Bibir mungil Elsa memberengut sebal. Edward tersenyum melirik wanita yang disampingnya.
“ Dimana rumahmu. Aku lupa lagi jalannya “ ujar Edward.
“ Atau apa kita akan mencari suatu tempat yang romantis ? “
“ Kau becanda, kita bukan sedang pacaran ! “ seru Elsa, sadar diri kalo mereka bukanlah sepasang kekasih.
“ Tidak pernah ada wanita yang menolakku !!” Edward tampak kesal, Elsa menolak usulnya.
“ Aku yang menolakmu ! “ sahut Elsa, setelah itu merasa ragu, itu berlainan dengan suara hatinya. Tapi benarkan, dia tidak boleh berharap banyak.
Edward hanya tersenyum, sudah tau Elsa akan beraksi seperti apa.
Dilihatnya Elsa menguap, jadi dia tidak bersikeras, dia merasa kasihan melihat wanita itu kelelahan.
“ Tidurlah , tidak apa apa “ ucapnya sambil mengusap rambut Elsa yang sedikit acak acakan tadi terkena angin malam.
“ Tidak, nanti kau malah membawaku ke apartemenmu “
Edward malah tertawa, “ pastinya, aku tidak mungkin harus berjalan muter muter menunggu kau bangun “
“ Hei, bagaimana malam itu kau membawaku ke apartemenmu ? “ tiba tiba Elsa teringat kejadian itu.
“ Menurutmu ? “ Edward focus menyetir.
“ Sepertinya aku tidak merasa berjalan ke apartemenmu ! “ sahut elsa mengingat ingat kejadian itu. Tiba tiba ia berteriak kemungkinan itu, “ Hei, jangan kaukatakan kau menggendongku ya !! “
Edward tersenyum geli, “ menurutmu ? “
“ Hah, jadi kau menggendongku ? Apa yang kau pegang ? Kau tidak meraba yang lain kan ? “
“ Tentu saja aku memelukmu, menekan dadamu ke dadaku dan memegang pantatmu “ ujar Edward, vulgar, membuat rona muka Elsa memerah menahanmalu.
“ Kau, sangat mesum “
“ Menurutmu bagaimana aku menggendongmu, apa aku harus menyeret badanmu ? “ Elak Edward, merasa lucu dengan reaksi Elsa.
“ Kau tidak memegang yang lain bukan ? “ Elsa khawatir, dia perlahan bergidik, membayangkan disentuh laki laki yang bukan siapa siapanya.
“ Kau jangan khawatir, kau bukan tipeku oke ? “ Edward menghiburnya tapi dengan alasan yang menyebalkan.
Tidak terasa mereka tiba di kos kosannya Elsa.
Edward terbelalak melihat rumah petak petak kecil berhimpitan.
“ Kau benar benar tinggal disini ? “ tanyanya tidak percaya, karena waktu itu dia mengatarnya hanya menunggu di jalan raya.
Dijawab anggukan Elsa.
“ Kau tidak boleh tinggal di tempat kumuh seperti ini. Ayo ikut aku ! “ Edward menarik tangan Elsa menuju ke mobilnya. Elsa menepisnya.
“ Ikut kemana, ini tempat tinggalku. “
“ Tidak, bagaimana bisa kau tinggal di tempat seperti ini ? tidak, tidak, kau tinggal saja di apartemenku ! “
“What ? buat apa aku tinggal di apartemenmu, aku bukan siapa siapamu , Ah kau ini aneh aneh saja.
Sebaiknya kau pulang hari sudah malam “
“ Kau mengusirku ? “
“ Tentu saja ini sudah malam Edward, terimakasih kau sudah mengantarku “ Elsa menyerahkan jas Edward yang tadi dipakainya. Tangannya mendorong Edward supaya masuk ke mobilnya.
“ Apa kau tidak melupakan sesuatu ? “ tanya Edward.
“ Apa ? aku sudah kembalikan jasmu “ jawab Elsa bingung
Tiba tiba kecupan lembut menempel di keningnya Elsa, “ good night “
Memuat Elsa mematung, tidak menyangka dengan reaksi Edward. Tadi dia mencium pipinya sekarang keningnya. Apa pria itu sakit? Kenapa aneh begini.
Belum sempat berkata kata, mobil Edward sudah pergi menjauh.
Elsa masuk ke kos kosannya. Langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan badannya dengan air hangat, beberapa kali mengusap usap mencuci pipi dan keningnya, digosok gosok, seakan bekasnya tidak pernah hilang dari tempatnya.
Sebenarnya Elsa merasa heran dan bingung, ada apa dengan Edward, kenapa hari ini berbeda sekali dengan biasanya.
Keesokan harinya. Pagi itu Edward sudah ada di dalam ruangannya, ketika Bu Mirna masuk ke ruangannya.
“ Pagi Sir, Mr Vincent sudah menunggu datang, sudahi menunggu di ruang meeting “
Edward menoleh kea rah suara, “ Kenapa kau yang membritahuku ? kemana Elsa ? “ tanyanya.
“ Elsa ada pelatihan selama seminggu di kota B “
“ Pelatihan ? seminggu ? kenapa aku tidak tau ? “ Edward tampak marah, tidak suka. Kenapa Elsa tidak bicara soal itu.
Edward beranjak berjalan ke luar menuju ruang meeting, diikuti Bu Mirna.
Seharian ini moodnya benar benar hilang. Seperti ada yang hilang di hari harinya.
Sehari dua hari, bagaimana mungkin dia terus menantikan kehadiran wanita itu, padahal dia bukan menghilang tapi sedang megikuti pelatihan.
Steve sedang menemaninya di ruangannya. Dia menjelaskan
beberapa hasil proyek, tapi sepertinya Edward tidak begitu memperhatikannya.
“ Kau merindukan wanita itu ? “ tanya steve tiba tiba, membuat Edward terperanjat, apa begitu kentara kegelisahannya ?
“ Wanita apa ? “ Edward mengelak.
“ Aku cuma mengingatkanmu, kau akan bertunangan dengan Olivia, kau tidak lupa kan ? “
“ Ah kau ini bicara apa, aku belum menyetujui bertunangan dengan olivia “
“ Mau tidak mau itu akan terjadi Edward,meskipun kau pergi meninggalkan London, takan mudah lepas darinya. Kasihan dengan Elsa, kau tidak harus menyakitinya bukan ? Berhentilah bermain main, kau harus mempersiapkan
masa depanmu “
“ Aku tidak menyukai Olivia “
“ Kenapa ? Dia cantik, kaya, dank kau harus ingat, ayahnya Olivia pernah berjasa pada ayahmu saat bangkrut dulu. Tentu akan sangat sulit jika ayahmu menolaknya “
“ Aku sudah bosan dengan wanita cantik. Aku hanya ingin wanita yang tulus mencintaiku “
“ Kalau maksudmu adalah Elsa, jauhilah dia, kau akan menyakitinya, dia wanita yang baik “ ujar Steve
“ Aku tidak tau, ketika dia tidak ada aku merasa seperti separuh jiwaku hilang. Sungguh aneh, sepertinya aku menyukai wanita yang bukan tipeku “
Entah kenapa mendengar pengakuan Edward, membuat Steve merasa cemburu. Kenapa mereka menyukai wanita yang sama. Tidak mungkin kan mereka harus bersaing memperebutkan Elsa.
“ Aku tau kau mau terima bekerja disini hanya karena ingin menunda pertunanganmu dengan Olivia “ujar steve lagi.
Edward tidak menjawab. Sebenernya Edward bingung, kenapa dia merasa hal yang beda pada Elsa, bersama
Elsa dia merasa hidupnya normal, tidak ada lagi basa basi kepalsuan yang ditunjukan padanya.
“ Aku tau kau suka main perempuan, aku tidak pernah ikut campur akan itu, tapi sebaiknya kau tidak bermain hati, yang akhirnya akan saling menyakiti . pertimbangkanlah kata kataku “ Steve beranjak dari duduknya, berjalan keluar dari ruangan itu.
******
Beberapa hari mengikuti pelatihan sangat melelahkan dan membosankan. Elsa juga harus cuti bekerja di restoran selama seminggu, tentu saja penghasilannya jadi semakin berkurang, entah kapan uang ganti rugi itu akan terkumpul.
Tiba tiba Trainer mengumumkan sesuatu yang diluar dugaan. CEO akan memberikan sambutan.
Elsa terbelakak kaget, kenapa laki laki itu harus selalu ada dimanapun dia berada.
Berbeda dari Elsa, justru karyawan perempuan lain begitu sumringah dan semangat melihat kedatangannya, meskipun sambutannya hanya beberapa menit.
Elsa melirik sosok itu dari sudut matanya, dia harus mengakui kalau bosnya itu sangat sangat tampan,
sosok yang sempurna.
Dari podium, Edward bisa melihat Elsa yang duduk di antara peserta. Dia jauh jauh ke kota B hanya untuk melihat wanita itu sesaat, karena setelah itu dia harus kembali ke jadwalnya bertemu beberapa klien.
Beberapa menit kemudian acara coffee break, para pesera mengantri mengambil menu ringan.
Elsa melihat Edward tampak berbicara dengan kepala PR juga asistennya steve.
Diapun mengambil tempat duduk bersama dua temannya, menikmati minuman ditangannya.
Tiba tiba dua temannya beranjak. “ Hai, kalian mau kemana ? “tanyanya, begitu mendongak, matanya bertemu dengan mata tajamnya Edward.
“ Kau, kau sekretarisku yang payah. Kau pergi tanpa memberitahuku, bahkan sekarang kau tidak menyapaku “ ujar Edward, duduk di depan Elsa.
“ Sir, aku sudah menyimpan note di mejamu, beserta surat dari personalia. Mungkin anda belum membacanya “
“ Kenapa aku harus membaca, kau bisa kan bicara langsung denganku “
“ Iya Sir, saya minta maaf, saya salah “ Jawab Elsa, meskipun bingung, masalah sepele begini harus diungkit dibahas lagi.
“ Maaf Sir, kita harus berangkat sekarang “ Steve menyela berdiri dibelakang Edward. Elsa mengangguk pada steve, memberi salam.
“ Baiklah. Sampai jumpa Elsa “ jawab Edward lalu beranjak meninggalkan Elsa.
Bersamaan dengan waktu coffee break habis dan peserta kembali memasuki ruangan training.
*****
Seminggu sudah berlalu, elsa sudah kembali beraktifitas seperti biasa. Dia menyiapkan sebuah amplop tebal. Sambil menunggu beberapa tamu Edward, baru dia akan menemuinya.
Sejam kemudian tamunya sudah berpamitan. Akhirnya Elsa masuk ke ruangan Edward, sambil membawa amplop itu, tampak steve masih duduk di sofa membereskan berkas di meja, ikut menatapnya pensaran melihat amplop itu.
“ Maaf Sir, saya harus bicara “.
Edward menoleh, “ Hmm” angguknya
Elsa memberikan amlpop itu.
“ Apa ini ? “
“ Ini uang ganti rugi, setelah ini saya harap kesalahapahaman diantara kita sudah selesai dan tidak akan ada lagi kesalahfahaman yang lain “ Jelas Elsa
Edward mengerutkan alisnya, berfikir darimana Elsa mendapat uang sebanyak itu. Tiba tiba dia merasa gelisah, apa Elsa sudah melakukan sesuatu yang tidak baik ?
“ Steve, kau bisa menghitungnya “ Edward melempar amplop itu pada meja dihadapan steve, membuat Elsa tersinggung.
“ Kau, bagiamana kau bisa bersikap begitu, aku sudah bersusah payah mendapatkan uang itu “ serunya
“ Bagiku tidak ada artinya uang itu “
“ Baiklah, terserah kau mau apa, tapi kuharap urusan kita telah selesai.” Elsa keluar dari ruangan itu.
“ Uangnya cukup “ Ujar Steve setelah menhitung uang tersebut.
Edward tampak kecewa dan berfikir bagaimana cara mengikat wanita itu supaya tetap bersamanya.
“ Stop melakukan hal yang bodoh Edward “ kata steve, sudah menebak kalo Edward memikirkan cara licik lainnya.
“ Apa maksudmu ? Tidak bertemu dengannya beberapa hari saja membuatku gila “ runtuk Edward.
“ Jangan mengerjainya lagi. Apa kau tidak kasihan padanya yang kerja siang malam hanya untuk mengumpulkan uang ganti rugi ini yang sebenarnya tidak ada “
“ Kambalikan uang itu, dia lebih berhak “Kata Steve
“ Bagaimana caranya ? Aku tidak mungkin mengatakan kalo aku berbohong soal uang ganti rugi itu kan ? Aku tidak mungkin menjelaskan kalau aku sebnarnya tidak pernah ditahan tidak pernah menyewa pengacara, tidak pernah diraaawaaat…” kata kata terahir Edward terpotong karena sosok wanita itu sudah berdiri di pintu dan tentunya
mendengar perkataannya.
Raut muka Elsa merah padam, mendengar hal yang tidak mengenakan, ternyata bosnya ini telah mempermainkan hidupnya.
Elsa menatap mata tajam pada Edward, matanya mulai berkaca-kaca, merasa marah dan sedih, benar benar tidak menyangka Edward setega itu padanya, mengikatnya dengan hal hal yang bodoh.
Dia yang dengan susah payah banting tulang mengumpulkan uang itu, sampai putus asa, tidak merasakn lelah di badannya. Tabungannya terkuras semua hanya untuk menuntaskan masalah ini.
Plakkk!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Edward.
Steve sampai kaget melihatnya, tapi tidak bisa berbuat apa apa.
“ Detik ini juga saya mengundurkan diri “ ucap Elsa mantap.
Airmatanya sudah mulai menetes, dia segera keluar tanpa mau mendengar apa apa lagi dari mulut Edward.
Edward tampak masih kaget mematung, kaget akan kejadian ini,
Ia bergegas keluar dilihatnya Elsa sudah tidak ada, mejanya kosong.
Di berlari menuju lift, memencet tombol tidak sabar ke lantai dasar di loby.
Sesampainya di loby, dicarinya Elsa sudah tidak ada.
Aaah.
Dia terduduk di sofa ruang tunggu di loby, meremas rambutnya, mengumpat tidak jelas.
Elsa benar benar menghilang dari pandangannya. Kemudian dia teringat, dia harus menemuinya di kos kosan itu. Segera di ambilnya mobilnya, dikendarai dengan cepat menuju kos kosan elsa.
Di sepanjang jalan Elsa menahan airmatanya. Dia merasa sedih, terhina, kecewa.
Kenapa laki laki itu begitu tega mempermainkannya, orang kaya yang sombong, mempermainkan orang kecil seperti dirinya. Apa kesalahannya pantas diperlakukan seperti ini ?
Baru juga beberapa hari lalu dia bersikap manis, ternyata hanya seorang munafik.
Cukup lama bi situ berjalan, jalanan tampak macet, menyebabkan Elsa sampai ke kos kosannya lumayan lama.
Dia berjalan menunduk, memikirkan kembali harus mencari pekerjaan baru. Untuk sementara dia bisa bekerja di Restoran, masih lumayan untuk bekal makannya. Sekarang dia sudah mengambil keputusan, sudah tidak mau
lagi bekerja di perusahaan itu, sudah tidak ingin lagi bertemu pria sombong menyebalkan itu.
Langkahnya terhenti saat melihat sebuah mobil yang familiar terparkir di gang halaman kos kosannya.
“ Mobil Edward, kenapa mobil itu ada disini ? “ Elsa menyelinap bersembunyi, tengok kanan kiri, merasa aman, dai berjalan perlahan, kepalanya melongok ke kos kosannya. Tampak beberapa tetangga bergosip berkumpul
memperhatikan ke tempat kosnya.
Semakin penasaran, Elsa menyibak daun daun pohon mangga yang menghalangi penglihatannya. Deg, hatinya bergetar, dadanya berdetak kencang.
Laki laki itu sedang duduk di teras rumah kosnya yang sempit. Penampilannya yang sempurna, tampan dan terlihat elegan membuat para tetangga keheranan dan mengundang gossip bertanya tanya siapa sosok laki laki tampan itu.
“ Aduh bagimana ini, aku tidak mau bertemu dengannya. Ah lebih baik aku pergi ke rumah Ami, siapa tau Ami punya informasi pekerjaan “ Elsa beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Edward berkali kali melirik jam tangannya. Kenapa wanita itu tidak muncul juga, kemana dia. Steve berkali kali menelpon menanyakan keberadaannya.
Tetangga tetangga saling bertatap aneh, melihatnya tidak pergi pergi dari rumah itu.
“ Maaf Sir, kau ada perlu dengan siapa ? tanya seorang tetangga.
“ Elsa, Miss Elsa, aku teman kantornya “ Jawab Edward sambil menyeka keringat di wajahnya, karena kepanasan.
“ Oh, miss Elsa sedang bekerja, bukankah sebaiknya kau menemuinya di kantornya ? Coba kau telpon “
Telpon. Nomornyapun dia tidak tau. Kalaupun nelpon pasti dai tidak mau mengangkatnya, lebih baik bicara langsung, fikirnya.
“ Hp nya mati “ jawab edward berbohong.
“ Soalnya Miss Elsa jarang di rumah Sir,akhir akhir ini dia bekerja di beberapa tempat, tiap hari pulang malam, bahkan hari libur sabtu minggu pun dia bekerja, katanya kebutuhannya banyak, buat dikirim ke ibunya di
kampung, dan membantu sekolah dua adiknya “
Edward tercenung, ternyata tetangganya lumayan banyak tau soal Elsa.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 373 Episodes
Comments
Franki Lengkey
elsa itu perempuan yg px komitmen
2023-05-12
0
Veronika Yunita
suka karyamu thor, tokoh perempuannya tidak mudah ditindas dan ada pesan moralnya.
2021-12-14
0
helga
gue suka ama elsa yg tegas dan berani bertanggung jawab dan penyanyang
paket lengkap lo sa
2021-11-19
0