Beberapa Mahasiswa terlihat berkerumun didepan papan pengumuman, mereka melihat daftar nama perusahaan yang sudah terpasang. Mahasiswa tahun ke 3 kini baru saja memulai agenda magangnya, mereka masing-masing ditempatkan di perusahaan yang disudah di pilih oleh pihak kampus.
Berulang kali Hani berjinjit, ia mencoba melihat namanya dan rasanya sangat sulit karena terlalu banyak orang didepannya jadi Hani memilih menunggu hingga para mahasiswa itu pergi.
"Kau sudah lihat? " Chika, teman sekelasnya baru saja datang menghampiri Hani yang terlihat khawatir.
Hani menggeleng "belum, sudah sepuluh menit aku disini, susah sekali" keluh Hani.
"bagaimana caranya melihat jika kau hanya berdiam diri disini! kau harus menerobos Hani, yok kita pergi bersama" Chika menarik tangan Hani, ia membantu Hani berjalan dan menerobos kerumunan itu sampai didepan papan pengumuman. Matanya segera mencari nama dirinya dari sekian banyak mahasiswa yang ada disana.
"ah! lihat ini punyamu" Chika lebih dulu menemukannya jarinya menunjuk kearah nama Hani.
"Clarissa Hani Widjaya, jurusan perhotelan kau ditempatkan di MoonBlue hotel, ini keren! " Chika terlihat antusias sementara Hani masih mengamati namanya.
"kau dimana? " tanya Hani.
"ahh aku? hmm aku di Starcity hotel! "
Dengan lemas dan tanpa semangat Hani berjalan tak tentu arah. setelah melihat pengumuman itu. ia memang ditempatkan di hotel kelas atas yang sangat terkenal tapi entah kenapa perasaan nya menjadi sangat cemas.
"kenapa? kau terlihat sedih begitu? " komentar Chika.
"Chika aku pengen satu hotel denganmu, bisakah aku mengajukan itu? "
"apa? hahhaa kau ini ada-ada saja. kau sudah beruntung di tempatkan di hotel itu. Siapa tahu setelah magang kau bisa ditempatkan disana, dasar bikin iri saja" Chika menepuk bahu Hani sambil terus melangkah menyusuri kampus.
"tapi aku sendirian disana, aku tidak ada teman"
"Hani, kau akan bertemu orang orang baru disana dan juga teman baru".
" Tapi, bagaimana kalau mereka tidak mau berteman---"
"kau mulai lagi han? berhenti mengkhawatirkan hal yang tidak tidak, kau cantik dan baik, jadi jangan khawatir!" Chika merangkul bahu Hani dan tersenyum seakan berusaha menenangkan Hani yang terlibat begitu gelisah dan khawatir.
Masalah besar yang tak pernah bisa Hani atasi dari dulu adalah kekhawatiran nya yang berlebih. Clarissa Hani Widjaya mahasiswa jurusan perhotelan, dia cantik tapi selalu menutupi kecantikannya dengan masker, Hani tidak suka menjadi pusat perhatian. Hani juga tidak suka berada di tempat kerumunan banyak orang, dia hanya memiliki sedikit teman, karena dia tidak bisa bergaul dengan baik. Ia seorang yang introvert, ia sangat suka keheningan.
Hani memang baik dia sering menyumbang di panti asuhan, tapi sifatnya yang takut akan orang asing menjadi kelemahannya. sejak dulu Hani sangat sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, Hani selalu khawatir jika dirinya tak bisa mendapatkan teman karena kepribadian nya. Untung saja ada Chika, ia yang dulu merangkul Hani untuk berteman.
"Oh iya, kau mau kencan buta tidak? aku ada kenalan-"
"Tidak perlu, kau lupa terakhir kali kencan buta seperti apa? "
Chika menahan tawanya ia baru saja ingat bahwa beberapa minggu lalu ia juga memaksa Hani untuk kencan buta. Karena tidak banyak bicara dan lebih sering menundukan kepala, pria yang terlibat kencan buta itu meninggalkan Hani dan mengatakan dia gadis aneh dan membosankan.
"Maaf, kali ini benar-benar pria ini---"
"Sudahlah lupakan saja" Hani menaruh gelas berisi sisa jus apelnya yang dipesan beberapa menit lalu di kafetaria kampus. Chika mengedarkan pandangannya yang juga tengah menghabiskan makan siangnya.
"Hani, bagaimana menurutmu, pria yang menggunakan jaket coklat itu terlihat tampan kan? ku dengar dia sangat populer di jurusan psikologi" Chika memincingkan matanya, lalu sedikit menunjuk kearah pria yang tengah memakan mi rebusnya.
"hmm lumayan" jawab Hani sembari mengangguk.
"bukan lumayan, dia memang tampan! masa responmu begitu saja? kau memang harus pergi kencan dan bertemu pria, bisa gawat kalau orang mengatakan kau punya kelainan" Chika memicing sinis kearah Hani.
"Seharusnya itu berlaku juga padamu, kau sering menyodorkan pria padaku, tapi kau tidak pernah berpacaran dengan pria kan?" balas Hani dengan nada sedikit mengejek.
"itu karena aku pilih-pilih, standarku sangat tinggi! " Chika membela dirinya, Hani hanya tertawa kecil lalu beranjak dari duduknya.
"Kemana? " tanya chika.
"Perpustakaan".
" Tidak ada pria keren disana" Chika mengeluh, ia lalu membiarkan Hani untuk pergi ke perpustakaan.
🌺🌺🌺🌺🌺
"Benar semua orang memiliki standarnya masing-masing, lalu aku? apakah seseorang sepertiku juga bisa masuk dalam standar mereka? aku tidak pernah bertemu dengan orang yang mengerti akan diriku. Jadi untuk apa aku pergi berkencan? "
Hani mengambil posisi paling ujung di perpustakaan setelah mendapatkan buku yang ingin dibacanya. "Berpikir positif membawa kebahagiaan".
Setiap kali mempunyai waktu luang Hani selalu menyempatkan dirinya untuk membaca buku-buku psikologi, atau buku yang dapat memotivasi dirinya.
" berkencan?"
Hani sedikit tergelitik membayangkan pikirannya sendiri. Bertemu dengan orang baru saja dia sangat susah, apalagi berkencan. Selama ini Chika sering membuatnya ikut kencan buta, tapi tidak ada satupun yang berhasil, Hani memang cantik tapi dia tidak berani berbicara dengan orang baru sehingga lebih sering menunduk dan terdiam, hal itu membuat hani jadi tidak disukai pria.
Hani tidak bisa banyak bicara, dia lebih suka melakukan tindakan dari pada berbicara. Hal itu yang membuat chika lebih dulu mendekati hani. Chika pernah melihat hani menolong seorang nenek-nenek menyebrang dia juga pernah melihat hani diam-diam meletakkan sebungkus nasi kotak pada pengemis dijalan.
Dimata hani dia merasa hidup biasa saja, tapi dimata chika dia terlihat seperti malaikat, karena senang menolong orang lain dalam diamnya. Chika sebenarnya adalah salah satu orang yang pernah Hani tolong. Tapi karena chika tau sifat hani, dia tidak pernah mengungkit kebaikan hani.
Hani adalah putri satu-satunya dari keluarga kaya raya Widjaya, mungkin karena kekayaan keluarganya Hani sedikit low profile, karena takut saingan bisnis mengincar hani daddynya menyembunyikan identitas Hani. Kebutuhan sehari-hari? jangan ditanya. Hani dilimpahkan segala kemewahan dalam hidupnya. Apapun yang hani inginkan selalu dapat dipenuhi kedua orang tua nya. Meskipun nilai sekolah hani standar orang tuanya tidak pernah membebani nya dengan apapun, mereka membiarkan Hani ingin menjadi apapun, dan melakukan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
@Lala
Hana juga cantik kok
2022-07-18
0
Bzaa
dilmurat kl gak pake make up cantik nya full.... hani kamu cantik bingittt
2022-06-20
1
Hanifah atun
next
2021-12-04
2