Hana dan Satya menyantap makanan dalam diam. Tadi saat keluar kamar Satya langsung duduk diruang makan tanpa mengatakan apapun. Hana yang tau mood Satya sedang tidak bagus jadi hanya bisa ikut berdiam diri.
"Sat! Satya!" baru pada panggilan ketiga Satya menoleh dan menatap manik mata Hana.
"Kamu kenapa? apa aku ada salah?" tanya Hana.
Satya cukup lama menatap manik mata Hana, pikirannya berkecamuk, apakah dia bilang kejadian tadi malam, tapi dia takut Hana akan menjauh namun jika tidak dia ungkapkan maka dia akan terus penasaran.
Satya menghela nafas panjang, lalu tersenyum kali ini betul-betul senyum tulus untuk orang yang dia sayangi. "Tadi aku dapat telepon dari pelatih, kalau latihan hari ini dipercepat karena bentar lagi ada pertandingan antar kampus"
"Lalu? " tanya Hana bingung.
"Lalu? lalu ya mood ku hilang"
"kenapa hilang? bukannya kamu suka basket? "
"Karena aku gagal kencan, tadinya temanku merencanakan blind date aku dengan teman perempuan nya, eh.. batal karena pelatih itu" sebenarnya itu hanya alasan buatan Satya, karena dia sudah bingung mau cari alasan apa lagi.
'puk puk puk'
"Hanna!" kesal Satya karena sekarang Hana tengah memukulinya.
"hahaha rasain, siapa suruh bikin aku ketakutan liat mukamu!" dengan rasa kesal Hana masih memukuli Satya, tidak lama keduanya sama-sama tertawa.
"Udah, jangan memukulku lagi!" pinta Satya sambil mengelus bahunya akibat pukulan Satya. "Gimana hasilnya kemarin? "
"Hasil apa?" Hana menyendok makanannya kemulut.
"audisi! melihat reaksimu kemarin aku yakin kamu gagal! hahahahahaha!" tawa Satya senang.
Hana menepuk jidatnya, dia benar-benar lupa untuk melihat isi amplop yang diberikan juri kemarin. Dengan cepat Hana berlari kedalam kamar Satya dan mengambil tasnya. Dengan tidak sabaran Hana membongkar tasnya begitu saja hingga matanya menatap sebuah amplop putih terjatuh dari dalam tas.
Tangan Hana masih bergetar memegang amplop, dia takut hasilnya tidak lulus karena kemarin melihat banyaknya lawan yang ikut audisi.
Mata Hana yang memejam perlahan dibuka untuk melihat kata-kata didalam amplop.
'SELAMAT ANDA LULUS'
Hana berlompat kegirangan "Satya! aku lulus! aku tidak akan mentraktirmu makan" Hana menari-nari dengan gerakan aneh.
"Begitulah"
gerakan Hana berhenti, ia menatap Satya sinis "Hanya itu responmu? "
"hmmm" Satya terdiam ia sedikit berpikir soal bagaimana dia harus merespon.
"Whoooaaa Keren! Hana memang Ratu drama! aku sudah tau kau akan lolos, Selamat ya! kau memang hebat!" Satya memeluk Hana mengangkat sedikit tubuhnya dan membawanya berputar-putar, Hana meronta saat Satya melakukan hal itu.
"Sat! turunkan aku!" Hana menutup matanya karena merasa pusing dengan putaran kecil yang dibuat Satya, ia lalu melingkarkan tangannya dibahu Satya untuk berpegangan erat supaya tidak jatuh.
"Ayo satu putaran lagi untuk keberhasilanmu! " Wooohhoooo! " Satya tertawa kecil ia kembali berputar dan membuat Hana semakin merasa pusing, meski begitu Hana tak bisa menahan tawanya dan semakin erat memegangi Satya.
"kesedihan, aku tidak tau apa itu kesedihan, aku tidak bisa mengatakan bahwa diriku baik-baik saja sekarang. Tapi, aku juga tidak ingin mengatakan bahwa aku sedang bersedih. Aku masih bisa melalui hariku berkatmu, aku masih bisa tertawa karenamu, aku masih ingat bagaimana caranya tertawa meskipun hatiku masih dalam masa penyembuhan. Aku merasa terlena akan kenyamanan yang sekarang kau berikan padaku, aku terlalu takut kembali dikecewakan, aku terlalu nyaman dengan posisiku sekarang dan takut untuk melangkah, aku takut untuk kembali merasakan apa itu sakit hati, maafkan aku Satya, aku akan jadi gadis yang egois didepanmu, aku takut kehilangan dirimu yang sekarang memanjakan ku, dirimu yang membuatku tertawa, aku takut kehilanganmu teman kecilku"
🌺🌺🌺🌺🌺
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, waktu yang paling dinantikan oleh Hani. Ia baru saja mengganti seragamnya dan menggantung nya di loker.
"Hani kau mau ikut karoke tidak?" ajak salah seorang staf.
"Maaf tidak bisa, aku harus segera pulang" Jawab hani dengan canggung.
"Begitu ya, baiklah kami duluan ya"
Hani menundukkan kepalanya, ketika staff itu pergi bersama staff lainnya. Mereka sama-sama keluar dari hotel dengan penuh canda tawa. Hani merasa sangat lelah dan pegal karena berdiri seharian ia tidak punya energi untuk pergi karoke, apalagi dengan orang-orang yang tidak begitu ia kenal.
"Hani bisa bantu aku? aku sedang buru-buru, berikan dokumen ini ke ruangan manager utama dilantai 8 ya" Sandi menghampiri Hani yang baru saja keluar pintu hotel.
"ba- baik Pak"
"Terima kasih! Kalian!! tunggu aku!! " Sandi menepuk bahu Hani dan tersenyum ia berlari menyusul staff lain untuk bersenang-senang. Hani menghela nafasnya menatap dokumen ditangannya.
Ia sampai didepan ruangan manager. "Manager Arka Rezvan Arezkhi" tangannya berhenti mengetuk pintu ketika mendengar suara ribut-ribut didalam.
"Kau mengacaukan lagi?!" Hari ini kau tidak ikut rapat para pemegang saham mereka semua menunggumu!" ibunya berteriak kearah Arka yang sibuk memainkan flappy bird di ponselnya.
"Arka! Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini? " ibunya menyentak lagi. Arka masih fokus dengan game di ponselnya.
"Kau tidak tahu orang-orang sangat ingin menjadi CEO, pewaris perusahaan mereka bahkan melakukan pertumpahan darah untuk dapat jabatan itu. Kau ini Terlahir dengan keberuntungan kau bahkan tidak perlu berusaha keras, kau sudah duduk di sini dengan mudah karena mami!" Arka masih tak ingin menanggapi kalimat ibunya, kesal bukan main ibunya lalu merebut ponsel Arka dari tangannya.
'GAME OVER'
"Yahh, Mam! kau tidak liat aku sudah dapat score 20?!" Arka menatap tak terima, ia bangun dari duduknya dan menatap ibunya dengan kesal.
"Katakan pada mami apa yang kau inginkan? Apartemen? Mami sudah membelikannya untukmu, mobil mewah? semuanya! kau sudah mendapatkan semuanya!"
"Memang aku pernah menggunakan semua itu? memang aku pernah tidur di apartemen itu?" Arka tak mau kalah dari ibunya, mereka sama-sama keras kepala dalam beradu argumentasi. Hani masih mematung diambang pintu. ia berniat untuk pergi dan kembali nanti.
"Kau tidak suka menjadi manager? lalu apa maumu!"
"Mam! Apa kau menemukan aku dijalanan? atau kau memungut aku dari tong sampah?" Arka menatap ibunya dengan tajam. Hani menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat yang diucapkan didalam ruangan manager itu. Rasanya suaranya tidak asing, Hani pernah beberapa kali mendengar suara pria itu.
"Apa?"
"Aku ini anakmu atau bukan? kenapa kau begitu mengontrol ku? Aku bukan boneka mu! berikan ponselku" Arka merebut ponsel itu dari ibunya dan memutuskan untuk keluar dari ruangannya.
"A-Arka! Arka!"
Hani terkejut saat pintu ruangan terbuka dan melihat Arka disana.
"Sedang apa kau disini?" tanya Arka setelah melihat Hani berada didepan ruangannya.
"Aku mau berikan ini pada manager, apakah manager ad--"
"Kau bercanda? kau tidak tahu siapa manager hotel ini?" Arka menatap Hani dengan heran.
"Maaf, aku tidak tau" jawab Hani dengan polos, ibunya Arka lalu menyusul ia keluar dari dalam ruangan dan berhenti saat melihat Arka tengah berbicara dengan seseorang.
"Siapa?"
"Oh! selamat malam presdir aku ingin menyerahkan dokumen ini pada manager--"
"Tidak ada manager! Manager disini sudah kabur!" Ibunya Arka menatap jengkel kearah Arka dan pergi begitu saja. Hani semakin dibuat kebingungan karena ia harus menyerahkan dokumen itu.
"Benar, managernya sudah kabur, kau mau apa?"
"A-apakah kau Arka manager--- eiiyyy tidak mungkin??" Hani menahan tawanya, seakan tak percaya bahwa pria menyebalkan itu adalah manager hotel ini.
"Apa!" bentak Arka.
🌺🌺🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments