"Tidak ada manager! Manager disini sudah kabur!" Ibunya Arka menatap jengkel kearah Arka dan pergi begitu saja. Hani semakin dibuat kebingungan karena ia harus menyerahkan dokumen itu.
"Benar, managernya sudah kabur, kau mau apa?"
"A-apakah kau Arka manager--- eiiyyy tidak mungkin??" Hani menahan tawanya, seakan tak percaya bahwa pria menyebalkan itu adalah manager hotel ini.
"Apa!" bentak Arka.
"Ah- ma-maksudku---" Hani diam soal apa yang dilakukan Arka di balkon tadi, soal kenapa Arka selalu muncul di Hotel ini, dan pada saat ini pula Arka baru saja keluar dari ruangan manager
"Ma-maaf, jadi benar kau managernya, tapi cara berpenampilan mu tidak cocok dengan image manager" Hani menahan senyumnya.
Arka merebut dokumen itu dari tangan Hani ia melemparkannya masuk ke dalam ruangannya lalu menutup pintunya rapat-rapat.
"Sudahkan? Nanti manager nya akan melihat dokumen itu"
"hei! bukankah itu tidak sopan! kenapa dilempar begitu saja!" Hani berjalan mengikuti Arka dibelakang punggungnya, Arka berhenti tiba-tiba hingga Hani menabrak punggungnya.
"Berikan aku KTP mu! " Arka dengan tiba-tiba menadahkan tangannya pada Hani.
"untuk apa?" tanya Hani kebingungan.
"Cepat berikan" dengan masih menadahkan tangannya.
"Tidak mau!" Hani memeluk tas miliknya dan menatap mata Arka sinis. Sebenarnya ini pertama kali bagi Hani berbicara panjang lebar dan menatap orang yang tidak begitu dia kenal. Entah kenapa sejak bertemu Arka berulang kali membuat Hani lebih menjadi dirinya sendiri.
"Kau benar-benar bukan Hana?" Selidik Arka sekali lagi.
"Ahhh! aku tau kau pernah amnesia dan mengganti namamu!" Arka bertepuk tangan dengan pemikiran nya sendiri.
Hani segera menghindari Arka dan berjalan meninggalkan pria aneh itu.
"Han! Hani! Hani tunggu aku!" langkah kaki Hani terhenti saat Arka memanggil namanya kali ini bukan nama Hana lagi yang dia sebutkan. Hani melihat Arka menyusulnya dengan cepat ke dalam lift.
"Aku belum selesai bicara, tidak sopan sekali. Kau ingin aku pecat?" Ancam Arka, setelah ia berhasil masuk ke dalam lift.
"Aku bukan pegawai disini, jadi kau tidak bisa memecatku" ucap Hani tanpa menoleh ke arah Arka yang terus bicara disampingnya.
"Benar juga, kalau begitu mulai sekarang kau adalah pegawai disini"
"Apa?!! kenapa bisa seperti itu?"
"Karena aku pewaris sah hotel ini, jadi aku bebas melakukan apa saja yang aku mau, benarkan?" Arka tersenyum, Hani hanya bisa menghela nafas, semakin dia jawab orang disampingnya ini selalu mempunyai jawaban atas pertanyaan Hani, dan Hani malas berdebat dengannya.
"Aku akan laporkan pada Pak Sandy bahwa ada penyusup masuk kedalam ruangan manager---"
Belum juga Hani melanjutkan kata-kata nya Arka lebih dulu memotongnya, "Kau benar-benar tidak percaya aku adalah manager disini?"
Sebenarnya Hani sudah percaya kalau Arka adalah manager di hotel itu, tapi entah kenapa keusilan Hani tiba-tiba muncul. Hani menoleh ke arah Arka dan memperhatikan penampilan Arka yang hanya menggunakan kaos hitam dan jaket serta hanya menggunakan jeans sangat jauh dari kesan manager malah lebih mirip Seniman jalanan dengan tampangnya yang lumayan.
"Ya sudahlah, aku tidak peduli juga, tapi kau tidak ingat? kau sudah menghancurkan kameraku?" Hani mengedipkan matanya tidak percaya akan tingkah absurd pria didepannya ini. Ia baru sadar akan hal tadi siang yang menyebabkan kamera Arka rusak.
"Kau harus menggantinya" lanjut Arka.
Hani menghela nafas lega, "ohh, baiklah berapa?"
"55 juta"
"Baiklah, kirimkan saja nomor rekeningmu---"
"Ap-Apa?!!! wooaahhh kau pasti orang kaya?" kali ini gantian Arka yang terkejut, ia menggelengkan kepalanya.
Sedangkan Hani masih bersikap biasa, baginya uang segitu tidak begitu banyak, karena tabungannya selalu terisi terus dan Hani sangat jarang mengeluarkan isi tabungannya, beberapa juta tidak akan membuat saldo di banknya membengkak. Hani masih berjalan menuju Halte bis dan Arka masih setia mengikutinya.
"Bisakah kau berhenti mengikutiku?" ucap Hani.
"Siapa yang mengikutimu, kebetulan saja arah kita sama, pokoknya kau berhutang padaku atas rusaknya kamera itu dan kau tidak bisa kabur dariku.
" Kalau begitu berikan nomor rekeningmu padaku"
"Tidak mau" balas Arka dengan tampang yang sangat menjengkelkan.
"Apa?! Jadi apa maumu?"
Arka mengangkat bahunya dan berjalan menuju halte bis, Hani semakin dibuat kesal oleh orang itu. Ia menyusul langkah Arka sampai ke halte bis.
"Berikan ponselmu" Arka kembali menadahkan tangannya. Hani menatapnya dengan ragu.
"Kau ingin nomor rekeningku tidak?" lanjutnya, Hani lalu memberikan ponselnya dengan terpaksa sambil terus mengamati Arka yang tengah mengutak atik ponselnya.
"Aku tidak peduli kau Hana, hani, Hafi atau siapapun itu. yang pasti kau tidak boleh kabur dariku karena aku kembali tertarik padamu" kata hati Arka.
"Kau tidak bisa kabur dariku, sampai jumpa Hani" Arka tersenyum ia memberikan ponsel Hani kembali padanya, terlihat di layarnya Arka baru saja menyimpan nomor dirinya dengan nama 'Arka Ganteng'
"Apa-apaan ini?" sebuah bis datang, Arka segera melambaikan tangannya dan masuk ke dalam bis lalu meninggalkan Hani yang masih termenung di Halte.
'ting'
📲 Arka ganteng : obati luka dilenganmu itu, seorang resepsionis harus terlihat sempurna.
Isi pesan yang baru saja masuk kedalam ponsel Hani. Hani mendecakkan lidahnya dan tidak ingin berniat untuk membalas pesan itu.
'ting'
Hani kembali mendengar bunyi notif masuk dari ponselnya ketika baru saja sampai didepan rumahnya. matanya kembali menatap nama yang muncul di layar ponsel 'Arka ganteng'
📲 Arka ganteng : Kau sudah sampai rumah? sudah obati lukamu? ingat besok aku tidak mau lihat sikut dan tanganmu yang terluka.
Senyum kecil tiba-tiba muncul di bibir Hani setelah membaca isi pesan Arka. "Padahal dia yang membuat luka disiku ku ini" gumam Hani, lalu ia segera memukul kecil kepalanya.
"Kenapa aku harus tersenyum hanya dengan pesan seperti ini" gumam Hani pada dirinya sendiri.
"Hani, kenapa disini sayang?" ibunya baru saja datang dengan beberapa paper bag ditangannya.
"Mam, kok baru pulang?" Hani berlari kecil menghampiri ibunya yang sudah turun dari dalam mobilnya dan membiarkan supir pribadinya untuk memikirkan mobilnya didalam bagasi.
"Mami habis belanja sayang, Mami juga membelikanmu sepatu baru"
"Benarkah? Kalau gitu ayo cepat masuk mam" Hani menggandeng tangan ibunya dan membantu membawakan beberapa paper bag.
"Bagaimana tempat magangmu?" Tanya ibunya ketika Hani sudah duduk disofa dan melihat satu persatu belanjaan bermerek yang dibeli ibunya.
"Tempatnya bagus, tapi aku bertemu dengan orang menyebalkan disana mam"
"Siapa?" Tanya mami karena sangat jarang sang putri berbicara tentang orang lain kecuali temanya Chika.
"Seorang pria yang selalu muncul tiba-tiba dan terus terusan menggangguku" keluh Hani ia masih mengingat jelas semua tingkah laku menyebalkan Arka padanya.
"Apa pekerjaannya disana?"
"Aku tidak terlalu tau, tapi dia mengaku sebagai manager disana, tapi mam, mami tau dia sangat kekanakan dan sangat tidak cocok dengan image manager yang seharusnya, dan dia sangat suka menggangguku!" ibunya tertawa melihat ekspresi muka Hani.
"Mungkin dia tertarik padamu"
"Aku? eiiyy itu tidak mungkin mam" elak Hani.
"Kenapa? Putri mami kan cantik, mami yakin dia menyukaimu sayang"
"Mami ada-ada saja itu sangat tidak mungkin" Hani kembali mengelak, "Aku ke kamar duluan mam, mau ganti pakaian" Hani beranjak dari duduknya seakan ingin mengakhiri obrolan yang melenceng itu.
"I love you mam" Hani mencium pipi Ibunya kemudian berlari menuju kamarnya, memang kebiasaan Hani jika akan meninggalkan atau ketika bertemu ibunya dia akan mencium pipi ibu dan ayahnya.
🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
wkwkwkmuncul jg Hafi, Hafa
2022-06-06
1