Pagi yang sangat cerah, burung-burung loncat-loncat di ranting pepohonan sambil berkicau riang layaknya sedang bernyanyi.
Terlihat seorang pemuda sedang berjalan dijalan setapak menyusuri jalan yang turun.
Bagi Sudawira Ini merupakan untuk pertama kalinya untuk melihat dunia luar. Ada rasa bahagia ada pula rasa sedih. Bahagia karena ia sudah sejak lama menunggu momen ini. Sedih karena dirinya harus meninggalkan gurunya yang telah membesarkannya.
Ketika sedang berjalan langkah kakinya terhenti, ketika terdengar suara pertempuran tidak jauh dari tempatnya berdiri. Karena didesak rasa penasaran, ia mencoba mendekati pertempuran tersebut.
Dia bersembunyi di dalam semak-semak. Terlihat beberapa orang terlibat dalam suatu pertempuran. Namun dia mengernyitkanp dahinya karena pertempuran terasa berat sebelah.
Namun dia tidak ingin mengambil sikap dulu. Karena dia harus tahu dulu pokok permasalahan.
"Tamat riwayatmu Senopati!" bentak seorang pria berbadan kekar.
"Tidak ada manusia yang bisa menentukan kematian!" kata Senopati itu sambil terkekeh-terkekeh mengayunkan pedangnya untuk menahan gelombang serangan.
Para pendekar tersebut tertawa terbahak-bahak, " Baiklah akan lihat. Apa benar apa yang diucapkan kamu."
Senopati tersebut semakin lama semakin lemah akibat luka-luka sayatan yang menumpahkan darah sehingga membuat tenaganya melemah.
Ketika pria itu tidak kuat lagi bertahan karena tenaganya sudah habis ia jatuh tersungkur rubuh ke tanah. Melihat pria itu rubuh salah satu dari mereka mengayunkan pedangnya tepat kearah leher pria tersebut, namun tiba-tiba belum sempat pedang tersebut menebas batang lehernya pedang tersebut terpental beberapa meter.
Semua pendekar itu terkejut, kemudian melihat sekeliling namun tidak menemukan seorang pun berada di sana.
"Tunjukkan dirimu pengecut!" teriak pria bertubuh kekar.
Terdengar suara orang tertawa. Namun anehnya suara itu tidak dari satu arah melainkan seperti dari segala arah.
"Hahahaha ... Jangan mengatakan aku pengecut, kalian sendirilah yang pengecut."
"Kurang ajar. Jangan sembunyi kalau berani lawan aku!"
"Buat apa menunjukkan diri. Aku takut kalian bisa mati!" teriak Sudawira.
Pria bertopeng semakin marah ia merasa dipermainkan oleh suara misterius itu.
"Baiklah apa mau kamu?" tanya pria berbadan kekar.
Tiba-tiba lima orang anak buahnya terpental terjengkang.
"Itu yang aku mau, Hahahaha" Sudawira tertawa melihat ekspresi wajah pria berbadan kekar yang semakin marah.
Pria berbadan kekar sangat terkejut dengan serangan tiba-tiba itu. Hanya sedikit pendekar yang mampu menumbangkan beberapa orang hanya dalam satu kali serangan. Makan dia yakin orang yang dihadapinya sekarang bukan orang sembarangan. Untuk itu ia memberi tanda kepada Lima orang temannya yang tersisa untuk waspada.
Suasana menjadi mencekam ketika aura membunuh yang pekat menekan mereka. Bahkan kelima orang sudah jatuh berlutut, kecuali Pria berbadan kekar itu juga ia berusaha menyalurkan tenaga dalam supaya tidak ikut terjatuh.
Tampak terlihat sesosok pemuda berdiri tegak didepan mereka.
"Siapa pemuda itu, Kayaknya aku baru melihat nya," gumam pria berbadan kekar.
Pria berbadan kekar mencoba untuk menghindari pertarungan. Karena dia sudah dapat menilai bahwa pemuda dihadapannya melampaui kesaktian nya.
"Aku rasa kita tidak memiliki masalah, pendekar," ujar pria berbadan kekar.
Sudawira hanya tersenyum dingin.
"Sekarang kita punya masalah."
"Masalah apa pendekar?" Pria berbadan kekar mengernyitkan dahinya.
****
Semoga kalian suka. terus beri dukungan apapun bentuknya.
Jaga kesehatan selalu tetap dirumah lindungi keluarga anda.
# covid 19
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
akp
kok setiap chapter sedikit sekali thor, mulai suka nih..
2021-05-06
0
Grenjeng
awal yg bagus
2021-03-08
0
Seno Aji
mantab terus berkreasi Thor semoga slalu diberi kesehatan👍👍👍
2021-02-11
0