Sedih dan Kecewa (POV Mas Dika)

Setelah Ira pergi meninggalkan aku, aku hanya bisa memandang punggung Ira sampai hilang dikejauhan.

Tak sepatah katapun yang bisa aku ucapkan, selain hanya memandang kepergiannya.

Berbagai emosi menerjang bersamaan dalam benakku, antara marah, kesal, sedih dan kecewa.

Sesaat anganku kembali terseret ingatan kebersamaan dengan Ira. Kebersamaan saat menonton hiburan malam bersama Ira. Ira begitu cantik dan menarik. Dia juga begitu perhatian dan sayang pada Isha.

Aku hanya bisa berandai-andai. Jika Ira tidak mempunyai pacar, pasti dia akan aku jadikan istriku. Dia akan menjadi mama buat Isha. Tentu hidup ini tidak akan sepi lagi.

Segera kututup pintu rumah, aku pun berjalan menuju kamar.

Disisi tempat tidur, kupandang Isha yang sedang tidur nyenyak. Kuelus kepalanya dengan lembut dan kucium pipinya berulang-ulang.

Maafkan papa sayang, tidak bisa mewujudkan keinginan kamu menjadikan tante Ira mama buat kamu. Apa yang harus kukatakan besok jika Isha ingin ketemu Ira.

Notifikasi WhatsApp membuyarkan lamunanku. Segera kuraih hpku yang ada disamping tempat tidurku, dan kubaca isinya "Met malam Mas Dika.....gimana kabar Isha. Mama Isha."

Ngapain Tati nanyakan kondisi Isha. Bukankan tadi siang dia sudah menjenguk Isha di rumah sakit, batinku heran.

Kurebahkan tubuhku di samping Isha, dan kupejamkan mataku. Tapi hati dan pikiranku terbang bersama Ira. Wajah Ira tidak luput dari ingatanku. 

Menjelang pagi aku baru bisa tertidur nyenyak.

*****

Segera kuhidupkan mesin mobilku. Hari ini aku bangun kesiangan karena kejadian tadi malam. Setelah pamit dengan Isha, aku pun berjalan mendekati mobil.

Deg....

Jantungku berdebar tidak menentu saat pandanganku tertuju pada Ira. Ira juga memandangku. Aku dan Ira saling pandang-pandangan. Kulihat mata Ira sedikit bengkak. Mungkin karena menangis tadi malam. Dia pun tersenyum padaku sambil buru-buru naik sepeda motornya.

Kenapa jam segini Ira sudah berangkat kerja. Bukankah biasanya dia berangkat kerja lebih siang dari aku.

Setelah Ira berangkat, aku pun berangkat juga.

Kulajukan mobilku dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya supaya tidak terlambat sampai kantor.

Tidak lama kemudian aku pun tiba di kantor. Syukurlah aku tidak terlambat.

"Gimana kabar Isha Ka, apakah sudah sehat?" Tanya Saleh rekan kerjaku.

"Alhamdulillah sudah Leh, semalam sudah pulang."

"Jadi siapa yang menjaga di rumah sekarang?" Tanya Kusno yang juga rekan kerjaku.

"Pagi ini masih nek Ijah, tapi bentar lagi mama datang. Mama yang akan mengurusnya sampai benar-benar sembuh."

"Katanya mama kamu sakit juga Ka, apa sudah sembuh?" Tanya Saleh lagi.

"Alhamdulillah sudah mulai sembuh, hanya agak pincang dikit karena terkilir."

"Makanya cepat cari mama baru, biar ada yang mengurus Isha sekalian ada teman tidur kamu." Ucap Saleh sambil tertawa.

Aku hanya tersenyum saja, sedangkan rekan kerja lain yang mendengarnya, segera tertawa terbahak-bahak.

Memang menjadi single parent sangat repot, terutama saat sakit. Tapi syukurnya sejak kecil Isha jarang sakit. Mungkin situasi yang menciptakan ini semua. 

Keadaan seperti ini membuat aku menjadi terbiasa. Sejak ditinggal mama kandungnya, akulah yang memandikannya setiap pagi dan sore.

Sebelum pergi kerja, Isha kubangunkan dan kuajak mandi. Begitu juga saat pulang kerja. Begitu pulang kerja, yang pertama kulakukan adalah memandikan Isha. Kalau aku tidak bisa pulang cepat, baru kutelpon nek Ijah untuk memandikannya. 

Karena semua ini sudah sering kulakukan, jadi sampai sekarang menjadi terbiasa dan sudah tidak berat lagi.

*****

Saat jam istirahat siang tiba, segera kutelpon mama untuk menanyakan tentang Isha.

Ternyata Isha cerita sama mama kalau dia tidak boleh sering ketemu sama Ira.

"Kenapa Isha tidak boleh sering ketemu Ira, memangnya ada apa Ka?"

Mama menanyakan kebenaran cerita Isha.

"Nanti di rumah Dika jelaskan ya Ma?"

Mama sepertinya penasaran dengan omongan Isha. 

*****

"Papa....." Isha berlari sambil memelukku.

"Aduh, anak papa wangi kali," ucapku sambil mencium Isha yang berada dalam gendonganku.

"Pa, Isha sudah mandi. Tadi oma yang mandikan Isha."

"Oh iya, pantas wangi kali."

"Mama jam berapa sampai sini?" Tanyaku pada mama.

"Sekitar jam sembilan pagi mama sudah sampai." Jawab mama datar.

Kelihatan sekali kalau mama sedang marah padaku. Dari nadanya kelihatan sekali.

"Sayang...., papa biar mandi dulu. Isha main dengan Oma lagi ya?" Ucap mama sambil menurunkan Isha dari gendonganku.

Isha kembali bermain dengan mama. Sedangkan aku segera pergi mandi.

*****

Begitu aku duduk di ruang tengah, mama sudah memberikan beberapa pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sekaligus.

"Coba sekarang kamu jelaskan, alasan kamu tidak memperbolehkan Isha dekat dengan Ira!"

"Mari kita bicara di ruang tamu Ma, disini nanti kedengaran Isha."

Aku pun segera menarik tangan mama lembut. Mama segera berjalan di belakangku menuju ruang tamu.

Setelah kami duduk beberapa saat, aku pun mulai cerita alasan aku melarang Isha untuk dekat dengan Ira.

"Dika punya alasan yang kuat untuk melarang Isha dekat-dekat dengan Ira, Ma?"

"Ya iya......, tapi alasannya apa!!!"

Mama mulai sedikit emosi.

"Alasannya....., karena Dika sangat mencintai Ira. Sementara Ira sudah punya pacar."

"Apa.....?" Mama seperti tidak percaya.

"Kalau Isha semakin dekat dengan Ira, maka akan mengecewakan Isha karena tidak bisa Ira dijadikan mamanya. Sementara Mama kan tau sendiri bagaimana Isha saat ini. Isha belum sembuh betul. Dika tidak mau kalau Isha sampai kecewa Ma, makanya hubungan Isha dan Ira mulai sekarang dijauhkan supaya Isha tidak terlalu dekat. Kalau terlalu dekat, akan menyakitkan bila berpisah." Jelasku pada mama.

Mama pun terdiam beberapa saat.

"Maafkan mama, Ka. Mama tidak berpikir sejauh itu."

Kulihat mama meneteskan air mata. Sepertinya mama sangat sedih dan kecewa dengan situasi ini.

"Memangnya, sejak kapan Ira punya pacar? Kalau mendengar cerita bundanya, Ira belum punya pacar. Sudah bolak-balik dijodohkan, tapi tidak pernah ada yang cocok. Kemungkinan karena Ira belum move on dari mantan pacarnya sewaktu kuliah dulu. Padahal mantannya itu sudah menikah. Itu yang pernah Mama dengar."

"Semalam sore Dika lihat sendiri, kalau Ira diantar pacarnya Ma. Kalau bukan pacarnya, mana mungkin mesra." Jawabku.

"Serahkan semuanya pada Allah, nak. Semuanya sudah diatur Allah. Jodoh, rezeki, maut, semuanya Allah yang menentukan. Kamu banyak-banyak berdoa, mintalah jodoh yang terbaik untukmu dan juga untuk Isha. Dipaksakan juga tidak bisa, kalau belum jodoh. Jangan pernah sesali kalau kamu pernah jatuh cinta pada Ira. Kamu juga jangan membencinya. Kalau kamu takut akan menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka, maka jauhilah mulai sekarang. Begitu juga dengan Isha." Ucap mama sambil memegang pundakku.

Kemudian mama pergi masuk kamar meninggalkanku. Dari raut wajahnya terlihat mama sangat sedih dan kecewa.

Aku masih tetap duduk di ruang tamu sambil memandang keluar rumah. Kulihat orang lalu lalang lewat di depan rumahku.

Tidak lama kemudian, kulihat Ira baru pulang dari kantor. Kenapa sudah jam segini Ira baru pulang. Inikan sudah menjelang magrib. Ira pergi kemana saja, batinku tidak tenang.

"Pa, nanti malam Isha pergi ke rumah tante Ira ya?" Tanya Isha manja.

"Tante Ira masih capek sayang. Itu Papa lihat tante Ira baru pulang."

"Hore....tante Ira sudah pulang."

Isha pun segera berjalan ke teras untuk melihat tante Ira.

"Tapi tidak ada Pa?"

"Mungkin sudah masuk sayang."

Isha kemudian berjalan mendekati aku. Segera kupangku dan kucium pipinya berkali-kali. 

"Geli...., geli Pa," ucap Isha kegelian saat kumisku menempel di pipinya.

Aku senang sekali melihat Isha sangat bahagia. 

                                      *****

Terpopuler

Comments

Sri Suryani

Sri Suryani

Semangat Dika untuk menjemput cinta Ira ❤️

2021-10-19

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Perkenalan
3 Pandangan Pertama
4 Naksir
5 Hubungan Serius
6 Curhat
7 Hiburan Malam
8 Masuk Rumah Sakit
9 Pergi Pesta
10 Sedih
11 Menjaga Isha
12 Mantan Istri
13 Cemburu
14 Calon Menantu
15 Bingung
16 Sedih dan Kecewa (POV Mas Dika)
17 Sakit
18 Kecelakaan
19 Ulang Tahun Mas Dika
20 Ungkapan Perasaan
21 Amanah (POV Mas Dodi)
22 Pemakaman (POV Mas Dodi)
23 Berkunjung
24 Tersipu Malu
25 Galau
26 Isi WhatApp
27 Perasaan Rindu, Benci dan Marah
28 Sedih dan Kecewa
29 Melepas Rindu
30 Penasaran
31 Dilamar
32 Perlengkapan Pernikahan
33 Gaun Pengantin
34 Keseleo
35 Janji Setia
36 Janjii Ketemu
37 Permohonan
38 Ketemu Tante Dewi
39 Ketemu di Taman
40 Terkejut
41 Menolak (POV Mas Dika)
42 Hari Pernikahan
43 Ijab Khobul
44 Resepsi Pernikahan
45 Pura-pura
46 Pindah Rumah
47 Duduk Lemas
48 Kecewa
49 First Night
50 Kesiangan
51 Sarapan Pagi
52 Tidur Siang
53 Isha Ikut Ya....
54 Bulan Madu
55 Jalan-jalan di Pinggiran Danau
56 Keindahan Danau Toba
57 Marah
58 Maafkan Mas Ya ....
59 Membuat Sarapan
60 Masuk Kerja
61 Kehujanan
62 Demam
63 Pergi ke Dokter
64 Sakit Tipus
65 Pulang ke Rumah
66 Sembuh dari Sakit
67 Gak Enak Badan
68 Khawatir
69 Hamil
70 Pusing
71 Bergerak-gerak
72 Kontrol Kehamilan
73 Pamit
74 Melayat
75 Panik
76 Melahirkan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Perkenalan
3
Pandangan Pertama
4
Naksir
5
Hubungan Serius
6
Curhat
7
Hiburan Malam
8
Masuk Rumah Sakit
9
Pergi Pesta
10
Sedih
11
Menjaga Isha
12
Mantan Istri
13
Cemburu
14
Calon Menantu
15
Bingung
16
Sedih dan Kecewa (POV Mas Dika)
17
Sakit
18
Kecelakaan
19
Ulang Tahun Mas Dika
20
Ungkapan Perasaan
21
Amanah (POV Mas Dodi)
22
Pemakaman (POV Mas Dodi)
23
Berkunjung
24
Tersipu Malu
25
Galau
26
Isi WhatApp
27
Perasaan Rindu, Benci dan Marah
28
Sedih dan Kecewa
29
Melepas Rindu
30
Penasaran
31
Dilamar
32
Perlengkapan Pernikahan
33
Gaun Pengantin
34
Keseleo
35
Janji Setia
36
Janjii Ketemu
37
Permohonan
38
Ketemu Tante Dewi
39
Ketemu di Taman
40
Terkejut
41
Menolak (POV Mas Dika)
42
Hari Pernikahan
43
Ijab Khobul
44
Resepsi Pernikahan
45
Pura-pura
46
Pindah Rumah
47
Duduk Lemas
48
Kecewa
49
First Night
50
Kesiangan
51
Sarapan Pagi
52
Tidur Siang
53
Isha Ikut Ya....
54
Bulan Madu
55
Jalan-jalan di Pinggiran Danau
56
Keindahan Danau Toba
57
Marah
58
Maafkan Mas Ya ....
59
Membuat Sarapan
60
Masuk Kerja
61
Kehujanan
62
Demam
63
Pergi ke Dokter
64
Sakit Tipus
65
Pulang ke Rumah
66
Sembuh dari Sakit
67
Gak Enak Badan
68
Khawatir
69
Hamil
70
Pusing
71
Bergerak-gerak
72
Kontrol Kehamilan
73
Pamit
74
Melayat
75
Panik
76
Melahirkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!