Elsa yang menyadari wajah Edward terlalu dekat dengannya, membuatnya gugup, wajahnya memerah dan tidak berkata apa apa.
Edward pun beranjak pergi dengan wanita itu.
“Benar benar menjijikan, sepertinya dia gila “ gumam Elsa.
Tiba tiba Bu Mirna sudah berdiri di dekanya. Membuatnya kaget, apa Bu Mirna mendengar kata katanya barusan.
“ Kau jangan kaget, sekarang kan kau sekretarisnya, lama lama juga kau akan terbiasa melihatnya berganti ganti wanita “ ucap Bu Mirna.
Elsa terkesiap tidak bicara apa apa.
“ Kau bekerja professional saja, tidak usah ikut campur urusan pribadinya “ Lanjut Bu Mirna sambil meninggalkan Elsa yang tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Benarkah begitu ? Jadi dia menjadi sekretaris bos yang brengsek ? benar benar nasibnya sangat buruk.
Di sepanjang jalan, Edward kenapa merasa tidak nyaman, dia merasa entah perasaan apa terhadap wanita itu, ada persaaan bersalah saat dia bersikap mesum dengan wanitanya sekarang di depan Elsa.
Tanpa disadarinya Edward menepis tangan wanita itu.
“ Kau kenapa “ tanya wanita itu, kecewa.
“ Aku sedang fokus nyetir, aku tidak mau diganggu “
“ Benarkah ? Tapi sepertinya kau jadi pendiam “ keluhnya lagi.
Edward tidak mejawab, kenapa fikirannya jadi kacau begini. Benar benar tidak fokus, fikirannya masih seputar Elsa dan Elsa, wanita yang tidak secatik wanita yang berada disampingnya sekarang.
Tiba tiba mobil berhenti mendadak.
“ Kenapa berhenti ? Ada apa ? “ tanya wanita itu, keheranan.
“ Keluar dari mobilku “
“ Apa ? Kau bicara apa ? Bukankah kau ingin melajutkan yang kemarin, apa kau sudah bosan padaku ? “ wanita itu terlihat benar benar kecewa.
“ Kau tidak perlu tau alasannya” Edward mengambil dompetnya mengeluarkan uang dan menyimpannya di pangkuan wanita itu.
“ Permainan kita sudah cukup. Aku bosan padamu. Pergilah. Keluar dari mobilku “ usir Edward benar benar tidak berperasaan.
“ Kau !!!” Wanita itu benar benar marah,mengambil uang itu dan keluar dari mobil.
“ Kau brengsek ! aku akan membalasnya !!!” teriaknya sambil menendang mobil Edward.
Tapi Edward tidak peduli, dia sudah terbiasa dengan maki makian wanita yang ditinggalkannya. Seumur hidupnya dia tidak pernah benar benar pacaran dengan wanita manapun. ONS sudah cukup baginya dan tidak ada pengulangan. Wanita manapun tidak ada yang menolaknya.
Mobilnya kembali berputar kearah kantornya. Pintu lift terbuka dilanatai atas di lorong menuju ruangannya. Dilihatnya Elsa sedang sibuk mengerjakan berkas berkas yang menumpuk di mejanya. Menyortir satu persatu dan melakukan panggilan telpon ke beberapa tempat.
Sejenak dia tertegun. Wanita itu, dia selalu bersemangat bekerja, siang malam bekerja untuk menafkahi keluarganya dan mengumpulkan uang untuk membayar ganti rugi padanya. Tidak seperti kebanyakan wanita lain, yang mengencani pria kaya untuk mendapatkan materi.
Merasa ada yang memperhatikan, tiba tiba Elsa melihat ke arah lift. Dan terheran heran melihat bosnya itu kembali dan berjalan menuju arahnya.
Seperti mengerti pertanyaan Elsa, Edward berbicara sambil lewat.
“ Aku sudah bosan padanya “ ucapnya.
Elsa tertegun.
“ Carikan yang baru “ lanjutnya membuat wajah Elsa memerah.
“ Apa maksudmu mencarikan yang baru ? “
Edward masuk ke ruangannya diikuti Elsa, lalu menutup pintu.
“ Maksud anda apa Sir ? “ tanya Elsa formal
“ Mencarikan wanita baru untuk ku “
“ Kau, kau gila ya ? Aku bekerja sebagai sekretaris bukan mucikari ! “ Elsa mulai marah.
“ Kalau kau tidak mau, kau saja penggantinya “ ucap Edward enteng
“ Apa ? Kau benar benar kurang ajar ! Kau sengaja mengerjaiku kan ? Kau senang aku menderita bukan ? “
“ Kau harus bertanggung jawab karena mengganggu acaraku. Aku sudah membayar mahal wanita itu ! Dan aku tidak pernah mengulang dengan wanita yang sama “ ujar Edward mengejutkan.
“ Aku kan tidak sengaja “ bela Elsa.
“ Jadi kau mau menggantikannya ? “ Edward berjalan mendekat, tiba tiba badan Elsa mulai gemetaran, dia mundur kebelakang, selangkah dua langkah, tangannya reflek memegang kerah kemeja bajunya. Dan Duk !! Dia menabrak
tembok di belakangnya.
Edward tersenyum menang, dia menyeringai, Elsa semakin pucat mempererat pegangan kerah bajunya. Tapi sepertinya Edward tidak peduli dan terus mendekat.
“ Aku masih perawan ! “ teriaknya tiba tiba, membuat Edward terkejut dan menghentikan langkahnya.
“ Tolong, aku masih perawan, jangan monodaiku “ ucap Elsa lagi, kata katanya hampir tidak terdengar dan memejamkan matanya, penuh permohonan.
Tiba tiba Edward tertawa terbahak bahak. Membuat mata Elsa terbuka.
“ Kau, kau masih perawan, dengan usia setua ini ? hahaha…benar benar menghawatirkan “ seru Edward.
Elsa menggeram kesal, “ kau, apa salahnya dengan aku masih perawan ? “ tanya Elsa dengan wajah merah karena malu harus membahas hal pribadinya.
“ Tentu saja memalukan, berarti tidak ada laki laki yang tertarik padamu.hahahaha..” lagi lagi Edward tertawa, sambil berjalan ke arah mejanya.
“ Apa maksudmu ? Tentu saja aku hanya akan menyerahkannya pada orang yang benar benar aku cintai dan mencintaiku !! Dan aku bangga, bisa mempertahankan kehormatanku sampai masa pernikahanku nanti “ ucap elsa dengan bangga. Edward tertegun mendengarnya. Dibiarkannya Elsa keluar dari ruangannya.
Dia pun menghela nafas berat. Apa yang diucapkan Elsa ada benarnya juga. Selama ini kalo difikir fikir, wanita yang dikencaninya semua bukan perawan, entah berapa laki laki yang sudah tidur dengan wanita wanita
itu.
Belum selesei dengan fikirannya, Elsa sudah masuk lagi ke ruangan dengan membawa tumpukan berkas.
“ Saatnya bekerja ! “ Ujarnya dan menyimpan berkas itu dihentakan dimeja.
“ Banyak pekerjaan menunggumu, bukan hanya wanita wanita itu “ lanjut Elsa lagi.
Edward tidak mejawab, kenapa dia tidak marah Elsa bicara tidak sopan begitu.
“ Ini berkas yang kau harus tandatangi, ada beberapa proposal, jadwal meeting, bertemu klien juga, semua sudah aku susun “ Elsa terus saja nyerocos sambil memilah bebrapa berkasnya untuk memudahkan Edward
mengecek di mejanya.
“ Dan satu lagi, jangan dibiasakan asisten Steve yang melakukannya. Kau, CEO nya disini ! “ kata Elsa.
“ Panggil aku jika kau sudah mendandatangani beberapa berkas yang segera, sudah aku tandai, kau tinggal memeriksanya sebentar “ lanjut Elsa sambil keluar ruangan.
Edward menatap berkas berkas itu lalu ke arah pintu.
Entah kenapa dia merasa itu kata kata seorang istri bukan sekedar sekretaris.
Belum tuntas fikirannya, Elsa menyembul lagi di balik pintu.
“ Aku juga sudah memesankan makan siang di kantor, kau akan sibuk hari ini “ ujar Elsa kemudian menutup pintu.
“ Tuuh kan seperti seorang istri mengatur suaminya. Nyerocos terus . Sepertinya aku akan menjadi suami yang menyedihkan jika benar benar menjadi suaminya “ Edward bergidik. Hei fikiran apa lagi ini. Macam macam saja.
Edward mengambil penanya, kenapa dia menurut saja diatur ini itu sama wanita itu. Perlahan dia tersenyum. Sepertinya hanya sekretarisnya itu yang memperhatikannya dengan tulus.
**************
Pagi ini Elsa tiba keheranan karena mejanya pindah posisi. Mejanya berada berhadapan dengan kaca samping pintu ruangan CEO. Dia mengerutkan kening, dia merasa ada yang aneh dengan semua ini. Siapa yang memindahkan mejanya jadi lebih dekat ke ruangan Edward. Segera di simpan tasnya
kemudian berjalan mendekat ke jendela yang berkaca hitam, di tempelkannya kedua
telapak tangannya, wajahnya mendekat ke kaca. Dari situ dia tidak bisa jelas
melihat ke dalam.
Hemmm. Dia mengerutkan kening kembali lalu membuka pintu ruangan itu sepertinya pemiliknya belum datang, dia masuk dan berdiri menatap kaca itu. Dari situ dia bisa melihat jelas mejanya diluar. Kemudian berjalan ke
meja CEO, melihat kea rah kaca dan masih bisa melihat mejanya diluar. Dilihatnya kursi tempat duduk Edward, diapun berfikir sejenak lalu duduk di kursi itu, dan tentu saja dari situ masih bisa melihat mejanya di luar.
“ Ini pasti kerjaan Edward, apa maksudnya dia melakukan ini ? “ gumamnya sambil menepuk nepuk kursi empuk itu. “ Wah ternyata nyaman juga duduk disini. “ Elsa menyandarkan punggungnya ke kursi.
“ Mumpung yang punya belum datang, engga apa-apa kan berlama lama disini “ ucapnya, sambil menyandarkan kepalanya, rasanya nyaman sekali. Elsa pun memejamkan matanya, tidak terasa menguap beberapa kali dan dia pun tertidur.
Edward keluar dari lift bersama steve, memasuki ruangan di lantai itu disambut sapaan dari karyawan karyawannya yang sudah berada dimeja masing masing.
Edward hanya mengangguk saja tanpa menjawab, diikuti steve yang selalu tersenyum ramah.
Saat melewati meja Elsa yang sudah berpindah jadi dekat ke ruangannya, bibirnya tersungging sedikit, sepertinya permainannya akan lebih seru sekarang, dan dia tidak akan terlalu bosan bekerja diruangan ini.
Tapi kemudian mengerutkan keningnya melihat jam tangannya sudah jam delapan pagi, kenapa dia belum datang.
“ Sekretaris yang aneh, datangpun terlambat, bahkan pulang lebih cepat “ gerutu Edward sambil memasuki ruangannya. Dia dan Steve kaget saat dilihatnya sekretarisnya itu sedang tertidur di kursinya.
“Hei, bangun ! Apa yang kau lakukan di ruanganku ! “ teriak Edward. Bertolak pinggang di depan Elsa, dia benar benar marah dengan kelakuan Elsa.
Steve tampak tersenyum melihat sekretaris barunya Edward itu,
“ Aku ke ruanganku “ ujarnya sambil keluar meninggalkan Edward yang masih berkacak pinggang.
Yang tertidur tampak menggerakkan tubuhnya, dan bukannya bangun malah meringkuk menempelkan pipinya ke sandaran kursi, membuat Edward semakin marah.
“ Hei, bangun bangun!!!” teriaknya sambil menggebrak gebrak meja, membuat suara berisik terdengar ke ruangan karyawan lain, yang pada saling pandang mendengar rebut rebut itu, tapi tak ada seorangpun yang berani melihat
kea rah suara, mereka pura pura tidak mendengar daripada mendapat dampratan dari CEO yang temperamen itu.
Elsa tampak begerak sedikit dan kembali tertidur. Semalam dia begadang, pulang dari resto, membuat kue kue yang pagi pagi sudah dia titipkan di beberapa warung, jadi dia hanya tidur sebentar, membuatnya benar benar
ngantuk.
Dia menguap lebar, tertidur lagi dengan mulut setengah menganga.
Membuat Edward semakin marah dibuatnya. Dia berjalan memutari mejanya, mendekat ke kursi dan menggoyang gorang kursi dengan keras.
“ Bangun, bangun, bangun, enyah dari kursiku !! “ teriak Edward, menggoyangkan kursinya lebih keras, sampai Elsa terpanjat ,
“ Gempa ! gempa ! “ seru Elsa dan terbangun. Karena kursi yang digoyang sangat kecang, membuat Elsa terbangun dengan pijakan kakinya yang menggunakan high hills, berdiri tidak seimbang, dia pun akan terjatuh dan menabrak Edward di depannya. Edward pun yang tidak menyangka Elsa akan terjatuh, reflex menangkap menahan badan Elsa, sampai ia terdorong menabrak lemari pendek belakang kursi.
Wajahnya Elsa menyentuh bahu kiri Edward, tangannya memegang lengan pria itu, dan tangan Edward memeluk punggungnya.
Sejenak mereka terdiam, dengan posisi seperti itu. Dan Edward yang tersadar lebih dulu.
“ Enyah dari tubuhku ! “ makinya, dan mendorong tubuh Elsa, yang seketika memberengut kesal, membenarkan rambutnya yang menutupi wajahnya.
“ Enak saja kau memelukku ! “ gerutu Edward.
“ Siapa yang sengaja memelukmu, tadi ada gempa ! “ seru Elsa. Kembali teringat guncangan di kursinya.
“ Ada gempa, ayo kita harus menyelamatkan diri ! “ Elsa malah mengajak Edward segera keluar dari ruangan itu. Yang di ajak, malah bertolak pinggang, menatapnya dengan marah.
“ Gempa, dimana gempa ? “ teriaknya, kesal. Elsa pun melihat ke seluruh ruangan itu dan semua barang barang masih dalam posisi yang sama dan melihat pada kursi itu. Akhirnya dia tersadar apa yang sebenarnya terjadi. Hati Elsapun kembali menciut,merasa malu dan menundukan kepalanya.
“ Ma maaf, Sir, aku ketiduran “ ujarnya, merasa bersalah.
“ Kamu ini benar benar sekretaris yang payah, kau malah tidur di kursiku ! Apa kau sudah bosan kerja ? “ maki Edward.
“ Maaf Sir, semalam saya kurang tidur ! Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi ! “ Elsa berkata lirih, dia benar benar merasa bersalah.
Edward tidak bicara lagi, saat Elsa beranjak mau keluar, dia melirik bahunya dan, dilihatnya sesuatu yang membuatnya jijik.
“ Elsa ! “ teriaknya, menahan langkah Elsa.
“ Ya Sir, ada apa lagi ? “ Tanya Elsa.
“ Ini, apa ini ? Kau menjijikan !! “ teriak Edward, jarinya menunjuk pada lengan kemejanya yang basah kena air liur Elsa.
“ Apa Tuan, tidak ada apa apa “ ujar Elsa bingung, lalu mendekatkan mukanya pada arah yang ditunjuk Edward, ternyata kemejanya basah sepertinya kena iar liurnya saat mau terjatuh tadi.
“ Kau harus bertanggungjawab “ seru Edward.
Elsa mengambil tisu di meja, akan membersihkan bekas air liurnya.
“ Lepaskan bajuku ! “ teriak Edward. Membuat Elsa terbelalak kaget.
" Apa maksudmu ? Kau mau macam macam denganku ? “ makinya, membuat Edward kesal.
“ Otakmu yang ngeres, bukakan bajuku, aku jijik ! Ambil kemeja ganti di lemari itu “ ujar Edward, menunjuk lemari ke ruangan yang disekat.
Mendengar jawaban Edward, Elsa menjadi malu.
“ Oh maaf Sir, aku kira…! “ belum juga Elsa melanjutkan perkataannya,Edward sudah memotongnya.
“ Cepat ! “ perintahnya.
Elsa langsung berlari masuk ke ruangan samping, disana ada tempat tidur kecil dan lemari pakaian. Dia baru sekarang masuk ke ruangan itu, tidak menyangka kalau ada kamar disana, mungkin tempat Mr Smith dulu
beristirahat kalau kelelahan disaat sibuk.
Di ambilnya sebuah kemeja berwarna biru langit, segera kembali menghampiri Edward.
“ Ini bajumu “ Elsa memberikan kemeja itu.
“ Bukakan bajuku, aku jijik ! “ bentak Edward. Akhirnya Elsa
menurut sambil cemberut, dia membukakan kemeja Edward pelan pelan “
“ Jangan sampai menyentuh kulitku ! “ ujar Edward, Elsa mendelik sebal. Membukakan kemeja Edward perlahan, membuat dadanya berdegup kencang, karena posisi mereka sedekat ini, tampak dada Edward yang memakai kaos singlet, memperlihatkan tubuhnya yang kokoh dan kekar.
Glek, Elsa menelan air liurnya, perasaannya jadi tidak menentu. Membayangkan betapa nyamannya kalau bersandar di dada bidang itu.
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 373 Episodes
Comments
Franki Lengkey
emangnya enak sekali tidur di kursi ceo?
2023-05-12
1
😍r4h!n4😍
🤣🤣🤣🤣
2022-04-18
0
Ahmad Sahibul Ilmi
aplah aplah
2021-11-29
0