Edward menunggu Elsa membukakan kemejanya, merasa tidak sabar.
“ Kau lambat sekali ! “ gerutu Edward, mukanya terus memberengut, membuyarkan lamunan Elsa. Tadi bukannya dia menyuruh pelan pelan ?
Akhirnya pekerjaannya selesai, memakaikan kemeja biru langit itu. Edwardpun segera ke kamar mandi mencuci tangannya yang kena air liur Elsa.
Keluar dari kamar mandi, dia meraih kemejanya dan segera memakainya. Sementara Elsa melipat kemeja tadi, dimasukan ke dalam tas spunbond warna hijau.
“ Cuci bajuku sampai bersih dan wangi “ perintah Edwar, sambil berjalan menuju kursinya.
“ Baik Sir “ Elsa mengangguk dan hendak keluar sambil membawa tas itu. Lagi lagi langkahnya terhenti karena teriakan dari Edward. Diapun membalikan badannya, melihat kearah bosnya.
“ Elsaa !! “ teriaknya dengan kencang, sampai memekakkan telinga Elsa yang langsung meringis.
“ Ada apa lagi sih “ Fikirnya. DIlihatnya, pria itu kembali bertolak pinggang, menatapnya dengan tatapan membunuh, ingin rasanya dia mencekik sekretaris joroknya itu.
“ Apa lagi Sir ? “ tanya Elsa, dengan tampang tanpa dosa, masih tidak mengerti.
Edward menggeram menahan marah, tangannya menunjuk ke kursi yang akan didudukinya.
Edward melihat sesuatu yang basah memanjang di sandaran kursinya, ternyata kursi itupun tidak luput dari air liur Elsa.
“ Kau lihat itu ? Kau mengotori kursiku ! Cuci kursi itu sampai bersih !!! “ teriak Edward lagi,
Elsa melihat kearah kursi itu, yang sudah menjadi korbannya membuat pulau memanjang. Wajahnya langsung memerah merasa malu.
“ Baik Sir, akan saya bersihkan “ Elsapun mengangguk lemah, tidak ada pilihan lain.
“ Yang bersih ! Pakai pewangi ! “ ujar Edward lagi sambil berjalan mendekati sofa dan duduk disana.
" Baik Sir " jawab Elsa lagi sambil bergegas mencari lap dan semprotan pewangi.
******
Beberapa menit berlalu, Steve masuk ke dalam ruangan. Dia terkejut melihat Elsa sedang melap kursi itu dengan tangan membawa semprotan pewangi. Sementara Edward menandatangani berkas berkas di sofa, kertas kertas
menumpuk dimeja dihadapannya.
Steve pun duduk di sofa bersebelahan dengan Edward.
Elsa menyelesaikan pekerjaannya, dan ini sudah kesekian kalinya dia membersihkan kursi yang sepertinya tidak pernah bersih dimata Edward.
Elsa menoleh pada Edward yang juga menoleh padanya, lalu ke kursi itu.
“ Sudah bersih Sir, saya sudah mencucinya berkali kali “ ujar Elsa setengah mengeluh, rambutnya tampak acak acakan. sudah berjam jam dia membersihkan kursi itu, dan Edward selalu bilang belum bersih.
Edward menoleh pada Steve, “ Steve, tolong ganti kursi itu, beli yang baru ! sekarang juga “
perintahnya, membuat Elsa kaget, dengan entengnya laki laki itu menyuruhnya membersihkan berkali kali dan ujung ujungnya mau mengganti kursi itu.
“ Dan jangan lupa, biayanya masukan kedalam catatan ganti rugi dia “ lanjut Edward lagi tanpa menoleh pada Elsa.
“ Kau ini benar benar keterlaluan “ gerutu Elsa, lalu keluar dari ruangan itu.
Tapi Edward mengacuhkannya, melanjutkan pekerjaannya menandatangani dokumen di mejanya.
Elsa kembali ke mejanya, disimpannya lap dan botol semprotan pewangi itu di mejanya dengan keras.
Ingin rasanya dia memukul pria itu yang tampan tapi hatinya busuk.
Tiba tiba matanya tertuju pada sekotak makanan dus.
“ Apa ini ? “ diapun duduk di kursinya dan membuka kotak itu, matanya terbelalak, senyumnya mengembang di bibirnya yang mungil.
“ Sepertinya enak sekali, tapi siapa yang menyimpannya disini ? “ gumannya.
“ Aku. “ jawab sebuah suara. Elsapun mendongak ternyata Steve.
“ Ada yang mengirimku makanan lebih, dan aku ingat, sepertinya kau belum makan, ini sudah lewat jam makan siang “ ujar Steve.
“ Oh begitu…makasih ya…aku memang sudah sangat lapar “ Elsa tersenyum pada pria tampan itu yang membalas senyumnya. Sepertinya baru sekarang dia dengan jelas melihat senyum pria itu yang teramat manis. Karena biasanya bahkan berbicarapun jarang dengan Steve.
Steve memang terkenal pendiam tidak banyak bicara, tapi sikapnya sangat sopan, juga pembawaannya yang dewasa, jadi membuat karyawan lain merasa segan dan hormat padanya, apalagi dia orang kepercayaannya Mr Smith.
“ Selamat makan “ ujar Steve sambil berlalu. Elsa Cuma mengangguk, senang rasanya ada yang perhatian padanya di kantor ini, tidak melulu si bos killer itu.
Elsa mengambil sendok, menyuapkan makanan ke mulutnya, perutnya benar benar lapar. Tapi baru juga satu suap, sebuah tangan besar meraih sendoknya.
“ Kau keterlaluan ya makan sendiri, dan aku tidak kau pesankan makanan “ gerutu Edward. Elsa melongo melihat ke arah bosnya. Dia sampai lupa mengurus bosnya itu, gara gara harus membersihkan kursi itu.
“ Sini, makanan ini aku ambil, kau pesan lagi sendiri “ ujar Edward, sambil meraih dus makanan itu.
“ Sekretaris macam apa, yang membiarkan bosnya kelaparan begini “ gerutunya terus masuk ke dalam ruangannya.
Elsa memberengut kesal, ingin rasanya menimpuk bosnya dengan botol semprotan tadi. Lalu diraihnya telpon. Menelpon kantin memesan makanan, supaya di antar ke mejanya, dia malas kalau harus ke kantin sendirian karena jam istirahat karyawan sudah habis dan ternyata menunyapun hanya sisa sisa saja.
****
Karena waktunya habis dengan mencuci kursi, kerjaan Elsapun menumpuk, dia masih harus mengatur jadwal workshop dua hari lagi dengan beberapa rekanan bisnis. Sudah masuk jam pulang, tapi pekerjaannya belum beres,
Sedangkan dia harus bekerja di restoran. Kalau begini terus bisa bisa dia diberhentikan bekerja di restoran.
Diakan masih harus mengumpulkan uang buat ganti rugi ke bosnya itu belum ditambah harga kursi tadi. Kepalanya tambah berdenyut denyut.
Elsa mengusap usap keningnya, melap keringat dengan tissue.
“ Kau masih sibuk ? “ tanya Steve yang baru keluar dari ruangan Edward.
Elsa tersenyum pahit, yang dibalas senyuman manis Steve. Pria ini benar benar membuat semua orang menyukainya.
“ Apa kau perlu bantuanku ? “ tanya Steve. Elsa buru buru menggeleng.
“ Atau kau perlu bantuan sekretaris yang lain ? Bukankah ada Bu Mirna dan Nola ? “ Steve menoleh pada arah meja meja karyawan di sebelah ujung ruangan itu.
“ Mereka sudah mengerjakan yang lain “
“ Tapi tidak apa apa kalau kau keteteran, nanti aku akan bicara pada mereka “ Steve akan beranjak tapi lengannya diraih Elsa.
“ Jangan, mereka juga sedang sibuk “
Steve menatap Elsa, mengurungkan niatnya, ditatapnya gadis itu yang masih tersenyum di saat lelahnya. Dia mengerti sepertinya teman temannya mengerjainya lagi, mereka pasti iri karena Elsa menjadi sekretaris Edward.
Edward yang sedang duduk di kursi barunya, tidak sengaja melirik ke jendela dan melihat Elsa yang sedang memegang tangan Steve. Raut mukanya tiba tiba berubah masam, kenapa dia merasa tidak suka melihat Elsa
akrab dengan Steve.
Dilihatnya lagi Steve menarik kursi duduk berhadapan depan meja Elsa.
“ Baiklah, sepertinya aku punya banyak waktu untuk membantumu, kau tidak bisa menolaknya “ ujar Steve, membuat Elsa semakin merasa mempunyai teman. Dia pun mengangguk.
Jam sudah menunjukan jam pulang, karyawan karyawan dilantai itu sudah mulai bergantian pulang. Saat Nola dan Bu Mirna melirik ke arah Elsa, mereka terkejut, terutama Nola yang langsung merasa kecewa, karena melihat Steve
yang menemani Elsa mengerjakan sesuatu di meja Elsa. Dilihatnya lagi mereka tertawa tawa senang, membuat hatinya semakin merasa iri.
“ Lihat wanita jelek itu, apa sih yang dilihat dari dia, cantik engga, jadi sekretaris pribadi CEO, dan sekarang dia dekat dengan asistennya, benar benar menyebalkan “ ujar Nola pada Bu Mirna.
“ Iya, aku juga heran padahal dia sering datang terlambat, tapi kenapa tidak dipecat juga, coba kalau orang lain pasti sudah dipecat “ gerutu Bu Mirna.
“ Ayo pulang, biarkan saja dia lembur sendiri “ ajak Bu Mirna.
“ Sepertinya dia harus diberi pelajaran, aku tidak suka peluangku jadi sekretaris CEO gagal dan sekarang steve pun digodanya. Lihat saja nanti di Workshop “ batin Nola sambil mengikuti langkah Bu Mirna menuju lift.
********
Langit sudah mulai gelap, Elsa melirik jamnya sudah menunjukan pukul 6 lebih.
“ Kau mau pulang ? “ Tanya Steve.
“ Aku bekerja di restoran jam 7 “ jawab Elsa.
“ Kalau begitu, biar aku antar “ ujar Steve.
Elsa melirik kaca ruangan Edward, pria itu masih di ruangannya dengan dua orang tamu pria temannya, yang tempo hari makan di restoran tempat Elsa bekerja.
“ Dia sedang bersama temannya, biarkan saja “ ujar Steve lagi, tau arti kegelisahan Elsa.
“ Iya, baiklah, ayo ! Aku juga tidak mau sampai brenti kerja disana “ Elsa segera beranjak diikuti Steve.
Di dalam ruangan, meskipun Edward sedang bicara dengan teman temannya, matanya tidak henti melihat ke arah Steve dan Elsa yang pergi dari mejanya.
“ Apa kau tidak lelah bekerja di dua tempat ? “ tanya Steve , di dalam mobil.
“ Aku harus mengurus ibuku dan dua adikku, aku tidak mau mereka terlantar pendidikannya, ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, jadi aku yang bertanggungjawab untuk masa depan mereka “ jawab Elsa.
Steve tersenyum penuh arti, dia yakin kalau Elsa memang wanita yang baik dan pekerja keras.
***********
Hari ini Elsa menemani Edward dan Steve dalam acara workshop dengan banyak pengusaha muda, di sebuah Resort vila pemandian air panas.
Saat mereka sampai di Loby , tampak di depan loby sudah ramai beberapa peserta workshop, termasuk para kepala divisi dan juga ternyata mereka membawa sekretaris sekretarisnya. Bu Mirna dan Nola juga sudah tiba.
Mereka segera menyapa Edward dan Steve, yang baru turun dari mobil, Elsa turun belakangan.
Nola tampak melihat Elsa dengan tidak senang, apalagi Elsa berdiri berdampingan dengan Steve, pria yang disukainya.
Elsa menuju meja resepsionis, menanyakan di Vila mana Edward akan menginap, sedangkan tempat Steve dan yang lain Bu Mirna dan Nola yang mengurusnya.
Sementara Edward berbincang bincang dengan tamu tamunya yang mulai berdatangan, menyapanya, duduk duduk di loby, ditemani Steve.
Elsa tampak berlama lama dengan resepsionis, wajahnya terlihat kusut.
Steve yang sedang berbincang bincang dengan tamu tamu itu, beranjak mendekati Elsa.
“ Apakah ada masalah ? “ tanya Steve. Dia heran karena semua orang sudah pergi mengambil kunci villa mereka masing masing.
“ Aku tidak dapat kunci “ ujar Elsa, lesu.
“ Maksudmu ? Tidak ada villa untukmu ? “ tanya Steve lagi, mentapnya keheranan.
“ Iya. Villanya sudah penuh, ada juga di resort yang lain, yang letaknya sangat jauh “ jawab Elsa.
“ Ada apa ? kenapa kalian masih disini ? mana kunci villanya ? Aku sudah lelah “ tiba tiba Edward datang dan berdiri dibelakang mereka.
Elsa dan Steve terdiam. Reseptioinis yang menjawab dan menjelaskan.
“ Bagaimana bisa kau tidak mendapatkan Villa ? Siapa yang mengurus ini ? “ bentak Edward, langsung marah.
Steve segera memotong.
“ Elsa kau tidur di villaku, aku akan mencari villa yang lain. Kau duluan saja ke mobil “ kata pria tampan itu sambil tersenyum lembut, memberikan kunci villa pada Elsa. Dia memang pandai mengatasi masalah, pembawaannya yang tenang semakin menunjukan kedewasaaannya.
Rona muka Edward tampak berubah melihat perhatian Steve pada Elsa. Kakinya beranjak duluan melangkah menuju keluar pintu loby.
Steve meraih hpnya menekan nomor telepon.
“ Ya halo “ sapa Bu Mirna.
“ Siapa yang mengurus pemesanan Villa ? “ tanya steve, to the poin.
“ Ada masalah apa ? “ tanya Bu Mirna, balik bertanya keheranan.
“ Siapa ? Apakah Nola ? saya mau bicara dengannya “ Steve langsung saja menebak Nola.
Bu Mirna memberikan hpnya pada Nola, yang menerima hp itu dengan senang begitu Bu Mirna memberitahu kalau Steve yang menelpon.
“ Ya Halo “ sapanya, dengan suara dilembut lembutkan.
“ Jaga sikapmu, atau kau akan keluar dari tempatmu bekerja “ ujar steve tiba tiba tanpa basa basi.
“ Apa maksudmu ? “ tanya Nola, kaget.
“ Kau tau apa maksudku “ jawab Steve lalu menutup telpon. Nola hendak menyela tapi sambungan sudah terputus, membuat hati Nola merasa sakit.
“ Apa ? Ada apa ? “ tanya bu Mirna. Nola mengepalkan tangannya dengan kesal.
Bu Mirna menepuk bahu Nola, “ ada apa ? “ tanyanya, menatap Nola dengan mata selidik.
“ Aku harus membalas perlakuannya padaku. Rasakan pembalasanku, Elsa “ Ujar Nola seperti
bicara pada diri sendiri tapi terdengar jelas oleh Bu Mirna.
“ Apa maksudmu dengan Elsa ? Kau jangan berurusan dengannya. Kau harus ingat, yang memilih dia jadi sekretaris CEO, Sir Edward sendiri. Kau tau sendiri Sir Edward seperti apa, dia akan langsung memecatmu “ ujar Bu Mirna.
“ Dia mengambil Steve dariku, aku tidak akan membiarkannya “
“ Apa maksudmu ? Mana mungkin Steve menyukai gadis seperti Elsa “ Kata kata Bu Mirna terhenti saat
melihat dari kaca dijauhan, villa terdekat dengan villanya, sesosok mirip Elsa memasuki Villa itu.
“ Kau lihat kan bu ? Bahkan dia menempati villa Steve. “ ujar Nola, menahan emosi.
“ Bagaimana dia bisa disana, villa yang terdekat dengan Sir Edward villa ini dan sana saja. Oh aku mengerti. Jangan kau katakan kalau Elsa tidak mendapatkan Villa bukan ? Bu Mirna menoleh pada Nola.
“ Ya. Aku melakukannya “ jawab Nola tidak menutupi kelakuannya.
Mata Bu MIrna terbelalak melebar, tidak menyangka Nola akan senekat itu.
“ Stop. Jangan bertingkah lagi Nola, aku tidak mau acara ini berantakan karena ulahmu, aku tidak mau di pecat “ ancam bu Mirna, jadi merasa kesal akan kelakuan Nola. Karyawan yang berkerja diperusahaan ini memang
memiliki gaji yang lumayan dan bonus bonus yang besar, jadi sangat disayangkan kalau harus berhenti bekerja, belum tentu mendapatkan perusahaan yang lebih baik dari ini.
Setelah menyimpan barangnya di villa Steve, Elsa menuju villa Edward yang tidak terlalu jauh dari Villa Steve.
Edward tampak sedang berbaring di sofa, Elsa mengeluarkan isi koper Edward, menata pakaian pakaiannya di lemari. Diperiksanya isi kulkas yang sudah terisi penuh.
Di meja sudah ada air hangat dan cangkirnya. Dan beberapa toples makanan kecil.
Diliriknya pria itu masih memejamkan matanya. Entah tertidur entah pura pura tidur. Diambilnya beberapa berkas yang ditumpukan di atas meja, diperiksa kembali dan di susunnya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 373 Episodes
Comments
Franki Lengkey
thor elsa di bikin cantil ya🙏🏼
2023-05-12
0
Sidieq Kamarga
Ayo semangat Elsa, aku dujubg kamu dari dunia nyata !! 😍😍
2022-03-17
0
ohana
ntar lagi jadi pengangguran si nola
2022-02-09
0