Part 19

Zea baru saja sampai di mansionnya setelah perjalanan yang sangat melelahkan & juga membosankan.

Bagaimana tidak jika waktu tempuh perjalanan yang Zea lalui biasanya hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit menjadi 2 jam di perjalanan dari Gilberts Company menuju mansion.

"Akhirnya gue sampai juga di mansion, Pak choi Zea masuk duluan ya terima kasih pak coi atas perjalanan kita hari ini." ucap Zee tulus pada pak coi supir pribadinya yang selalu menghantarkan ia kemana-mana jika Zea sedang malas menyetir mobil sendiri.

Zea masuk ke dalam mansion menuju kamarnya di lantai 2 menggunakan eskalator karena lift mansion sedang dalam tahap perawatan.

Ketika Zea baru saja akan melangkahkan kakinya di eskalator, tiba-tiba saja terdengar suara yang menginterupsi yang sangat familiar di telinganya belakangan ini.

"Dari mana saja kamu lama sekali, Saya sudah menunggu kamu hampir 2 jam lebih. Saya sangat tidak menyukai orang yang tidak menghargai waktu, waktu sangatlah penting bagi saya. Jika saya tidak disiplin dengan waktu maka bisa kamu bayangkan berapa banyak kepala keluarga yang kelaparan di luar sana. Dan saat ini saya malah membuang waktu saya dengan percuma selama 2 jam lamanya. Jadi tolong berusahalah menghargai waktu, mengatur waktu saja tidak bisa lalu bagaimana bisa mengurus hal lainnya. " ucap Lay menegur Zea sambil berdiri dari duduknya menatap Zea dalam dengan tatapan yang dingin dan mengintimidasi.

"Maaf, jalanan macet banget tadi. Kalau nggak percaya silakkan aja tanya sama pak coi. Gue juga sudah berusaha tepat waktu kok, tapi situasi dan kondisinya aja yang tidak mendukung. Yaudahlah masalah sepele nggak usah dibesar-besarkan, tunggulah dengan tenang, aku akan segera berkemas. Jangan lupa minum kopi pahit biar darah tinggi lo nggak naik. Ups salah yah, kopi kan kafein hahahha" ujar Kelly meninggalkan Lay yang sedang kesal menuju kamarnya sambil tertawa sendiri atas candaan garing yang ia lontarkan.

"Bener-bener ya, malah ngeledekin gue. Liat aja lo ntar, selalu aja memancing emosi. Atau jangan-jangan dia belum juga berkemas, keterlaluan sekali."

"Apa sih mau nya pak Lay, ribet banget. Hal yang wajar juga terlambat bukan disengaja juga penyebanya. Baru juga masuk mansion sudah disemprot sama kata-kata nyebelin dia. Sekalian deh jangan nanggung, gue lama-lamain aja biar tambah emosi. Sebenarnya bisa aja berkas dengan cepat, kan gue juga sudah selesai beres-beresnya tadi malam. Tinggal membersihkan tubuh, setelah itu baru deh bersiap pergi."

"Pak Coi tolong sampaikan ke Zea saya tunggu dia di dalam mobil, langsung ke parkiran aja. Saya tunggu dia 15 menit lagi, kalau nggak turun-turun saya tinggal." instruksi Lay meminta tolong untuk disampaikan kepada Zea.

Lay masih merasa kesal dengan Zea yang telah membuatnya menunggu lama di mansion.

"Baiklah Tuan akan saya sampaikan pada non Zea" jawab pak coi sambil tersenyum ramah kepada tuannya.

Pak Coi langsung menuju kamar Zea di lantai dua mansion untuk menyampaikan pesan yang diberikan kepadanya atas perintah yang telah diberikan lay.

"Permisi Non Zea ...Tuan tadi bilang ke saya, meminta tolong saya menyampaikan ke non zea. Kata tuan, non ditunggu di parkiran mobil, Non diberi tuan waktu 20 menit lagi untuk bersiap. Kalau lebih dari batas waktu kata tuan non akan ditinggal tuan." ucap pak coi menyampaikan pesan tuannya kepada Zea.

"Oh iya pak coi, Zea otw turun makasih ya pak informasinya." balas Zea kepada pak coi, sambil berjalan masuk ke kamarnya untuk mengambil koper yang telah dipersiapkannya tadi malam atas kepindahannya ke apartement lay.

Zea turun ke parkiran mobil mansion nyamperin Lay yang telah menunggunya di dalam mobil.

"Jadi orang nggak sabaran banget sih." dumel Zea di perjalanan turun ke parkiran.

Zea telah sampai di parkiran mansion tepatnya berada dekat dengan mobil lay. Zea berinisiatif mengangkat dan memasukkan kopernya sendiri ke dalam bagasi mobil lay.

Lay masih sangat kesal kepada Zea, sehingga membuatnya harus berpikir ulang untuk membantu Zea.

"Kamu ngapain duduk di kursi belakang, kamu kira saya sopir." ucap Lay membuka suaranya dengan ketus.

"Apaan sih,.. bisa biasa aja nggak nada bicaranya nggak usah kasar. Telinga saya masih sehat, jadi bicaralah senormalnya. Lagian juga suka-suka sayalah mau duduk dimana aja." balas zea tak kalah ketusnya dari lay.

"Kamu pindah nggak di depan, saya bukan sopir kamu." tegur Lay menahan emosinya.

Akhirnya Zea mengalah duduk di bangku depan samping pengemudi. Sepanjang perjalanan menuju apartemen Lay, hanya ada keheningan diantara mereka tidak ada yang membuka suara untuk sekedar berbasa- basi saja.

Baik Zea maupun lay sama-sama larut dalam keheningan. Lay fokus mengemudikan mobilnya sedangkan Zea sibuk memperhatikan jalanan yang sudah semakin gelap.

€€€

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!