Satya merasakan sinar matahari begitu menyilaukan, matanya perlahan terbuka. Sedikit senyuman muncul dari bibirnya mengingat kejadian semalam.
Satya bergegas menuju kamarnya ingin melihat apakah Hana sudah bangun atau masih tidur, ya mereka tidur terpisah, dan kejadian tadi malam hanya sekedar k**s, tidak lebih. Setiap Hana menginap, Satya akan tidur didekat sofa, itulah peraturan nya.
Kaki Satya berdiri kaku, dikamar sudah tidak ada Hana, apa dia marah karena kejadian tadi malam? pikir Satya.
Dunia Satya seakan hancur ketika memikirkan Hana akan menghindari nya terus. Dengan langkah gontai Satya berjalan kearah pintu keluar, dia ingin memastikan sekali lagi bahwa Hana benar benar menghilang.
Belum sampai di pintu, langkahnya terhenti, dilihatnya Hana sedang mengiris sayuran didapur. senyum Satya kembali terbit dia melangkah perlahan mendekati Hana.
"masak apa? " tanya Satya yang telah tegak disebelah Hana.
"Sup" Hana masih fokus memotong kentang.
Tangan Satya mencomot salah satu kentang dan tertawa, "Jelek sekali potongannya! "
"Satya! jangan ganggu! sana pergi! " Hana berusaha mendorong Satya pergi. Karena tak mau Satya malah makin mengganggu Hana.
"kalau aku gak mau gimana? "
"isss resek! sana kamu bau!! " kesal Hana.
Satya masih tertawa senang, "Baiklah aku tidak akan ganggu, tapi aku mau tanya sesuatu".
" Apaan? "
"kamu ingat apa yang terjadi kemarin? "
Pisau Hana berhenti bergerak, matanya kini telah fokus menatap Satya, "Sat, apa aku melakukan hal memalukan? aku sama sekali tidak ingat kejadian tadi malam! ah kenapa aku bisa lupa! emang aku melakukan apa Sat? "
'Deg'
'Deg'
Jantung Satya serasa mau berhenti memompa muncul perasaan sesak dan Satya tersenyum terpaksa, "Ya kau membuka kemeja mu! untung kau masih pakai dalaman tank top" setelah berkata begitu Satya segera melangkah menuju kamarnya.
Hana hanya diam menatap punggung Satya yang perlahan menghilang dari balik pintu.
setelah Satya benar-benar menghilang Hana kemudian berbicara pelan, "Maaf" Mata Hana nanar menatap pintu. Entah apa maksud ucapan Hana.
🌺🌺🌺🌺🌺
Jam makan siang sudah tiba, Lagi-lagi Hani kebingungan harus pergi kemana.
"Kau lihat tidak tadi pak maneger tidak pakai pakaian formal"
"Iya, aku melihatnya, dia pakai jeans! gaya casual nya sangat keren dan semakin tampan saja"
"Pakai apapun dia memang selalu tampaaannn"
"huh sayang sekali dia seorang player, kau ingat tidak dia sering check in dengan wanita yang berbeda".
Hani menghentikan langkahnya saat baru hendak masuk ke dalam ruangan istirahat yang biasanya digunakan para staff hotel. Ia mengurungkan niatnya untuk makan siang disana.
Pagi tadi ibunya sudah memasakkan makanan untuk Hani, jadi hari ini ia tidak mungkin pergi ke restoran.
"Hani? kamu ngapain disini? " Sandi lalu muncul saat ia hendak masuk kedalam.
"Ti-tidak aku baru mau keluar"
"Kau tidak makan siang? "
"Atau sudah selesai, aku permisi" Hani menundukkan kepalanya dan terburu-nuru pergi menghindari Sandi.
"Dia kenapa? aneh sekali" Hingga saat ini Hani belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya ia masih merasa sangat canggung jika harus berkumpul dengan orang-orang yang tidak akrab dengannya. Dengan begitu Hani memutuskan untuk makan di balkon hotel, ia harap tidak ada siapapun yang membuatnya canggung disana.
🌺🌺🌺🌺🌺
Arka masih mengambil posisi terbaik dengan kameranya, ia sudah mengambil beberapa foto namun merasa masih belum puas dengan hasilnya. gedung-gedung tinggi didepannya membuat Arka seperti enggan untuk pergi dari balkon hotelnya, ia lalu berjalan menuju pembatas balkon.
"Sepertinya angel dari sini bagus" pikir Arka setelah melihat kearah bawah. Ia dengan hati-hati lalu naik ke tembok pembatas balkon dan berdiri disana.
"Whoooaaa jantungku hampir copot" Arka mencoba untuk menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak jatuh ke bawah, dengan cepat ia mengarahkan kameranya mengatur komposisinya.
Pintu balkon terbuka, Hani baru saja berjalan masuk dan melihat seseorang berdiri di tembok pembatas balkon.
"Ya ampun! Apa orang itu mau bunuh diri?!!" Hani terkejut, ia segera menaruh kotak makanannya dan berlari menghampiri tembok balkon.
"Hei! Turun dari sana! Kau tidak boleh melakukan itu! Aku tahu hidup ini sangat berat tapi kau tidak perlu mengakhiri hidupmu seperti itu" Hani berteriak menatapi punggung orang yang masih berdiri itu. Arka mendengar suara di belakangnya, ia menoleh kebelakang hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya.
"Whoooaaa---" Dengan cepat Hani menarik kaki Arka ia berhasil membuat tubuhnya terjatuh dan menjauh dari tembok pembatas balkon.
"Buuughhh" suaranya terdengar sangat keras, Hani memejamkan matanya saat merasakan tubuh yang begitu berat menindihnya.
"aaaakkkk punggungku" Keluhan Hani kesakitan, ia masih memejamkan matanya karena sinar matahari yang langsung menyorot ke arah matanya.
"K-Kau?!!" Teriak Arka yang terjatuh masih dengan posisinya yang menindih Hani.
"maaf, bisa kau segera menyingkir? punggungku--" Hani sedikit membuka matanya dan melihat siapa yang sudah membuatnya menderita itu.
"Kamera! Mana kameraku?!" Arka segera beralih dari tubuh Hani setelah menyadari sesuatu miliknya tidak ada lagi di tangan. Dengan cepat Arka kembali kearah tembok pembatas balkon. Ia melihat ke bawah dan dari jarak yang sangat jauh terlihat kameranya sudah tergeletak di jalan.
"Hei! bisa bantu aku berdiri? " Hani mengulurkan tangannya namun Arka terlalu sibuk dengan pikirannya.
"akhhh sialan kameraku! Bagaimana ini?! " ia hendak berjalan pergi meninggalkan balkon untuk memastikan keadaan kameranya di bawah.
"Keterlaluan sekali! Hei kau! kau tidak mau menolongku?! " Hani kesal bukan main, ia masih dengan posisi yang tergeletak karena punggungnya terasa sakit.
Arka lalu menghentikan langkahnya, ia berbalik kearah Hani dan membantunya untuk berdiri.
"Kau?? Sudahku duga, setiap aku bertemu denganmu pasti aku mendapatkan hal buruk" Celoteh Hani tanpa sadar setelah Arka berhasil membantunya untuk berdiri.
"Apaaa? Hahaha, coba lihat siapa yang mendapatkan hal buruk hari ini? kau tidak lihat kameraku sudah hancur di bawah!" Arka meraih tangan Hani menariknya dan membawa Hani berjalan menuju tembok pembatas balkon, dengan tangannya Arka menunjuk kearah jalanan dibawah, sebuah truk melintas dan menindas kamera milik Arka yang sudah tidak berbentuk itu.
"Dan ini", Arka menunjukkan handiplas yang menempel pada tangannya " Ini akibat kau mendorongku tadi malam"
"Aaahhkkk!" Arka mengacak rambutnya frustasi. Hani lalu diam dan menggaruk tengkuknya.
"Ka-kamera? Maafkan aku, aku tidak tau, kupikir kau seseorang yang ingin bunuh diri"
"Akkhh! ada apa dengan pikiranmu itu? semalam kau mendorongku tiba-tiba dan sekarang kau menarik ku tiba-tiba akhhh-- sudahlah" Hani diam saat Arka membentaknya, ia lalu berjalan meninggalkan Hani sendirian.
"Ah Hani lagi-lagi kamu buat kesalahan! apa-apaan dia! seharusnya dia berterima kasih, itukan tadi sangat berbahaya" Hani menggerutu kesal. ia memegangi punggungnya yang terasa sakit, lalu membersihkan kemeja kerjanya yang sedikit kotor.
Sikut dan lengannya bahkan tergores dan mengeluarkan sedikit darah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments