Tiga gadis dengan badge yang menunjukkan kelas sepuluh itu berjalan melewati koridor, sesampainya di depan mading, salah satu dari mereka berhenti.
"Eh, ada pendaftaran cheerleader."
"Gue mau ikutan," ucap salah satu dari mereka.
"Lo yakin, Cla?"
"Yups, gue dulu waktu SMP pernah ikutan," jawab gadis itu tersenyum sumringah.
"Audisi diadakan satu minggu lagi,” ujar gadis berponi membaca tulisan di mading.
"Lo masih ada waktu buat latihan, Cla."
Gadis itu mengangguk dan tersenyum.
...***...
"Hai, Chia~"
Chiara tersentak, bahkan tubuhnya yang membawa tumpukan buku sampai harus mundur selangkah. "Astaga, Galang! Lo ngagetin gue," protesnya.
Galang menyengir. "Sorry.”
Chiara mendengus.
"Sini gue bawain,” Galang mengambil alih buku dari tangan Chiara.
"Eh, nggak usah," tolak Chiara, namun buku itu sudah berpindah tangan.
Keduanya berjalan beriringan menuju perpustakaan. Bisikan serta tatapan tertuju pada keduanya di sepanjang koridor. Jangan lupakan, Galang adalah siswa populer dan juga ketua basket, namanya hampir menjadi trending topik di SMA VH 21, dan jangan lupakan sikap playboy-nya.
Chiara merasa risih ditatap sedemikian rupa oleh murid-murid, ia melirik sekeliling, kemudian menunduk.
"Enggak usah lo pikirin, mereka semua cuma iri sama lo," ucap Galang seakan mengerti kegelisahan Chiara.
Chiara tersenyum tipis.
"Cla?" Chiara memanggil Clarissa yang tengah berdiri di depan mading.
"Kak Ara.”
"Kak Ara?" Galang membeo.
"Oh, kenalin dia Clarissa, adik gue,” ucap Chiara memperkenalkan sang adik.
"Adik kandung?" tanya Galang memastikan.
"Iya.”
Galang mengangguk-angguk memperhatikan wajah Chiara dan Clarissa bergantian. "Mirip sih."
Chiara memperhatikan mading, membaca pengumuman di sana. "Kamu mau ikutan?" tanyanya pada Clarissa.
Clarissa mengangguk semangat. "Doain ya, Kak," ucapnya sumringah.
"Pasti. Semangat!" balas Chiara menepuk pundak adiknya kemudian berlalu.
"Adik lo cantik juga, ya?" ucap Galang tiba-tiba.
Chiara menoleh, tatapannya menyelidik.
"Tenang aja, gue sukanya sama lo kok," ujar Galang kemudian.
Chiara meringis mendengar ucapan Galang, kepalanya menggeleng pelan.
"Eh, iya, rumah lo dimana, Chi?"
"Emm..."
"Woii! Galang!!"
Chiara bernafas lega saat seseorang memanggil Galang, jadi ia tidak harus menjelaskan dimana rumahnya.
"Apa?"
"Yang lain latihan basket, elo-nya malah pacaran di sini."
"Lo terusin aja, gue nganter Chiara ke perpus dulu."
"Elo dicariin ketua osis tuh."
Chiara hanya diam memperhatikan ketiga lelaki di depannya yang mengobrol.
"Mau apa lagi? Bosen gue lihat muka datarnya,” keluh Galang acuh.
'Muka datar? Oh, pasti yang dimaksud Kenneth,' Chiara membathin.
"Tau, lo ditunggu di ruang OSIS."
"Hm, entar gue ke sana," tanggap Galang acuh.
"Gue cabut. Eh, Chiara, lo hati-hati sama dia," tunjuk salah seorang di antara keduanya yang memakai kalung panjang di lehernya pada Galang sambil terkekeh.
Chiara menyernyit bingung.
"Diem lo, Jon. Gue hajar juga lo, jangan dengerin dia, Chia," Galang memprotes.
"Chia?"
"Bukannya Ara ya, Lang?"
"Itu panggilan sayang gue buat Chiara."
"Woah panggilan sayang," kekeh kedua pemuda itu kemudian berlalu.
"Jangan dengerin omongan Niko sama Joni, otak mereka cuma setengah."
"Siapa?" tanya Chiara.
"Itu yang tadi, yang pake kalung itu namanya Joni, yang satunya Niko, mereka sekelas sama gue," jelas Galang.
Chiara hanya mengangguk membulatkan mulutnya.
...***...
Chiara yang sedang menuruni tangga bersama Mila terkejut saat tiba-tiba seseorang yang berjalan di depannya menunduk. Karena sedang asik berjalan Chiara tidak sempat menghindar dan akhirnya ia terjungkal ke depan, sudah dipastikan bahwa ia akan berguling di tangga, dan sepertinya akan patah tulang.
"Aaaaaa.." teriak Chiara dan Mila bersamaan.
Tak sengaja pula, Kenneth yang sudah berada lebih jauh di bawah menoleh dan menyadari seorang siswi terlempar. Ia gegas naik dan menangkap tubuh gadis itu dalam gendongannya, ia bernafas lega.
Chiara merasakan tubuhnya digendong seseorang, ia membuka matanya perlahan, kedua pupil matanya melebar menyadari Kenneth yang telah menolongnya.
Sama halnya dengan Kenneth yang terkejut saat ternyata siswi tersebut adalah Chiara, teman sekelasnya. Yang beberapa hari lalu berdansa dengannya karena permainan truth or dare.
Mila melongo melihat situasi di bawah, sedangkan seseorang yang tadi menjadi penyebab Chiara terjatuh juga tak kalah terkejut melihat ketua osis menggendong anak baru.
"Lo berat," ucap Kenneth membuyarkan lamunan Chiara.
"Oh, maaf, thanks,” sahut Chiara gugup seraya turun dari gendongan Kenneth.
"Hm,” balas Kenneth dingin, kemudian menuruni tangga melanjutkan langkah yang tertunda.
Chiara memperhatikan Kenneth yang berjalan menjauh. Lo berat. Ucapan Kenneth berputar di otaknya. Seketika matanya melotot. "Enak saja dia bilang gue gendut,” gerutunya bersungut. "Mila, lo nggak mau pulang?" serunya melihat Mila yang masih terbengong dengan mulut menganga.
Mila tersadar. "Eh, iya, iya, tunggu." Ia menoleh ke samping. "Heh, lo kalau jalan jangan ngerem mendadak, dong, di tangga lagi, kasihan, tuh, temen gue hampir jatuh gara-gara lo.”
"Sorry,” siswa itu meringis sesal.
*
"Gila gila.. kalau aja enggak ada si Ken, sudah dipastikan lo masuk rumah sakit, Ra," celetuk Mila. “Oh my god.” Mila menangkup wajahnya. "Pertama, lo dansa sama dia. Kedua, lo pelukan sama dia. Ketiga, lo digendong sama dia. Woahh... Gimana rasanya tuh, Ra?" ujarnya heboh menyenggol lengan Chiara.
"Apaan, sih, Mil. Gue biasa aja tuh,” Chiara berkelit, padahal jantungnya berdebar tiap bertemu dengan Kenneth.
"Lo yakin? Atau lo mulai suka, ya, sama si muka datar," goda Mila menunjuk wajah Chiara.
"Ih, enggak, mana mungkin gue suka sama dia."
"Gue setuju kok kalau lo sama si salju, siapa tahu lo bisa lelehin lapisan ozon di dalam hatinya," Mila terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
"Siapa maksud lo?"
Seru sebuah suara di belakang mereka, keduanya menoleh dan mendapati Vanya beserta antek-anteknya.
"Siapa yang lo maksud salju?" tanya Vanya ulang.
"Bukan urusan lo,” jawab Mila acuh.
"Berani lo, ya, sama gue?" Vanya mencengkeram tangan Mila.
"Lepasin tangan lo," Chiara melepaskan tangan Vanya kasar.
"Eh, anak baru, lo jangan sok di sini, dan lo jangan coba-coba deketin Kenneth," ancam Vanya menuding wajah Chiara.
"Apa urusan lo? Lo siapanya dia?" tantang Chiara balik.
"Cewek kurang ajar!" maki teman Vanya.
"Gue pacarnya Kenneth,” aku Vanya pongah.
"Oh, ya?" Chiara pura-pura terkejut.
"Sejak kapan lo jadian sama dia?" timpal Mila sinis.
Vanya melotot, matanya menatap tajam pada Mila dan Chiara. "Gue ingetin kalian berdua, jangan pernah deket-deket apalagi punya niat buat rebut Kenneth dari gue, atau lo berdua berhadapan sama gue,” ancamnya kemudian berlalu, dengan sengaja ia menyenggol lengan Chiara dan Mila.
Chiara tersenyum sinis. "Dan gue nggak pernah takut sama ancaman lo."
Mila menghembuskan nafas panjang. "Begitulah si Vanya, yang ngakunya primadona sekolah, suka se-enaknya sendiri. Keseringan ditolak sama Ken,” kekehnya mengejek. "Lo enggak ngerasa terancam, ‘kan, Ra?"
Chiara menggeleng. "Enggak kok, tenang aja.”
"Eh, lo di jemput, Ra? Adik lo mana?"
Chiara melirik jam tangannya. "Kayaknya Pak Udin telat, deh. Bentar gue telfon Clarissa."
"Eh, itu Clarissa," tunjuk Mila.
Chiara yang baru akan mendial nomor Clarissa mendongak dan menatap adiknya yang berjalan ke arahnya.
"Hai, kak Mila,” sapa Clarissa renyah.
"Hai, Cla.”
"Kak, katanya Pak Udin telat jemput, ada kecelakaan. Abang yang jemput kita, nah, tuh dia," girang Clarissa melihat mobil abangnya berhenti di depannya.
"Mil, kita pulang duluan, ya? Lo sama Putra, 'kan?"
Mila menggeleng. "Gue naik taksi, Ra. Putra lagi latihan basket, gue males suruh nungguin"
"Abang!" pekik Clarissa berlari menubruk kakak tertuanya. "Abang kok udah pulang?"
"Sengaja mau jemput kedua princess Abang," jawab Aiden mengacak rambut Clarissa gemas.
Mila melongo melihat wajah Abangnya Chiara.
Chiara menaik turunkan tangannya di depan wajah Mila. "Hoi, Mila!!"
"Eh, iya, Ra?"
"Kenalin ini Abang gue."
"Eh, Mi-Mila, Bang,” ucap Mila gugup.
"Abang tahu, Chiara sering cerita tentang kamu," jawab Aiden tersenyum. "Kita pulang?" ajaknya melihat kedua adiknya bergantian.
"Ra, lo nggak pernah cerita kalau punya Abang ganteng banget," bisik Mila pelan.
"Elo.enggak.pernah.nanya,” tekan Chiara ikut berbisik.
Mila mengerucut sebal, dan itu membuat Chiara tertawa terbahak-bahak.
📖
📖
📖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Verode Sitompul
visualnya donk thor...🤗🤗
2020-06-12
4
Yeni Sinam
visual na
2020-05-13
2
trisya
Aiden lebih ganteng dri anak sekolahan itu 😅😅
2020-04-30
8