Melepas Rindu

Jarum pendek jam sudah hampir menunjuk angka 7, tapi Kaaran masih merasa sangat betah memeluk Rania di bawah selimut.

Kaaran tidak peduli Rania mengatai atau bahkan memakinya sekali pun. Dia tetap tidak mau melepaskan pelukannya dari wanita kesayangannya itu. Makian dan cacian Rania sudah dia anggap sebagai nyanyian atau bahkan seperti angin berlalu.

"Lepaskan." Rania terus meronta berusaha untuk  lepas dari pelukan Kaaran.

"Tunggu sebentar, Sayang. Aku masih sangat merindukan kamu. Apa kamu tahu, bagaimana rasanya menahan rindu selama bertahun-tahun? Aku pikir ini masih belum cukup untuk membayar semuanya." Kaaran semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan sekali-kali dia mendaratkan ciuman di pipi Rania.

"Jangan kurang ajar, ya?" Rania semakin geram dengan perlakuan Kaaran.

Kaaran tersenyum. Dia menatap wajah Rania dari jarak yang sangat dekat. "Jangan khawatir, aku pasti akan mempertanggung jawabkan semua perbuatanku."

Cup. Untuk yang kesekian kalinya Kaaran kembali mendaratkan ciuman di pipi Rania. Dia merasa sangat gemas dengan wanita kesayangannya itu. Semakin Rania marah, semakin terlihat menggemaskan di mata Kaaran.

"Kamu-"

Tok tok tok!

"Ma! Mama! Papa!" Zoe dan Zack berteriak sambil mengetuk pintu kamar Rania.

Kaaran dan Rania saling menatap. Kaaran mulai melonggarkan pelukannya lalu bangkit bersamaan dengan Rania.

Rania melirik jam digital yang ada di atas meja nakas. "Astaga. Sudah waktunya mereka makan malam."

Rania segera turun dari tempat tidur. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Sayang, aku bagaimana?" Kaaran berusaha menggoda Rania dengan tubuh polosnya yang tidak tertutupi sehelai benang pun.

"Aku tidak peduli. Dasar laki-laki mesum." Rania tidak mau menoleh sedikit pun.

Rania mulai membersihkan tubuhnya menggunakan beberapa lembar tissue basah, lalu berjalan memasuki ruangan sistem pengganti baju otomatis. Sekitar 10 detik kemudian, dia keluar dengan pakaian tidur lengkap yang sudah membalut rapi di tubuhnya.

"Pakai ini untuk menutupi tubuhmu itu. Jangan sampai anak-anak melihatmu dengan penampilan seperti itu." Rania melemparkan selimut ke arah Kaaran sebelum dia keluar dari kamarnya hendak menyiapkan makan malam.

Kaaran tersenyum lebar. Melihat wajah jutek Rania, dia merasa semakin gemas. Rasanya dia jadi tidak sabar ingin melakukannya lagi.

"Ronde kedua setelah makan malam ya, Sayang." Kaaran menaik turunkan alisnya.

Rania menatap tajam ke arah Kaaran. "Dasar mesum. Kamu pikir aku perempuan apaan?"

"Mm ... aku pikir kamu adalah satu-satunya perempuan yang menjadi ibu dari anak-anakku, sekarang dan selamanya." Kaaran menjawab sambil tersenyum, lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Rania tidak mau berkomentar apa-apa lagi. Semakin kesini dia merasa Kaaran sepertinya semakin menyebalkan saja. Kata-kata yang dilontarkan oleh pria itu pun begitu menggelikan di telinga Rania.

Rania bergegas membuka pintu kamarnya. Saat pintunya terbuka, Zoe dan Zack tiba-tiba saja menerobos masuk sambil berteriak, "Papa!"

"Eh, eh, eh." Rania ingin mencegah kedua anaknya itu untuk masuk ke dalam kamar, tapi mau bagaimana lagi, keduanya sudah terlanjur menerobos masuk.

Rania menggelengkan kepalanya lalu bernapas lega. Huft. Untung saja dia sudah menutupi tubuhnya dengan selimut. Karena kalau tidak, di pasti akan menyuguhi anak-anak dengan pemandangan yang tidak sepantasnya untuk mereka lihat.

Sementara Rania turun ke dapur, Zoe dan Zack berdiri di dekat papanya.

"Papa, kenapa Papa tidak memakai baju?" tanya Zoe.

"Iya, Papa. Bukannya tadi Papa bilang Papa mau mandi. Kenapa sekarang Papa masih terlihat berkeringat?" tambah Zack ikut bertanya.

"Mm ... an-anu, Papa ... Papa baru saja selesai berolahraga, Sayang." Kaaran gelagapan sendiri menjawab pertanyaan dari kedua anaknya itu.

"Olahraga malam-malam begini di atas tempat tidur?" Zack merasa kebingungan. Kira-kira olahraga apa yang dilakukan papanya di atas tempat tidur, malam-malam pula.

"Yy-ya. Kalian anak kecil belum mengerti hal ini. Hanya orang dewasa yang boleh berolahraga malam-malam. Ya, seperti itulah kira-kira." Kaaran mencoba mengarang alasan agar kedua anak kecil itu bisa langsung percaya dan tidak lagi melontarkan banyak pertanyaan.

Zoe menggelengkan kepalanya ketika melihat pakaian Kaaran yang berserakan di lantai. "Ck, ck, ck. Papa, mama itu paling tidak suka melihat pakaian kotor yang berserakan di lantai. Lain kali kalau Papa buka baju, jangan lupa simpan baju kotornya di keranjang cucian."

Kaaran cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aduh Zoe, putriku ... masih kecil sudah punya bakat cerewet seperti emak-emak.

"Sayang, kalian tunggu di sini sebentar ya. Papa mau mandi dulu."

...----------------...

Sekitar 10 menit kemudian, Kaaran sudah selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi sambil mengenakan jubah mandi Rania.

Zoe dan Zack saling berbisik lalu tertawa kecil. Mereka menertawai papa mereka karena jubah mandi yang dikenakan oleh Kaaran terlihat sangat kekecilan di tubuhnya yang besar.

Jika saja Kaaran berjalan sambil melangkah lebar, bisa-bisa papa Zoe dan Zack yang asli akan nampak bersama kedua dayang-dayangnya.

"Papa, apa Papa punya baju ganti?"  tanya Zoe.

Kaaran menepuk jidatnya sendiri. "Astaga. Papa lupa. Papa tidak punya baju lain selain baju yang Papa pakai tadi. Baju-baju Papa yang lain ada di hotel." Kaaran mencari bajunya yang tadi dia lempar sembarangan sebelum bermain bersama Rania. "Loh, baju Papa kemana? Perasaan sebelum Papa masuk ke dalam kamar mandi, bajunya masih ada di lantai."

Zoe melipat kedua tangannya. "Zoe sudah memasukkan baju Papa ke dalam mesin cuci. Zoe tidak mau mama memarahi Papa karena Papa jorok."

Waduh.

"Terus Papa pakai baju apa dong, Sayang? Tidak mungkin 'kan Papa terus-terusan memakai jubah mandi kekecilan ini sampai baju Papa kering."

"Tenang, Papa. Zack punya solusinya." Zack menarik tangan Kaaran memasuki ruangan sistem pengganti baju otomatis. Tidak lama kemudian. Kaaran dan Zack keluar dari dalam ruangan tersebut.

Melihat penampilan Kaaran, Zoe malah tertawa terbahak-bahak sambil berguling-guling dan memegangi perutnya. Ternyata Kaaran keluar dari ruangan kecil tersebut sambil memakai baju daster Rania yang panjangnya lebih dari sejengkal di atas lututnya.

Di dalam penyimpanan lemari sistem, tidak ada baju lain selain baju Rania, jadi terpaksa Kaaran harus memakai daster tersebut, karena hanya itu satu-satunya baju yang bisa muat di tubuh kekarnya.

Sebenarnya Zack juga ingin tertawa ketika melihat penampilan papanya. Apalagi saat melihat Kaaran menarik ujung daster yang dia kenakan agar lebih turun ke bawah, tapi tetap saja ujung daster yang dia tarik tersebut tetap kembali ke tempat semula. Menurut Zack, papanya terlihat sangat lucu saat melakukan itu.

"Ekhem ekhem. Kakak Zoe, berhentilah menertawai Papa, karena ini satu-satunya baju mama yang muat di badan Papa, yang lain tidak ada lagi yang cocok." Zack menegur kakaknya.

"Baiklah, baiklah. Aku tidak akan tertawa lagi." Zoe berusaha untuk berhenti menertawai papanya. "Ekhem. Papa, Zoe yakin, melihat Papa berpakaian seperti ini, mama pasti tidak akan marah lagi pada Papa."

"Papa juga berpendapat seperti itu, Zoe. Mama kalian tidak akan marah lagi pada Papa, tapi justru malah menertawai Papa yang berpenampilan seperti banci gadungan." Kaaran tersenyum dipaksakan.

Tapi jika dibandingkan dengan jubah mandi tadi, baju ini jauh lebih baik. Tidak apa-apa lah, jika ini bisa membuat Rania tertawa ketika melihatku, aku justru sangat senang. Aku sangat ingin melihat senyuman di wajah cantiknya.

...----------------...

Kaaran turun menuju ruang makan diapit oleh Zoe dan Zack, diikuti oleh Robot Papa di belakang mereka.

"Mama!" teriak si kembar Zoe dan Zack secara bersamaan saat melihat mama mereka tengah menyiapkan malam di dapur.

"Iya, Sayang." Rania menoleh. "Eh?"

Awalnya Rania melongo melihat penampilan Kaaran yang sedang mengenakan bajunya. Namun sesaat kemudian, Rania kembali pada posisinya semula, dengan tubuh yang sudah bergetar menahan agar tidak sampai mengeluarkan suara saat tertawa. Itu karena Rania tidak mau Kaaran tahu kalau dirinya tertawa karena melihat penampilan lucu pria itu.

Namun seketika saja tawanya terhenti saat Kaaran tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Aku sangat senang bisa membuatmu tertawa, Sayang."

Terpopuler

Comments

Desrina Tobing

Desrina Tobing

dasar priaa bnciii kaleng 🤣

2022-07-04

0

Shakila Rassya Azahra

Shakila Rassya Azahra

aku ngebayangin nya ga sanggup itu kaaran bentukan nya seperti apa 🤣🤣🤣🤣🤣

2022-05-28

0

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

😂😂😂😂😂😂😂😂😂nikahin dulu dooong jangan dikawinin muluuuu

2021-12-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!