Semua harus diperjelas sekarang. Jika tidak, maka Arnold akan kehilangan Fairy. Karena itu selesai ciuman dadakan dan lagu selamat ulang tahun yang tidak mendatangkan kebahagiaan baginya, Arnold memutuskan untuk bicara.
"Terima kasih atas kejutan malam ini. Rasanya sangat menyenangkan bisa merayakan ulang tahun di sini. Terima kasih untuk kedua asistenku dan juga temanku Amelia yang boleh hadir di sini" kata Arnold sambil matanya terus mencari keberadaan Fairy.
Amelia nampak terkejut karena Arnold menyebutnya teman. Tapi secara profesional ia langsung tersenyum.
Arnold mendekati Susan lalu membisikan sesuatu di telinga asistennya itu,
"Ajak Amelia turun dari sini kalau tidak, kalian berdua akan menerima akibatnya"
Susan langsung mengajak Amelia turun sehingga Arnold dapat meneruskan konsernya.
Keinginan Arnold untuk ganti pakaiannya pun sudah tak ingin dilakukannya lagi. Pikirannya hanya tertuju pada gadis yang sudah membuatnya memendam rindu saat ini. Ingin rasanya ia turun dari panggung dan mengejar Fairy. Namun Arnold profesional dengan pekerjaannya. Tiket konsernya yang sudah terjual habis harus Arnold hargai dengan menampilkan nyanyian terbaik bagi para penggemarnya. Walaupun disetiap hembusan napasnya, Arnold memikirkan Fairy.
********
Prang.....!
Arnold mendorong kursi yang ada di depannya setelah ia memasuki kamar hotel.
Napasnya naik turun tak beraturan sementara tatapan matanya begitu tajam seolah ingin menghancurkan siapa saja yang dilihatnya.
Susan dan Noah gemetar. Sudah bertahun-tahun mereka menjadi asisten Arnold namun mereka tak pernah melihat kalau Arnold akan semarah ini.
"Siapa yang mengijinkan Amelia ada di panggungku malam ini?" tanya Arnold setelah ia meneguk air mineral yang tersedia di kamar itu.
"Asisten Amelia menghubungi kami, bos. Dia yang meminta supaya ada kejutan di pangggung malam ini untuk meredahkan gosip yang beredar mengenai retaknya hubungan kalian" kata Noah penuh ketakutan.
"Dan kau menyetujuinya tanpa meminta pendapatku? Kau mau ku pecat?" seru Arnold sambil mengancungkan jari telunjuknya di depan Noah.
"Maaf bos, aku pikir bos akan senang. Bukankah bos sangat mencintai nona Amelia?" kata Noah berusaha membela dirinya.
"Kalau aku masih mencintai Amelia, untuk apa aku meminta kalian pergi mengantar suratku kepada Fairy? Apakah kalian tahu,Fairy ada di New York. Dan dia sedang menonton konserku. Dia melihat bagaimana Amelia menciumku. Dan itu membuatku hampir gila!" Arnold mengacak rambutnya.
"Maaf bos..!" Noah hampir menangis. Ia bersimpu di dekat kaki Arnold yang sedang duduk di tepi tempat tidur.
"Bos, apa yang dapat kami lakukan supaya nona Fairy tak salah mengerti?" tanya Susan.
"Cari dia...!" kata Arnold dengan nada putus asa. "Tinggal 2 hari lagi dan aku bisa memilikinya. Namun kalian sudah mengacaukan semuanya."
"Bagaimana kami bisa mencarinya di kota New York yang besar ini? Lagi pula ini sudah tengah malam" Susan mulai bingung.
"Aku tak perduli, jika kalian tidak bisa menemukan Fairu maka kalian berdua aku pecat sebagai asistenku. Sekarang keluar....!"
Noah dan Susan langsung keluar dari kamar masih dengan tubuh gemetar.
"Aku kan sudah bilang, seharusnya kau bertanya pada bos dulu" Susan langsung mengeluarkan kekesalannya pada Noah dengan memukul pundak cowok itu.
"Ya ampun, Susan. Sakit tahu."
"Ini semua salahmu!"
Keduanya masuk ke dalam lift dengan wajah bingung.
"Aku nggak tahu kalau bos sangat menyukai gadis itu. Bukankah nona Amelia adalah gadis yang terbaik? Mereka berasal dari sosial yang sama. Aku sedih melihat nona Amelia tadi sangat kecewa saat bos menyebutnya teman"
"Cinta itu tidak mengenal batas apapun. Selama bos dekat dengan seorang gadis, baru kali ini aku melihat bos seperti ini. Jadi, kita harus mencari nona Fairy. Kita harus menemukannya. Bukan karena bos mengancam akan memecat kita tapi kita harus membuat bos bahagia. Karena selama ini, bos sudah sangat baik pada kita" kata Susan.
Pintu lift terbuka. Kedua asisten itu sebenarnya sangat lelah dan mengantuk. Namun mereka harus menemukan Fairy.
"Kita akan mulai mencarinya dimana?" tanya Noah saat keduanya sudah berada di lobby hotel.
"Aku tahu gadis itu kuliah di mana. Kita akan mencari tahu apa yang dilakukannya melalui laporan berkala kampus"
"Bagaimana kamu bisa masuk ke program kampus itu?"
"Aku kan lulusan dari sana.." kata Susan sedikit membusungkan dadanya. Ia kemudian duduk di sebuah bangku yang ada di sana lalu membuka tabletnya untuk mencari informasi yang dimaksud.
Sementara itu, Arnold di kamarnya sedang berjalan mondar mandir dengan rambut yang sudah sedikit acak-acakan.
Tangannya sudah beberapa kali menekan nomor Fairy namun dia enggan menekan tombol hijau agar nomor mereka terhubung. Ia ingat dengan janji Fairy yang memintanya untuk tidak menghubungi dia smapai tanggal 27. Itu berati tinggal 1 hari lagi karena sekarang sudah jam 2 pagi.
Oh..God! Kenapa aku harus mencintai gadis itu seperti ini? Aku begitu merindukannya sampai-sampai ingin gila rasanya.
Arnold memandang foto-foto Fairy yang ada di hp nya. Dadanya bergemuru saat ia memandang wajah cantik itu. Arnold sangat suka dengan tatapan mata Fairy. Tatapan yang memberinya damai. Arnold sula saat gadis itu tertawa dan kucirnya ikut bergoyang.
Suara merdu Fairy yang memanggilnya paman, bahkan tawa gadis itu yang seperti tak punya beban sungguh ingin dilihat Arnold saat ini.
Fairy...Fairy....peri kecilku yang cantik. Kau sungguh sudah menyihirku dengan tongkat ajaibmu. Aku sudah terjebak dalam cintamu.
Arnold dapat melihat mata Fairy yang terluka tadi. Bahkan mata itu terlihat berkaca-kaca.
*******
Fairy menendang sebuah kaleng bekas minuman dengan kesal. Hal inilah yang ia takutkan sejak pertama Arnold menyatakan cinta padanya. Ia akan merasa patah hati saat melihat Arnold bersama gadis lain.
Tuh kan Fairy....apa gue bilang. Jangan membuka hati pada Arnold Manola. Dia itu nggak sederajat dengan loe. lihatlah tadi saat Amelia menciumnya, mereka melekat seperti perangko.
Fairy tiba-tiba menyeka bibirnya dengan punggung tangannya saat mengingat kalau Arnold pernah menciumnnya.
Bodoh....! Bodoh....! Bodohnya gue..... benci...
benci....
Fairy merasa matanya panas. Setetes air mata jatuh tanpa bisa ditahannya. Hatinya benar-benar sakit.
Tuh kan...gue nangis padahal kami belum resmi jadian. Apalagi kalau sudah benar-benar jadian? Ah...Arnold...Manola....gue sebel sama loe..
"Fairy!"
Fairy terkejut mendengar panggilan itu. Ia buru-buru menghapus air matanya dan langsung membalikan tubuhnya sambil tersenyum.
"Hai...Thomas!"
Ada tarikan napas lega yang terlihat di wajah Thomas.
"Anton meneleponku. Dia bilang kalau kamu tiba-tiba minta pulang karena sakit perut. Aku sudah dua jam menungguhmu di lobby hotel namun kamu tidak muncul. Aku sangat khawatir. Untung saja aku menanyakan pada penjaga pintu dengan menyebutkan ciri-cirimu dan dia menyebutkan kalau kau sedang berjalan ke taman samping hotel ini" Thomas mendekat. Ia memegang lengan Fairy "Apakah perutmu sudah baikan?"
Fairy menunduk "Maaf. Aku bohong pada Anton. Aku tidak sakit perut. Suasana konsernya yang buat aku muak"
Thomas mengerutkan dahinya "Aku pikir kalau kamu menyukai Arnold Manola. Soalnya waktu kita pertama kali ke perusahaan itu, kamu memandang poster Arnold begitu lama sambil tersenyum. Makanya saat Anton meminta ijin untuk mengajakmu, aku meminta dia untuk membelikan tiket khusus agar kau masuk. Harganya lumayan mahal"
Fairy duduk dibangku taman dengan wajah sedih "Maaf ya. Aku sepertinya tak menghargai usahamu itu. Tahu begitu aku tak akan pergi ke konsernya"
Thomas duduk di samping Fairy. Ia membuka jaketnya dan memberikannya pada gadis itu karena Fairy hanya mengenakan t-shirt lengan pendek dan celana jeans.
"Pakai ini!"
"Kamu sendiri bagaimana? Udaranya dingin"
"Suhu badan cowok kan lebih panas dari suhu badan cewek. Lagi pula kemejaku ini lumayan tebal"
Fairy pun memakai jaket Thomas karena dia memang sudah merasa kedinginan.
"Makasi ya, jaketnya harum"
"Tentu saja. Mana berani aku memakaikannya padamu kalau baunya tidak harum"
Fairy tersenyum. Hatinya sedikit terhibur dengan kehadiran dosen tampan ini.
"Jadi, apa yang membuatmu meninggalkan konser pada hal belum selesai?" tanya Thomas.
"Aku, aku melihat...cowok yang menyatakan cinta padaku, ber...ciuman dengan gadis lain"
Thomas mengangguk sambil tersenyum "Hebat juga kalian bisa bertemu di konser itu. Apakah kamu juga menyukainya?"
Fairy diam. Tapi wajahnya kelihatan sedih.
"Kamu pasti menyukainya. Kalau tidak, mana mungkin kamu akan meninggalkan konser itu" Thomas menjawab pertanyaannya sendiri.
"Aku menyukainya namun aku rasa kami memang tak cocok. Dia orang kaya dan terkenal. Sedangkan aku hanya gadis miskin yang kebetulan saja mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri. San gadis yang menciumnya itu adalah seseorang yang sama derajatnya dengan dia " kata Fairy dengan suara yang sedikit serak. Sesungguhnya ia sedang menahan tangisnya.
"Cinta itu tak memandang perbedaan apapun. Namun jika kita merasa berat untuk memulai.sebuah hubungan, lebih baik kita jangan memulainya. Karena patah hati diawal jauh lebih baik dari pada patah hati ditengah perjalanan sebuah hubungan"
Fairy menatap Thomas "Boleh aku pinjam bahumu sebentar?"
Thomas mengangguk "Every one need a shoulder to cry on"
Fairy meletakan kepalanya di bahu kekar dosen muda itu. Dia ingin menangis sepuas-puasnya saat ini.
Thomas melingkarkan tangannya di bahu Fairy dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya membuat Fairy melingkarkan tangannya dipinggang Thomas dan menangis di dada cowok itu.
"Sedangkan baru diawal aku sudah sesakit ini, apalagi jika sudah menjalin hubungan dan harus berhenti di tengah jalan ya..." kata Fairy diantara isak tangisnya.
Thomas membelai rambut Fairy sambil sesekali menepuk pundak gadis itu.
"Kamu pasti bisa melaluinya nona pintar" kata Thomas dengan penuh keyakinan.
"Aku nggak pintar. Karena jatuh cinta membuat orang jadi bodoh!" rengek Fairy membuat Thomas semakin erat memeluknya.
**********
Jam 3 subuh, disaat Arnold hampir terlelap karena kelelahan jiwa maupun raganya, hp nya berbunyi
"Hallo Noah...ada apa" tanya Arnold diantara rasa kantuknya.
"Kami sudah menemukan gadis itu bos "
"Kirimkan alamatnya. Aku akan ke sana sekarang juga!" kata Arnold senang. Rasa kantuknya tiba-tiba hilang.
"Anuh bos, sebaiknya bos lihat dulu foto yang aku kirimkan"
Ting...tak lama kemudian masuk pesan dari Noah. Mata Arnold langsung terbelalak melihat foto itu. Yang pertama foto Fairy sedang bersandar di bahu seorang cowok dan yang kedua, masih dengan cowok yang sama namun terlihat cowok itu sedang memeluknya.
Hp yang dipegang Arnold langsung jatuh begitu saja. Hatinya bagaikan ditusuk seratus pisau yang seakan merobek jantungnya.
Apakah ini kekasih Fairy???
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA PART INI
JANGAN LUPA LIKE, KOMENT DAN VOTE YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lesly Manurung
Noah bodoh
2023-03-22
0
Pratiwi Ratih
suh lagunya yg kusuka dr alm tommy page ini....😘
2022-12-15
0
YK
aku sungguh benci banget sama kamu, noah!
2022-07-15
0