Sistem Pemindai Identitas

"Paman William! Hentikan mobilnya tepat di depan pagar putih itu." Zoe menunjuk pagar putih yang sudah bisa mereka lihat dari jarak sekian puluh meter.

"Nona Muda Kecil, apa di situ rumah Nona Muda Kecil?" tanya William, ingin memastikan.

Zoe menjawab, "Iya benar, Paman."

Berselang beberapa menit kemudian. William mulai memarkirkan mobilnya setelah memasuki halaman rumah kediaman Rania bersama si kembar Zoe dan Zack.

Setelah Kaaran bersama Zoe turun dari mobil, disusul oleh William, Kaaran mengangkat kepalanya mendongak menatap rumah dua tingkat bernuansa putih di depannya.

Rumah mereka lumayan besar untuk ukuran orang biasa. Dari mana Rania mendapatkan uang untuk membeli rumah sebesar ini? Apakah selama ini dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka? Tapi bagaimana mungkin dia bisa bekerja? Bukankah merawat dua anak sekaligus sangat merepotkan?

Kaaran belum tahu kalau putrinya adalah seorang youtuber terkenal yang memiliki penghasilan besar setiap bulannya.

"Ayo Papa, ayo Paman." Zoe mengajak Kaaran dan William untuk masuk ke dalam rumah.

"Papa dan Paman William berdirilah dulu di situ. Di depan pintu itu, Zack memasang sistem yang bisa langsung mendeteksi dan mengenali siapa pun orang yang datang berkunjung ke rumah kami," kata Zoe.

"Benarkah? Sistem apa itu, dan bagaimana caranya sistem itu bisa mengenali kami?" Kaaran begitu penasaran dengan sistem tersebut.

"Iya, Nona Muda Kecil. Bagaimana sistem itu bisa mengenali kami sedangkan kami baru pertama kali datang kemari?" William juga tidak kalah penasarannya.

"Tentu saja bisa. Nama sistem itu adalah 'Sistem Pemindai Identitas'. Meski pun Papa dan Paman William baru pertama kali datang kemari, tapi sistem itu bisa langsung mengetahui identitas kalian lewat data yang diambil dari internet." Gadis kecil itu menjelaskan kepada kedua pria dewasa di depannya.

Kaaran berkata, "Wah, Papa jadi penasaran, Zoe."

"Iya, saya juga sangat penasaran," tambah William.

"Nanti saja Papa dan Paman William mencobanya. Kalian lihatlah dulu bagaimana cara Zoe melakukannya." Zoe kemudian berjalan dan berhenti tepat di depan pintu. Terlihat cahaya merah menyerupai laser memanjang secara horisontal memindai tubuhnya dari atas hingga ke bawah.

Setelah sistem itu selesai memindai tubuh Zoe, terdengar suara yang dikeluarkan oleh sistem pemindai tersebut. "Ti deep, ti deep, ti deep. Selamat datang Zoeanna Blanco, gadis kecil yang paling cantik dan manis!"

Zoe tersenyum lebar ke arah Kaaran dan William. "Bagaimana? Hebat bukan?"

Rupanya, Zoe memang sudah memesan julukan khusus itu pada Zack. Jadi, otomatis julukan 'gadis kecil yang paling cantik dan manis' itulah yang akan diucapkan oleh sistem ketika tubuhnya sudah selesai dipindai oleh sistem tersebut.

"Wah hebat. Benar-benar hebat. Putra Papa memang sangat hebat. Bisa membuat sistem sebagus itu adalah suatu kebanggaan dan prestasi yang sangat besar." Kaaran merasa sangat bangga pada kehebatan yang dimiliki oleh Zack.

William bertepuk tangan. "Sangat keren. Saya sarankan, Tuan Kaaran juga nanti meminta tuan muda kecil untuk membuatkan sistem seperti itu untuk di taruh di depan ruang kerja Tuan mau pun di depan pintu utama rumah Tuan Kaaran."

"Rumah kami ini penuh dengan kejutan. Ini baru bagian luarnya, belum lagi kalau Papa dan Paman masuk ke dalam, pasti akan lebih banyak lagi kejutan seru yang akan Papa dan Paman temukan, yang sebelumnya tidak pernah kalian temui di mana pun," kata Zoe. "Zoe yakin, pasti Papa dan Paman pasti penasaran ingin mencoba alat yang satu ini bukan?"

Kaaran dan William mengangguk. Mereka berdua memang sudah tidak sabar ingin mencoba dipindai oleh sistem tersebut. Kira-kira sistem itu akan mengenal mereka dengan sebutan apa nantinya.

Selamat datang Kaaran Dirga, CEO tampan idaman banyak wanita.

Selamat datang William Stefan, asisten pribadi CEO Galaxy Group yang terkenal sangat tampan dan keren.

Keduanya terlihat senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana sistem pemindai identitas tersebut memindai identitas dan menyebutkan julukan untuk mereka masing-masing.

"Mama! Aku pulang!" Zoe berteriak ke arah CCTV yang tersambung dengan layar monitor besar di dalam rumah mereka.

Sementara itu, Rania yang saat itu sedang duduk cemas di ruang keluarga karena menunggu kepulangan Zoe sedari tadi pun segera bangkit dari duduknya ketika mendengar teriakan putrinya.

"Zoe. Itu suara Zoe. Zoe sudah pulang." Rania merasa sangat senang sekaligus lega.

Rania mendongak menatap layar. Terlihat gambar Zoe sedang melambaikan tangan sambil tersenyum manis di dalam layar monitor besar tersebut.

"Zoe. Zoe benar-benar sudah pulang. Syukurlah, berarti aku tidak perlu lagi mencemaskannya." Rania segera berlari menuju pintu utama di mana putrinya sedang berdiri di baliknya.

Saat Rania berlari keluar, Zack dan Robot Papa diam-diam turun dari tangga, lalu berjalan pelan mengikuti Rania dari belakang secara sembunyi-sembunyi seperti dua orang penguntit.

"Papa, kita sembunyi di sini saja. Jangan terlalu mendekat, nanti Mama jadi curiga." Zack berbisik sambil mengajak Robot Papa untuk bersembunyi di balik tembok ruang tamu.

"Baik," kata Robot Papa, ikut berbisik.

"Papa, aktifkan alat penguping jarak jauhmu. Kita menguping pembicaraan mereka dari sini saja, aku juga akan mengatur kamera yang ada di depan dan di belakang pintu untuk melihat gambar mereka." Zack mulai mengatur posisi CCTV melalui gadgetnya.

Zack merasa sangat penasaran, kira-kira seperti apa nanti reaksi Rania ketika mengetahui bahwa Kaaran sudah ada di depan pintu rumah mereka bersama Zoe.

Sementara itu, Rania terlihat sangat bersemangat sekali ingin membukakan pintu untuk Zoe. Namun tiba-tiba saja sistem pemindai identitas berbunyi. "Ti deep, ti deep, ti deep. Selamat datang Tuan Kaaran Dirga, Dewa Cinta Satu Malam!"

Kaaran merasa kehilangan muka karena ulah sistem pemindai identitas tersebut. Bagaimana mungkin gelar itu masih melekat pada dirinya. Padahal sudah hampir 6 tahun dia pensiun. Ternyata, sistem tersebut mengambil data yang paling populer di internet.

****. Sistem pemindai identitas macam apa ini? Kenapa datanya sangat tidak akurat? Membuatku malu saja di depan putriku. Untung saja Zoe belum mengerti hal seperti itu.

Rania yang mendengar nama pria dari masa lalunya itu disebut oleh sistem pemindai identitas langsung mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.

Deg. Rania memegangi dadanya yang tiba-tiba berdebar dengan sangat kencang.

Apa aku tidak salah dengar? Kenapa orang itu bisa ada di sini? Apa mungkin orang itu sudah bertemu dengan Zoe?

Rania segera memeriksa layar monitor kecil yang ada di dekat pintu, dan tenyata Kaaran memang sudah berdiri di sana bersama Zoe. Tidak jauh di belakang mereka juga terlihat William berdiri di sana.

Wah, gawat gawat. Memang ini yang sangat aku khawatirkan sedari tadi. Sekarang kekhawatiranku benar-benar sudah menjadi kenyataan. Ini semua terjadi karena kebodohan dan kecerobohanku sendiri. Siapa suruh aku melupakan Zoe di sana? Kalau sudah seperti ini, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa?

Rania memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing dengan kedua tangannya. Dia terlihat sangat frustasi dalam waktu sekejap. "Zoe ... kenapa kamu bisa bersama orang itu Nak ...?"

"Ma! Mama! Buka pintunya, Ma! Zoe sudah pulang!" teriak Zoe.

Mendengar teriakan putrinya, Rania hanya bisa berjalan mondar-mandir ke sana ke mari di belakang pintu. Tidak tahu harus berbuat apa.

Jika aku membuka pintunya, aku pasti akan bertemu dengan orang itu. Tapi jika aku tidak membuka pintunya, bagaimana mungkin Zoe bisa masuk?  Tapi aku juga sangat tidak ingin bertemu dengan orang itu.

Aah ... apa  yang harus aku lakukan? Membuat kepalaku pusing saja. Lama-lama aku bisa gila kalau begini.

Rania terlihat semakin frustasi. Dia kembali mengintip Kaaran dan Zoe lewat layar monitor kecil di dekat pintu.

"Rania! Aku tahu kamu bisa melihat dan mendengarkan kami sekarang! Jadi tolong buka pintunya Rania!" Kaaran berteriak di depan pintu.

Rania memilih untuk diam. Dia tidak ingin berbicara dengan pria itu. Dia masih sangat membencinya.

Tok tok tok. "Rania! Buka pintunya Rania! Aku ingin berbicara denganmu!" Kaaran masih saja berteriak.

Aku tidak mau membuka pintunya. Lagi pula, tidak ada yang perlu dibicarakan di antara kita berdua. Batin Rania.

Terpopuler

Comments

Arin

Arin

aduh Rania jngn Kya gtu dong,lagian kn kmu dlu juga udh di tlng Karan..ya wlpun dngn cara Kya gtu

2022-06-17

0

Kastinah

Kastinah

Rania jangan benci Karaan bukankah kamu dulu berterimakasih pada nya karena sudah bisa melunasi hutang 2 papamu

2021-12-13

1

dirgahore

dirgahore

tu nakkanak ajib cerdas bgt

2021-11-08

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!