Chiara keluar dari toilet dan berniat kembali ke kelasnya, namun saat hendak menaiki anak tangga seseorang menabraknya hingga ia terjungkal ke belakang. "Aduhhh..."
"Eh, sorry, gue nggak sengaja."
"Lain kali hati-hati, dong!” sungut Chiara berdiri membersihkan roknya.
"Waah.. ada bidadari di pagi hari. Ehem, kenalin, gue Galang." Siswa bernama Galang itu mengulurkan tangan.
Chiara menyernyit, memperhatikan tangan siswa di hadapannya. "Chiara,” jawabnya menyambut uluran tangan Galang.
"Chiara? Nama yang cantik, secantik orangnya,” puji Galang tersenyum. “Lo murid baru, ya?" sambungnya menebak.
Chiara mengangguk. "Gue —“
"GALANG, JANGAN LARI KAMU!!"
Terdengar teriakan dari lantai atas, membuat Chiara menatap bingung.
"Chia, gue pergi dulu, sampai ketemu nanti ya, bye." Galang berlari meninggalkan Chiara yang linglung, terdengar aneh saat Galang memanggilnya Chia, bukan Ara.
"Kamu lihat Galang?" tanya seorang guru yang sepertinya sedang mengejar Galang.
Chiara menunjuk arah lari Galang. "Ke sana, Pak."
"Terimakasih, kamu masuk kelas."
Chiara mengangguk kemudian melangkah menuju kelasnya.
Sesampainya di kelas.
"Mil, lo tahu Galang nggak?" tanya Chiara menumpu kepalanya di meja.
Saat itu jam sedang kosong, murid dibebaskan dari segala tugas, asalkan tidak keluar kelas, begitu petuah sang ketua kelas —Julio.
"Galang?" ulang Mila mengingat-ingat.
"Tadi dia enggak sengaja nabrak gue, tapi kenapa dia di kejar-kejar sama guru, ya?"
"Ohh gue tahu, pasti yang lo maksud Galang kapten basket."
"Kapten basket?"
"Wuih.. keren lo, Ra. Baru sekolah dua hari udah ketemu sama cogan SMA VH 21 aja," seru Mila heboh. “Lo harus tahu, si Galang itu kapten basket di sini, dia juga mostwanted, sebelas dua belas sama si salju,” bisiknya di akhir kalimat. "Tapi dia juga biang onar, playboy, suka tawuran, sering bolos, keluar masuk BK. Tapi meskipun begitu, dia juara di bidang basket, sering nyumbang piala emas di sekolah,” imbuhnya.
Chiara membulatkan mulutnya.
"Ra, katanya lo pindahan dari luar negeri, ya?" Julio mengambil duduk di depan Chiara.
"Eh, iya, kenapa?"
"Lo asli Indonesia bukan?"
"Nah, iya, gue juga lupa mau nanya ini,” sahut Mila memutar tubuhnya menghadap ke arah Chiara.
"Gue lahir di Indonesia kok, tapi waktu umur delapan tahun gue pindah ke Jerman."
"Rumah lo dimana, Ra?" tanya siswa dengan name tag Deni.
Chiara gelagapan menjawabnya. "Itu, di.. jalan x."
Mereka mengangguk-angguk, kemudian mulai ngobrol ngalor ngidul nggak jelas sampai bel istirahat berbunyi.
...***...
Keesokan harinya.
Kelas yang awalnya ramai perlahan sunyi, hanya beberapa yang saling bisik-bisik.
"Ada apa, Mil?" tanya Chiara heran.
"Rangga mau nembak Sinta,” bisik Mila.
Pupil mata Chiara membulat. "Oh, ya?"
"Hooh, kita tunggu Sinta masuk kelas."
Sinta yang baru memasuki kelas terkejut saat Rangga berdiri di depannya.
Ehem!
Rangga memulai aksinya membava syair. "Aku menyukai pagi. Lamat kulihat sinar mentari dari celah rambutmu yang tergerai. Menerpa senyummu yang semanis gulali. Bahagia itu sederhana sekali."
Sinta memandang Rangga datar.
"Ohhh so sweet..” sorakan dari teman-temannya mulai menggema.
"Meleleh adek, bwang!"
"Aseekkkkk."
"Dalem banget mamen."
"Rang, lo nyontek puisi punya siapa?”
"Diem, gue minta bantuan mbah Google semalem,” jawab Rangga asal membuat tawa sekelas membahana.
"Hustt diem." Rangga meletakkan jari telunjuknya di depan bibir agar teman-teman diam. Ia melanjutkan, "Jika mencintaimu adalah mata pelajaran, maka aku akan hadir, duduk paling depan."
"Pretttt...!”
"Jijik, anjir."
"Tai lo, Ngga."
"Sinta, aku bukanlah Rama, aku hanya seorang Rangga yang sangat mencintaimu dengan sepenuh jiwa." Jeda, Rangga mengambil nafas dalam. "Sinta, maukah kau menjadi kekasihku?" Rangga menekuk lututnya di lantai, mengangkat setangkai bunga mawar ke arah Sinta.
"TERIMA! TERIMA!" teriakan murid di kelas mengiringi acara penembakan tersebut.
Sedangkan Sinta, ia memicingkan mata menatap kesal pada Rangga. "Gue nggak mau jadi pacar lo!” tolaknya sarkas.
Jeder.....!!
Hati Rangga hancur berkeping-keping mendengar jawaban Sinta. Sontak seluruh kelas tertawa melihat penolakan yang Sinta berikan.
"Sinta kau menyakitiku,” ucap Rangga mendramatisir. "Oh, Sinta, kau —"
Sinta jengah, ia merebut bunga di tangan Rangga dan memukul-mukul tubuh Rangga. "Rangga gila, gue benci sama lo."
"Auw, ampun, Sin, ampun," Rangga menghindari serangan Sinta.
Semua murid tertawa terbahak melihat keduanya, itu pertunjukan penolakan cinta yang sangat lucu.
Chiara bahkan sampai memegangi perutnya yang keram akibat tertawa, ia menoleh ke kiri, seketika terdiam melihat pemandangan di hadapannya, wajahnya seakan terhipnotis oleh senyuman itu. ‘Kenneth tersenyum, dia bisa tersenyum.' Atmosfer di sekitarnya seakan terhenti, hanya senyuman Kenneth yang menyejukkan hatinya. Hampir tiga hari di sekolah barunya, itu pertama kalinya ia melihat ekspresi lain dari ketos dingin. Meskipun hanya senyuman tipis namun mampu membuat Chiara terpesona. 'Andai tiap hari dia tersenyum, pasti akan jauh lebih ganteng,' komentarnya dalam hati, tersenyum memandangi wajah Kenneth.
Kenneth menoleh pada Chiara yang senyum-senyum ke arahnya, sepertinya tengah melamun. Ia menormalkan kembali raut wajahnya, berdehem keras disela murid-murid yang masih tertawa melihat pertunjukan di depan. “Ehem!”
Chiara terkesiap, mengerjapkan kedua matanya. 'Astaga, gue ketahuan lagi,' rutuknya dalam hati. Ia menggigit bibir bawahnya serta memukul pelan kepalanya. Chiara merasakan suhu wajahnya yang hangat. Kemudian ia menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan lengan. 'Bagaimana ini? Gue malu, astaga, Ara, lo bodoh.'
Tanpa sadar ujung bibir Kenneth terangkat melihat rona merah di pipi Chiara lengkap dengan salah tingkahnya.
...***...
"Gila lo, Rang. Sumpah sakit perut gue." Julio meminum jus pesanannya dalam sekali tegukan.
"Ngapain juga pake acara puisi-puisi gitu, lo tahu, ‘kan, cewek kayak Sinta enggak bisa di romantis-in."
Rangga menumpu wajahnya dengan kedua tangan. "Gue kira dia bakal terpesona sama puisi gue."
Deni menepuk-nepuk pundak Rangga. "Enggak usah sedih, muka lo enggak pantes."
"Bener tuh.”
"Cewek bukan Sinta doang kali,” ledek Julio memakan kacang kulitnya. Beralih menoleh ke arah Chiara. "Eh, Ra. Lo udah punya cowok belum?”
Chiara yang sedang menyesap minumannya mendongak. "Belum, kenapa?"
"Nggak apa apa sih, jadi gue punya kesempatan," Julio menyengir.
"Kesempatan pala lo," Deni menonyor kepala Julio hingga kacang yang seharusnya masuk ke mulut terjatuh di lantai.
"Kampret lo, ‘njing! kacang gue noh!” protes Julio kesal.
"Sans bray.”
"Kesempatan jadi babu,” sahut Mila terkekeh.
"Rang, lo napa dah? Patah hati gitu banget."
Rangga menghela nafas lelah. "Lo nggak ngerasain jadi gue, Den," jawabnya lesu.
"Idih, ogah gue jadi lo, cuma gara-gara satu cewek lo udah gini. Kayak gue dong, pacar gue dimana-mana,” ujar Deni pongah menaikkan kerah bajunya.
"Pacar dimana-mana tapi gue nggak pernah lihat lo jalan sama cewek," timpal Mila mencibir.
"Nah bener tuh, bener, kayak gue dong setia sama satu cewek."
"Lo punya cewek, Jul?" tanya Rangga memastikan.
"Iya, lah, emang elo pada, jomblo karatan."
"Sialan lo." Toriq menonyor kepala Julio dan lagi-lagi makanan yang hendak masuk ke mulutnya tumpah.
"Brengsek!”
Toriq tertawa melihat kenistaan Julio.
"Heh, kutil kuda! Lagian nih, ya, kalau elo punya cewek, ngapain lo bilang punya kesempatan deketin Ara? Ha?"
Semua setuju dengan pernyataan Toriq.
"Nah, nah, iya, halu lo."
Julio menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe, lo, 'kan, nggak tahu siapa yang gue maksud cewek gue."
"Emang siapa?" tanya Chiara penasaran.
"Nyokap gue," Julio menyengir tanpa dosa.
"******!"
"Anjing!"
"Kampret!"
"Putus dari Icha, otaknya makin gesrek."
"Ketua kelas geblek emang."
Berbagai umpatan diterima sang ketua kelas yang otaknya hanya setengah itu. Chiara dan Mila tertawa terbahak mendengar jawaban Julio, benar-benar gila pikirnya.
📖
📖
📖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Dewa Dewi
ini Galang anaknya Rega bukan thor?
2024-12-02
0
Dwi Setyaningrum
emang dikelas ceweknya hanya Mila dan Chiara ya🤔 kok sepi suara ceweknya😁
2024-02-13
0
Kim_Eun_Kyo
galang anak intan sama rega th???
kok playboy sih padahal ortunya setia...klo nakal sih intan bisa d bilang nakal pas ngejar2 rega..nah klo playboy ikut sp coba??
2021-04-19
1