekik.
Julio berjengit mendengar teriakan teman-temannya. "Buset, jantung gue woii!" protesnya mengelus dada.
"Cepet baca atau gue pukul pala lo pakai sapu," seorang siswa yang duduk di pojok sudah mengangkat sapu di tangannya.
"Iye, Pak," jawab Julio sinis.
"Kelompok pertama. Gue, Mila, Chandra, Neni, Alex."
"Kelompok kedua. Maya, Wahyu, Sinta, Rangga."
"Yesss!! Gue sekelompok sama Sinta,” seru Rangga yang kini sudah kembali duduk sebangku dengan Chandra heboh.
Sinta menatap sinis pada Rangga. "Julio, gue tukar kelompok, dong. Males gue sekelompok sama dia."
"Mon maap, neng, tidak bisa diganggu gugat, ye," jawab Julio tengil.
Sinta memberengut kesal, menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Berikutnya, kelompok tiga ... kelompok empat ..."
"Kelompok lima. Kenneth, Haikal, Vika, Chiara."
Mila menyenggol lengan Chiara. "Elo sekelompok sama Ken, Ra," bisiknya.
Chiara mengangguk lesu, melirik ke sisi kirinya. 'Kenapa harus sekelompok sama Kenneth, sih,' bathinnya.
"Oke, gue udah bacain semua kelompok, ada yang belum gue sebutin namanya?"
Semua kompak menggeleng.
"Jadi setiap kelompok mengerjakan lima soal, dan pilih satu soal yang akan di presentasikan di depan,” terang Julio mengulang kalimat Bu Rosa.
"Kapan dikumpulkan tugasnya?"
"Em.. pada pertemuan berikutnya dengan Bu Ros."
"Gila, berarti lusa dong."
"Hah? Serius?"
"Iya, lah, kita ada pelajaran Bu Rosa, ‘kan, lusa."
"Oh My God."
"Kenapa lo baru ngomong sekarang, Julio."
"Setan lo!"
"Ketua kelas kampret!"
Yang dihujat hanya menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sudah-sudah, mending sekarang kita kerjain deh, masih ada beberapa menit, 'kan?" Icha menengahi.
Mereka mulai bergerombol sesuai kelompok masing-masing, namun baru sepuluh menit bunyi bel ganti pelajaran berbunyi, membuat mereka mengerang frustasi. Ralat! Bukan mereka, tapi kebanyakan kaum hawa, kalau kaum adam mah, biasa-biasa aja.
...***...
"Chiara.”
Chiara yang merasa dipanggil menoleh ke belakang, mendapati Galang berjalan ke arahnya.
"Hai.”
"Hai juga."
"Nih, buat lo," Galang menyodorkan coklat pada Chiara.
Chiara menyernyit bingung. "Buat gue?" tanyanya ragu.
Galang mengangguk. "Jangan lupa di makan, oke, gue balik dulu, bye,” pamitnya mengacak rambut Chiara.
Chiara memperhatikan coklat di tangannya dan juga Galang yang berjalan keluar kantin.
"Ehem.. lo ada hubungan apa sama si Galang?" selidik Mila curiga.
Chiara menoleh. "Gue enggak ada hubungan apa-apa, gue juga bingung kenapa tiba-tiba dia ngasih coklat,” jawabnya sambil membolak balikkan coklat di tangannya.
Mila menyedot minumannya. "Gue rasa si Galang suka sama lo, Ra."
"Hah, ngaco lo. Gue aja baru di sini beberapa bulan, lagian dia juga enggak kenal sama gue, ‘kan?"
“Tapi sikap dia nunjukin kalau dia tertarik sama lo, Ra. Lo yakin deh sama gue."
"Lo, 'kan, bilang dia playboy cap karung goni."
"Ah, iya, lo hati-hati aja, deh, jangan mudah baper sama rayuannya dia, oke," Mila membentuk bulatan pada jarinya.
Chiara mengangguk mengiyakan.
...***...
"Ra, nanti pulang sekolah kerjain tugas di rumah lo, ya?" Vika menoleh pada Chiara, keduanya tengah duduk di depan ruang kelas.
"Ha? Jangan!" tolak Chiara cepat. "Eh, maksud gue jangan hari ini, di rumah lo aja gimana? Gue, ‘kan, baru di sini, jadi sekalian jalan-jalan gitu,” ralatnya menyengir.
Vika mengangguk. "Oke, deh, entar ngomong Haikal sama Kenneth."
Chiara mengangguk. "Oke,” ia menghembuskan nafas pelan.
...***...
Ke-empatnya sudah berada di rumah Vika. Rumah Vika tidak sebesar rumah Chiara, tapi lumayan lah, tatanannya juga sangat rapi, mempunyai halaman yang luas. Mereka disambut oleh ibunya Vika, setelah berbasa-basi dengan ibunya Vika, mereka segera mengerjakan tugas.
Meskipun Kenneth terkenal dengan wajah dingin dan irit ngomong, tapi ia bisa diajak mengerjakan tugas kelompok dengan baik, meskipun beberapa pertanyaan yang terlontar dari temannya hanya dijawab deheman atau anggukan.
Jarum jam menunjukkan pukul empat lewat empat puluh lima menit mereka pamit untuk pulang.
"Vik, gue pulang dulu, ya?"
"Lo naik apa, Ra?"
"Di depan enggak ada bis atau angkutan, ya?"
"Kalau jam segini, sih, udah enggak ada, Ra. Agak maleman ada lagi."
"Mau gue anterin, Ra?" tawar Haikal.
"Eh, enggak usah, rumah lo, ‘kan, beda arah sama rumah gue, jauh lagi."
Haikal mengangguk-angguk. "Ken, lo anterin Ara, gih, rumah lo, ‘kan, searah dari sini."
"Nah, iya, Ra. Lo sama Ken aja, entar lo nyasar lagi. Kan lo baru di Jakarta," sahut Vika menyetujui saran Haikal.
Chiara menatap Kenneth ragu-ragu.
"Ayo," ucap Kenneth entah pada siapa, ia sudah akan menstarter motornya.
Vika mendorong tubuh Chiara. "Udah, buruan sana, lo sama Ken, keburu tuh anak berubah pikiran."
"Tapi…“ Belum sempat meneruskan ucapannya, Chiara sudah berada disamping motor Kenneth.
Kenneth menoleh saat menyadari Chiara tak kunjung naik ke motornya. "Naik atau gue tinggal,” ucapnya datar penuh ancaman.
"Eh? I-iya," Chiara memegang pundak Kenneth untuk menaiki motor yang lumayan tinggi untuk ukuran tubuhnya. Ia melambai pada Vika. "Dah, Vika.”
"Hati-hati.”
*
"Rumah lo dimana?" tanya Kenneth saat keduanya sudah berada di jalan.
"Ha? Eh, di jalan x."
Setelah itu tidak ada obrolan antar keduanya, Chiara benar-benar gugup berada di boncengan Kenneth.
"Yang mana?"
"Udah, turun sini aja nggak apa-apa, udah deket kok."
Kenneth tidak menghentikan laju kendaraannya, ia menunggu hingga Chiara memberitahu dimana rumahnya.
Chiara mengerucut sebal karena Kenneth tidak juga menghentikan kendaraannya. "Belok kiri,” ucapnya saat di depan ada pertigaan.
"Udah, Ken. Di sini aja," lagi. Kenneth tidak menghiraukan ucapan Chiara dan terus melajukan motornya pelan.
Chiara menghembuskan nafas kasar. "Yang itu rumah gue," tunjuknya pada rumah dengan gerbang besar berwarna hitam. "Makasih, Ken," ucapnya saat sudah turun dari motor.
Kenneth mengangguk, netranya memperhatikan bangunan di depannya.
Chiara masih berdiri di tempatnya bermaksud menunggu Kenneth untuk pergi.
"Masuk,” ucap Kenneth datar, menunjuk pada gerbang dengan gerakan kepala.
Chiara menghembuskan nafas lelah. 'Kenapa ada manusia seperti dia,' bathinnya kesal. Ia berjalan menuju gerbang, menempelkan sidik jarinya pada tombol yang terdapat di pojok, kemudian gerbang terbuka secara otomatis.
Kenneth lekat memperhatikan Chiara, sebenarnya ia ingin memastikan bahwa itu benar-benar rumah Chiara, karena sepertinya Chiara tidak ingin teman-temannya tahu dimana rumahnya. Namun setelah apa yang dilakukan Chiara, dirinya yakin kalau itu benar-benar rumah Chiara.
Baru saja Kenneth hendak menstarter motornya, tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti di sebelahnya, sepertinya penghuni rumah yang sama dengan Chiara. Kaca mobil itu terbuka dan nampaklah wajah sang pengemudi. Kenneth tertegun menyadari siapa pria di balik kemudi itu.
Selama perjalanan Kenneth terus memikirkan apa hubungan Chiara dengan orang yang ia lihat tadi, siapa sebenarnya Chiara?
📖
📖
📖
...Ah.. sepertinya aku nggak pernah minta vote and koment yah.....
...Sekarang aku minta vote and komentnya donk....
...Jangan lupa follow juga ya 😘...
...Saling menghargai gitu hehe....
...Kalian baca tulisan aku, aku ngetik lanjutannya...
...Oke!! 😉...
...See u next chapter...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
MamaheAji SLamanya
semangat thoor terus berkarya ya,,, di tunggu novel novel lainya,,,,💪☺️
2021-10-28
1
Nuraini Enung
temen" sekelas chiara seru ya
2021-08-10
0
Dena Tfy
emang the best
2021-06-06
0