Pandangan Pertama

Kalau hari libur, aku, ayah dan bunda selalu pergi joging jam enam pagi. Tapi karena aku kecapean, pagi ini aku gak ikut ayah dan bunda. Pagi ini badanku terasa pegal semua, sehingga aku hanya tiduran di tempat tidur saja dan malas untuk bangun. Padahal waktu subuh tadi aku sudah terbangun saat mendengar kumandang adzan subuh di mesjid.

Mungkin karena semalam aku bersama teman kantor pergi piknik ke Prapat. Disana aku dan teman-teman mandi di Danau Toba. Airnya sangat sejuk dan bersih. Siapa saja yang melihatnya pasti akan tertarik untuk ikut mandi, begitu juga dengan aku.

Awalnya gak ada niat di hatiku untuk mandi, tapi melihat teman lainnya mandi, aku pun tertarik dan kemudian ikut mandi.

Setelah puas menikmati keindahan Danau Toba, kami pun pulang ke rumah.

Saat akan pulang, kulihat jam di tangan kiriku ternyata sudah menunjukkan pukul enam sore.

Sampai di rumah sekitar jam sembilan malam.

Badanku terasa pegal semua dan perutku terasa mual.

Mungkin karena kelamaan mandi di danau, aku masuk angin. Bunda dengan setia menggosok badanku sampai punggung dengan freshcare.

Kemudian aku dibuatkan bunda teh manis panas, katanya biar badanku lebih enak. Aku mengikut saja apa kata bunda, apalagi saat bunda memaksa aku untuk makan nasi. 

Padahal perutku sangat mual tapi karena bunda maksa, kumasukkan juga nasi ke dalam mulutku sesuap demi sesuap sampai habis hampir setengah piring.

Setelah badanku agak mendingan, aku pun masuk ke kamar merebahkan tubuhku di tempat tidur. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat dan perasaan ngantuk mulai menguasai diriku. Dalam hitungan menit, aku pun tertidur lelap sampai pagi.

*****

"Tok,tok....Ira, kamu ikut joging gak?"

Terdengar suara bunda mengetuk pintu kamarku.

Dengan masih sempoyongan, aku pun berjalan membuka pintu untuk bunda. Kulihat bunda sudah berdiri di depan pintu kamarku.

"Gak Bun, lain kali saja. Ira masih capek."

"Apa kamu masih masuk angin?" Terdengar suara bunda penuh khawatir.

"Gak kok Bun. Ira masih capek saja, jadi masih mau istirahat dulu."

"Apa kamu sudah sholat subuh?" Bunda memegang pundakku sambil melihat kewajahku yang masih lemas.

"Ira lagi datang bulan subuh tadi, Bun."

"Oh....ya sudah, istirahat sana, bunda sama ayah pergi dulu ya?"

Setelah bunda pergi, aku kembali ke tempat tidur merebahkan tubuhku. 

Masih terbayang dalam ingatanku, betapa indahnya Danau Toba. Sejauh mata memandang, yang terlihat hijaunya pepohonan dan birunya air danau. Kapan aku kesana lagi ya, batinku dalam hati.

*****

Tidak lama kemudian, ayah dan bunda pulang sambil membawa bungkusan yang berisi nasi lemak dan lontong sayur kesukaanku.

Sudah menjadi kebiasaan bunda, pulang joging langsung belanja ke pasar dan beli sarapan untuk kami bertiga. Ayah kesukaannya nasi lemak, sedangkan aku dan bunda sukanya lontong sayur mbak Sri.

Selesai sarapan, aku membantu bunda membereskan meja makan. Piring dan gelas yang berserakan di meja segera kucuci semua. Sedangkan bunda membereskan keranjang belanjaan yang dibawanya dari pasar.

Setelah meja makan bersih dan rapi, aku menghampiri bunda yang sedang memasukkan belanjaan ke dalam kulkas.

"Bun.... Ira bereskan bunga di halaman depan ya?"

"Apa kamu sudah gak capek?"

"Sudah hilang kok capeknya Bun."

"Ya sudah sana, tapi jangan lama-lama karena kamu belum sehat betul." Kata bunda lagi

Aku pun melangkah ke halaman depan melewati ayah yang sedang asik membaca koran di teras depan.

Aku dan bunda memang suka merawat bunga. Sehingga gak heran, setiap tetangga yang lewat di depan rumahku selalu memuji kalau bunga-bungaku katanya cantik. Di komplek perumahan bunda, halaman bundalah yang paling banyak bunganya dan cantik-cantik.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Shahira memanggilku.

"Tante Ira....tante lagi nanam bunga ya?"

Aku pun menoleh ke arah datangnya suara. Kulihat Isha lagi jalan dengan seorang pria dan membawa bungkusan dalam plastik.

"Eh Isha, ...iya sayang, tante lagi beres bunga. Isha dari mana?"

Kulihat Isha sangat ceria sambil megang tangan pria itu.

Apakah pria itu papa Isha, batinku dalam hati. Badannya yang atletis dengan kumis yang tipis dan rambut sedikit bergelombang menambah ketampanannya. Aku jadi salah tingkah sendiri dibuatnya. Maklumlah ketemu pria ganteng.

Kemudian Isha berlari mendekati aku yang masih terbengong.

"Tante....kenalkan, ini papa Isha yang semalam Isha ceritain."

Papa Isha yang masih berdiri di dekat tembok halaman rumahku langsung berjalan mendekati aku. 

Karena papanya Isha tersenyum, akupun gantian membalas senyumnya. Kulihat senyumnya sangat manis sekali. Ternyata papa Isha keren juga.

Kulihat tatapan matanya sangat tajam sampai menembus jantungku.

Dasar lelaki dimana saja sama. Semuanya mata keranjang.

Kemudian papa Isha mengulurkan tangannya.

"Kenalkan saya Dika papanya Isha." 

"Maaf mas, tangan saya kotor barusan megang tanah." Ucapku sambil mengangkat kedua tanganku mohon maaf.

Papa Isha hanya tersenyum.

"Sudah sayang ....ayo kita sarapan. Ajak tantenya ikut sarapan." Ucap papa Isha pada Isha.

"Tante, sarapan yo ke rumah Isha."

Tangan Isha menarik tanganku. Aku pun kemudian jongkok di depannya.

"Maaf sayang, tante baru saja sarapan. Lain kali saja ya," bujukku pada Isha.

Kulihat Isha agak kecewa karena aku tidak mau diajak sarapan. Papanya tau kalau putrinya kecewa, sehingga ditariknya tangan Isha dengan lembut.

"Lain kali kalau tante belum sarapan, pasti  mau sarapan sama kita sayang," hibur papanya.

Isha pun segera melangkah mendekati papanya sambil cemberut.

"Kami sarapan dulu ya tante." Ucap papa Isha sambil menggandeng putrinya.

"Da Isha...." Akupun melambaikan tangaku ke Isha. Kulihat Isha mulai tersenyum kembali.

Kemudian Isha dan papanya berlalu pergi meninggalkan aku yang sedang mencabuti rumput yang ada di pot-pot bunga.

Tiba-tiba bunda datang dan berdiri di sampingku.

"Tadi bunda dengar sepertinya ada suara Isha."

"Oh iya Bun. Tadi Isha habis pulang beli sarapan sama papanya lewat sini. Terus mau ngajak Ira ikut sarapan. Tapi Ira kan baru selesai sarapan. Jadi Isha agak kecewa. Tapi syukurnya papa Isha dapat membujuknya, sehingga Isha tidak jadi ngambek."

Aku menjelaskan sambil tersenyum sendiri.

"Oh gitu.... kalau cerita oma Isha, Isha kalau sudah ngambek susah dibujuk. Namanya juga anak-anak, suka ngambek." Ucap bunda tersenyum sendiri.

"Oh ya Bun, Ira mau nanya loh. Mamanya Isha sebenarnya masih hidup atau sudah meninggal?" Aku sedikit kepo.

"Yang Bunda dengar dari oma Isha, mamanya Isha masih hidup. Saat Isha berumur setahun, mamanya pergi dengan laki-laki lain dan meninggalkan Isha yang baru belajar jalan."

Kasihan kali nasib Isha yang kehilangan kasih sayang seorang ibu. Kok tega sih mamanya ninggalkan darah dagingnya demi laki-laki lain, batinku tidak habis pikir.

"Makanya kalau lihat Isha, Bunda ingat kamu sewaktu kecil dulu, mentel tapi cingeng."

"Ah Bunda, suka ngeledek. Tapi Ira cantik seperti Isha kan Bun?" 

"Sama cantiknya, sama juga cerewetnya," canda bunda.

"Tapi kenapa papa Isha belum menikah lagi ya Bun?" 

"Kalau cerita oma Isha, papanya Isha masih trauma untuk menikah lagi. Kalau pun menikah lagi, harus yang benar-benar sayang sama Isha, kalau bisa yang dipilih Isha sendiri."

"Aduh, dramatis kali ya Bun."

"Kamu itulah, suka ngeledek juga." Spontan bunda mencubit pinggangku.

"Aaw....sakit Bun." Aku pun menyengir kesakitan, sedangkan bunda tersenyum sambil berlalu pergi.

*****

Selesai membereskan bunga-bunga di halaman, aku bergegas berjalan ke teras untuk istirahat dan minum jus jeruk yang telah dibuat bunda.

Tiba-tiba aku tersentak kaget mendengar suara Isha dari teras rumahnya.

"Tante....Isha main ke rumah tante ya?"

"Iya sayang. Sinilah, tante lagi minum jus jeruk. Kamu mau gak?" Ucapku sambil menunjukkan gelas yang berisi jus jeruk.

Kemudian kudengar Isha merengek pada papanya untuk diantar ke rumahku. Saat itu kulihat papa Isha sedang duduk di ruang tamu sehingga suara Isha kedengaran sampai ke halaman rumahku.

Tidak lama kemudian, kulihat Isha dengan digandeng papanya keluar rumah.

"Tante.....!" Panggil Isha dengan suara yang keras saat keluar dari pintu rumahnya.

Aku pun melambaikan tanganku ke arahnya sambil tersenyum.

Isha dan papanya menuju rumahku melalui gerbang depan. Setelah sampai teras, Isha pun melepaskan pegangannya.

"Jangan nakal kalau main di rumah tante ya?" Seperti atasan memberikan perintah pada bawahannya. Isha hanya mengangguk pelan.

"Isha gak nakal kok mas. Aku senang kalau Isha main kesini." Aku pun menyakinkan mas Dika kalau putrinya gak akan nakal.

"Maaf ya mbak kalau sudah merepotkan."

"Papa jangan panggil tante mbak, tapi panggil saja tante Ira." Ucap Isha dengan polosnya.

Aku dan mas Dika spontan tertawa.

"Baiklah tuan putri." Mas Dika pun tersipu malu dan mencubit pipi anaknya.

"Tante Ira, titip Isha ya?" Ucap mas Dika sambil tersenyum.

"Iya mas." Jawabku tersenyum juga.

Begitu papanya pergi, Isha kemudian menarik tanganku dan ngajak masuk. Kami pun main di ruang tengah sambil nonton TV.

Bosan nonton TV, Isha pun membuka majalah yang ada di bawah bopet TV. Lembar demi lembar dibukanya majalah tersebut sambil nunjukkan gambar-gambar yang ada di majalah itu.

"Tante....coba lihat ini tante." Isha memperlihatkan gambar di majalah sambil tertawa geli.

Saat kulihat, ternyata gambar yang diperlihatkan Isha adalah gambar seekor monyet yang lagi menggendong anaknya.

"Isha mau digendong monyet?"

"Enggak tante!"

"Kenapa gak mau?"

"Isha takut tante, hiii....." Isha kegelian mendengar ucapannya.

Melihat Isha tertawa geli, aku pun ikut tertawa juga.

Setelah puas bermain, Isha pun pamit minta pulang.

"Isha mau pulang ya tante?" Ucap Isha sambil menyalam tanganku.

"Sebentar ya, biar tante antar."

"Isha bisa kok pulang sendiri tante."

Isha kemudian jalan menuju pintu samping.

"Isha....., biar tante antar!"

Aku pun cepat-cepat menggandeng tangannya dan membawanya pulang.

Sampai di teras rumahnya, kulihat papa Isha lagi sibuk membuka-buka berkas yang ada di meja tamu.

Saat melihat kedatangan kami, dia pun segera keluar dan menghampiri kami yang sedang berdiri di teras.

"Tante masuk ya." Ucap Isha sambil menarik tanganku.

"Lain kali ya sayang?"

"Gak masuk dulu Ra?" Tanya papa Isha.

"Gak mas, terima kasih. Tante pulang dulu ya sayang?"

"Da tante...." Ucap Isha sambil melambaikan tangannya.

Aku pun melambaikankan tanganku sambil senyum pada Isha dan papanya. 

Kemudian Isha digandeng papanya langsung masuk rumah.

                                     *****

Terpopuler

Comments

Sri Suryani

Sri Suryani

Mantap Thor

2021-10-19

2

Aen

Aen

Lanjut thor

2021-10-05

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Perkenalan
3 Pandangan Pertama
4 Naksir
5 Hubungan Serius
6 Curhat
7 Hiburan Malam
8 Masuk Rumah Sakit
9 Pergi Pesta
10 Sedih
11 Menjaga Isha
12 Mantan Istri
13 Cemburu
14 Calon Menantu
15 Bingung
16 Sedih dan Kecewa (POV Mas Dika)
17 Sakit
18 Kecelakaan
19 Ulang Tahun Mas Dika
20 Ungkapan Perasaan
21 Amanah (POV Mas Dodi)
22 Pemakaman (POV Mas Dodi)
23 Berkunjung
24 Tersipu Malu
25 Galau
26 Isi WhatApp
27 Perasaan Rindu, Benci dan Marah
28 Sedih dan Kecewa
29 Melepas Rindu
30 Penasaran
31 Dilamar
32 Perlengkapan Pernikahan
33 Gaun Pengantin
34 Keseleo
35 Janji Setia
36 Janjii Ketemu
37 Permohonan
38 Ketemu Tante Dewi
39 Ketemu di Taman
40 Terkejut
41 Menolak (POV Mas Dika)
42 Hari Pernikahan
43 Ijab Khobul
44 Resepsi Pernikahan
45 Pura-pura
46 Pindah Rumah
47 Duduk Lemas
48 Kecewa
49 First Night
50 Kesiangan
51 Sarapan Pagi
52 Tidur Siang
53 Isha Ikut Ya....
54 Bulan Madu
55 Jalan-jalan di Pinggiran Danau
56 Keindahan Danau Toba
57 Marah
58 Maafkan Mas Ya ....
59 Membuat Sarapan
60 Masuk Kerja
61 Kehujanan
62 Demam
63 Pergi ke Dokter
64 Sakit Tipus
65 Pulang ke Rumah
66 Sembuh dari Sakit
67 Gak Enak Badan
68 Khawatir
69 Hamil
70 Pusing
71 Bergerak-gerak
72 Kontrol Kehamilan
73 Pamit
74 Melayat
75 Panik
76 Melahirkan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Perkenalan
3
Pandangan Pertama
4
Naksir
5
Hubungan Serius
6
Curhat
7
Hiburan Malam
8
Masuk Rumah Sakit
9
Pergi Pesta
10
Sedih
11
Menjaga Isha
12
Mantan Istri
13
Cemburu
14
Calon Menantu
15
Bingung
16
Sedih dan Kecewa (POV Mas Dika)
17
Sakit
18
Kecelakaan
19
Ulang Tahun Mas Dika
20
Ungkapan Perasaan
21
Amanah (POV Mas Dodi)
22
Pemakaman (POV Mas Dodi)
23
Berkunjung
24
Tersipu Malu
25
Galau
26
Isi WhatApp
27
Perasaan Rindu, Benci dan Marah
28
Sedih dan Kecewa
29
Melepas Rindu
30
Penasaran
31
Dilamar
32
Perlengkapan Pernikahan
33
Gaun Pengantin
34
Keseleo
35
Janji Setia
36
Janjii Ketemu
37
Permohonan
38
Ketemu Tante Dewi
39
Ketemu di Taman
40
Terkejut
41
Menolak (POV Mas Dika)
42
Hari Pernikahan
43
Ijab Khobul
44
Resepsi Pernikahan
45
Pura-pura
46
Pindah Rumah
47
Duduk Lemas
48
Kecewa
49
First Night
50
Kesiangan
51
Sarapan Pagi
52
Tidur Siang
53
Isha Ikut Ya....
54
Bulan Madu
55
Jalan-jalan di Pinggiran Danau
56
Keindahan Danau Toba
57
Marah
58
Maafkan Mas Ya ....
59
Membuat Sarapan
60
Masuk Kerja
61
Kehujanan
62
Demam
63
Pergi ke Dokter
64
Sakit Tipus
65
Pulang ke Rumah
66
Sembuh dari Sakit
67
Gak Enak Badan
68
Khawatir
69
Hamil
70
Pusing
71
Bergerak-gerak
72
Kontrol Kehamilan
73
Pamit
74
Melayat
75
Panik
76
Melahirkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!